Pagi yang tenang menyelimuti benteng setelah malam penuh pertempuran. Kabut tipis melayang di atas tanah, seolah berusaha menutupi bekas luka yang ditinggalkan oleh peperangan. Vincent berdiri di puncak menara tertinggi benteng, memandang ke kejauhan. Di balik pegunungan dan hutan, tampak ibu kota kerajaan yang mulai bangkit kembali dari bayang-bayang pemberontakan. Ini adalah pemandangan yang dulu terasa jauh di luar jangkauannya, tapi kini menjadi nyata di depan matanya.
Arlen berjalan menghampiri, dengan langkah tenang. “Perang telah berakhir, Vincent. Para bangsawan pemberontak telah dihancurkan, dan rakyat mulai kembali percaya pada kepemimpinan kita.”
Vincent mengangguk pelan, tapi wajahnya tetap serius. “Perang memang berakhir, tapi tantangan kita belum selesai. Kerajaan ini masih penuh dengan rahasia, intrik, dan ancaman yang tersembunyi. Kita menang atas pemberontakan, tapi sekarang kita harus memastikan bahwa kekuasaan yang kita bangun ini tidak runtuh dari dalam.”
Arlen tersenyum tipis, seakan sudah terbiasa dengan cara berpikir Vincent yang selalu waspada. “Kau memang selalu berpikir jauh ke depan. Tapi kau benar. Meski kita menang di medan perang, kita harus tetap waspada terhadap apa yang mungkin muncul dari bayang-bayang.”
Mereka berdua berdiri diam sejenak, meresapi ketenangan yang jarang mereka rasakan. Namun, baik Vincent maupun Arlen tahu bahwa kedamaian ini hanyalah awal dari tugas yang lebih besar—tugas membangun kembali kerajaan yang telah hancur oleh pengkhianatan dan peperangan.
---
Selama beberapa bulan setelah kemenangan atas pemberontak, Vincent dan Arlen bekerja tanpa henti untuk memulihkan stabilitas di seluruh kerajaan. Mereka mengumpulkan kembali pemimpin-pemimpin desa, memastikan bahwa hukum ditegakkan dengan adil dan rakyat merasa dilindungi. Mereka juga membersihkan sisa-sisa pengkhianat yang masih mencoba merongrong kekuasaan dari bayang-bayang.
Di istana, suasana semakin tenang, tapi di balik ketenangan itu, Vincent tetap waspada. Ia telah melihat bagaimana intrik politik bisa menghancurkan kerajaan dari dalam, dan ia tidak ingin hal yang sama terulang. Setiap langkah yang diambil selalu penuh perhitungan, setiap aliansi yang dibentuk selalu dipastikan kuat dan setia.
---
Suatu hari, di dalam aula besar yang megah namun sunyi, Vincent memimpin pertemuan terakhir dengan dewan penasihatnya. Di tengah-tengah aula itu, peta kerajaan terbentang, menunjukkan semua wilayah yang kini berada di bawah kekuasaannya. Di sekelilingnya, para penasihat dan komandan terbaiknya berdiri, menunggu keputusan terakhir yang akan diambil.
“Kita telah membangun kembali kekuatan kerajaan ini dari reruntuhan,” kata Vincent dengan suara tenang namun penuh wibawa. “Namun, tugas kita belum selesai. Kita harus memastikan bahwa generasi mendatang dapat mewarisi kerajaan yang kuat, stabil, dan adil.”
Salah satu penasihatnya, seorang pria tua yang bijaksana, mengangguk. “Kami setuju, Duke Vincent. Tapi untuk itu, kita membutuhkan pemimpin yang terus berdiri tegak, yang tidak tergoyahkan oleh intrik dan kekuatan dari luar.”
Vincent mengangguk. “Benar. Dan untuk itu, kita harus memastikan bahwa setiap orang yang memegang kekuasaan, baik di pusat maupun di wilayah-wilayah, memiliki loyalitas yang tidak terbagi pada kerajaan ini.”
Arlen, yang selama ini setia mendampingi Vincent, menyela dengan nada serius. “Loyalitas itu harus terus diuji, terutama di masa damai. Banyak yang berpikir bahwa perang hanya terjadi di medan pertempuran, tapi perang terbesar adalah menjaga agar kedamaian tetap bertahan.”
Vincent menatap sahabat lamanya itu, menyadari kebenaran dari kata-katanya. “Benar sekali, Arlen. Dan perang itu adalah perang yang harus kita hadapi setiap hari.”
---
Waktu berlalu dengan cepat, dan dalam beberapa tahun, kerajaan yang dulu hampir hancur kini kembali menjadi kekuatan yang disegani. Di bawah kepemimpinan Vincent, ekonomi berkembang, rakyat hidup lebih sejahtera, dan ancaman pemberontakan berhasil dipadamkan sepenuhnya. Para bangsawan yang tersisa memilih untuk tunduk atau meninggalkan ambisi mereka, mengetahui bahwa kekuatan Vincent tidak akan bisa digoyahkan.
Namun, meski kerajaan tampak stabil dari luar, Vincent tahu bahwa kekuasaan adalah hal yang rapuh. Di balik wajah yang tenang dan penuh wibawa, dia tetap menyimpan kecurigaan. Rahasia-rahasia dari masa lalu terus membayangi, dan ia tidak pernah benar-benar bisa percaya pada siapapun selain Arlen.
Suatu sore, ketika angin sepoi-sepoi bertiup dari arah pegunungan, Vincent duduk di kursinya di aula besar istana. Di hadapannya, peta kerajaan kembali terbentang, tetapi kali ini dia memandangnya dengan perasaan yang berbeda. Semua yang pernah dia rencanakan telah menjadi kenyataan, tetapi di balik itu semua, ada harga yang harus dibayar.
“Semua ini akhirnya milikmu,” kata Arlen, yang tiba-tiba muncul di belakangnya.
Vincent menoleh dan menatap sahabatnya. “Ya, tapi kekuasaan bukanlah hadiah, Arlen. Ini adalah beban yang harus ditanggung.”
Arlen tersenyum. “Dan kau adalah orang yang tepat untuk menanggungnya.”
Mereka berdua tertawa kecil, sebuah tawa yang jarang terjadi di antara mereka. Tapi dalam tawa itu, ada pemahaman mendalam. Mereka tahu bahwa tugas mereka tidak pernah benar-benar berakhir, dan meskipun kemenangan telah diraih, kerajaan yang ditempa dari besi dan rahasia ini selalu membutuhkan pengawasan ketat.
---
Malam itu, Vincent berdiri sendirian di balkon istana, memandangi bintang-bintang yang bersinar di langit malam. Ia mengingat kembali semua yang telah dilalui: transmigrasinya ke dunia ini, awal yang berat, pengkhianatan, pertempuran, dan akhirnya kemenangannya. Semua itu terasa seperti mimpi yang panjang.
Namun, di balik kemenangannya, Vincent tetap merasa ada sesuatu yang hilang—sesuatu yang tidak bisa ia dapatkan dengan kekuasaan atau kemenangan di medan perang. Sebuah perasaan bahwa ia, meskipun berkuasa, tetap sendirian di dunia yang penuh dengan rahasia dan bayang-bayang.
Dengan pandangan mata yang tajam, ia menatap ke kejauhan. Masa depan kerajaan ada di tangannya, dan selama ia berdiri di puncak kekuasaan, ia akan memastikan bahwa kerajaan ini tetap kokoh, seperti takhta besi yang ia duduki.
Itulah akhir dari perjalanan panjang Vincent—seorang pria yang datang dari dunia lain, yang menguasai kerajaan kuno dengan kekuatan dan kecerdikannya. Meskipun penuh rahasia, kerajaan ini sekarang berada di bawah kendalinya, tak tergoyahkan oleh badai apa pun yang mungkin datang.
Dan dengan itu, bab terakhir dari takhta besi dan rahasia pun ditutup.
---
Tamat
KAMU SEDANG MEMBACA
The Throne Of Secrets And Iron 〘TAMAT〙
FantasyKetika seorang pria tak berperasaan dari dunia modern terbangun dalam tubuh Duke Vincent, seorang bangsawan muda yang terkenal karena kebrutalannya, ia mendapati dirinya berada di pusat permainan politik yang mematikan. Di kerajaan yang penuh dengan...