2. Permainan Politik

106 12 0
                                    

Udara pagi di kediaman Keluarga Alaric dipenuhi dengan ketegangan yang tebal. Para pelayan bergegas dengan langkah-langkah cepat, mata mereka terus melirik ke arah aula utama, tempat Duke muda, Vincent Alaric, duduk di atas kursi besar berlapis beludru merah dengan sikap penuh kewaspadaan dan ketenangan. Wajahnya yang dingin tak menampakkan emosi, namun aura tekanan yang ia pancarkan terasa berat, membuat siapa pun yang mendekat merasa tenggelam dalam ketakutan.

"Apakah utusan kerajaan sudah tiba?" tanya Vincent tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela besar yang memandang ke arah gerbang utama.

Silas, kepala pelayan tua yang berdiri di sampingnya, membungkuk dalam. "Ya, Tuan Muda. Mereka baru saja memasuki gerbang. Jumlahnya ada lima orang-satu utusan utama dan empat pengawal bersenjata."

Vincent mengangguk pelan. "Baiklah. Pastikan tidak ada yang bertindak gegabah."

Silas menelan ludah. "Tentu, Tuan Muda. Tapi... apa rencana Anda?" Nada suaranya sedikit gemetar, meski ia berusaha keras untuk menyembunyikannya. Sejak Vincent terbangun tiga hari lalu, ada sesuatu yang berbeda dari pemuda itu. Kekuatan kejam yang ia tunjukkan tampak semakin terasah dan penuh perhitungan. Setiap perintah yang keluar dari bibirnya membawa beban yang jauh lebih besar, dan tatapan matanya seolah bisa menembus jiwa siapa pun.

Vincent menoleh, menatap Silas dengan mata biru sedingin es. "Rencana? Aku hanya ingin melihat seberapa jauh Raja berani mencampuri urusan Keluarga Alaric."

---

Beberapa menit kemudian, utusan kerajaan memasuki aula utama dengan sikap penuh formalitas. Pria itu berusia sekitar empat puluhan, mengenakan pakaian resmi dengan lencana kerajaan yang menandakan posisinya sebagai salah satu penasihat dekat Raja. Di belakangnya, empat prajurit bersenjata lengkap berdiri berjaga, tatapan mereka waspada dan tangan mereka siap mencabut pedang kapan saja.

"Yang Mulia Raja mengirimkan salamnya dan harapan agar Duke Vincent Alaric dalam keadaan sehat," kata utusan itu dengan senyum kaku. Matanya yang tajam menilai Vincent dari atas sampai bawah, berusaha mencari tanda-tanda kelemahan.

Vincent hanya menatapnya dengan ekspresi datar, seolah-olah tidak tertarik dengan sapaan diplomatik itu. "Langsung ke intinya," ucapnya dingin. "Apa yang diinginkan Raja dariku?"

Utusan itu tersentak, tidak siap dengan sikap blak-blakan Vincent. Namun, dengan cepat dia menyesuaikan diri. "Tuan Muda Vincent, setelah mendengar bahwa Anda jatuh sakit selama tiga hari terakhir, Yang Mulia merasa khawatir tentang kondisi Keluarga Alaric dan dampaknya terhadap kestabilan wilayah utara. Raja ingin memastikan bahwa tidak ada yang mengancam keamanan kerajaan, baik dari dalam maupun luar."

Vincent menyandarkan diri di kursinya, mata birunya berkilat tajam. "Kondisi Keluarga Alaric tidak pernah lemah, meskipun aku sakit atau sehat. Jika ada yang berpikir untuk menantang kekuatan kami, aku akan menghancurkan mereka tanpa ampun. Katakan pada Raja, dia tidak perlu khawatir tentang stabilitas."

Pria itu mengerjapkan mata, terkejut oleh sikap agresif Vincent. "Tentu saja, Tuan Muda. Namun, Yang Mulia juga mengirimkan pesan khusus untuk Anda." Ia mengeluarkan gulungan perkamen dari sakunya dan membukanya dengan gerakan hati-hati, menunjukkan lambang kerajaan yang berkilau di bawah cahaya lilin.

"Pesan khusus?" Vincent menyipitkan mata. "Bacakan."

Utusan itu menarik napas dalam sebelum mulai membaca. "Vincent Alaric, pewaris Keluarga Alaric, dengan ini diperintahkan untuk hadir di istana dalam waktu tiga hari untuk mendiskusikan hal-hal penting terkait urusan kerajaan. Kegagalan untuk mematuhi perintah ini akan dianggap sebagai tindakan pembangkangan."

Sejenak, suasana di aula menjadi sunyi. Para pengawal Keluarga Alaric yang berdiri di belakang Vincent saling melirik, wajah mereka berubah tegang. Pembangkangan terhadap perintah Raja sama saja dengan pengkhianatan-sebuah kejahatan yang dapat dijatuhi hukuman mati. Namun, ekspresi Vincent tetap tenang, bahkan nyaris mengundang senyum tipis yang berbahaya.

"Raja memerintahkanku untuk datang ke istana?" Vincent mengulang kata-kata itu dengan nada yang aneh. "Apakah dia benar-benar ingin aku tunduk padanya?"

Utusan itu menelan ludah, mencoba mempertahankan ketenangannya. "Tuan Muda, Yang Mulia hanya ingin memastikan bahwa Anda sehat dan dapat melaksanakan kewajiban Anda sebagai salah satu bangsawan kerajaan."

"Memastikan aku sehat?" Vincent menyeringai kecil. "Atau memastikan aku tidak menjadi ancaman?"

Utusan itu terdiam, tidak berani menjawab. Matanya kembali menilai Vincent, mencoba mencari tahu apa yang sedang dipikirkan oleh Duke muda ini. Namun, Vincent tidak memberinya waktu untuk merenung lebih lama.

"Baik," kata Vincent akhirnya, suaranya terdengar ringan, tetapi penuh kekuatan tersembunyi. "Aku akan pergi ke istana. Sampaikan pada Raja bahwa aku akan datang sesuai permintaannya."

Wajah utusan itu tampak lega, dan dia buru-buru membungkuk dalam-dalam. "Tentu, Tuan Muda. Saya akan menyampaikan pesan Anda kepada Yang Mulia."

"Silas," panggil Vincent, tanpa menoleh.

Silas yang berdiri di sampingnya segera maju dan membungkuk. "Ya, Tuan Muda."

"Siapkan rombongan yang layak untuk keberangkatanku ke istana. Pastikan setiap orang tahu bahwa Keluarga Alaric tidak berangkat sebagai pengikut yang patuh, tetapi sebagai kekuatan yang sejajar dengan Raja."

Silas mengangguk dalam-dalam. "Akan segera saya atur, Tuan Muda."

Vincent melirik utusan itu sekali lagi, tatapannya menembus seperti belati. "Kau boleh pergi. Ingat, aku akan datang, tetapi bukan sebagai anjing yang menundukkan kepala. Jika Raja ingin melihatku, dia akan melihatku sebagai pemimpin sejati dari Keluarga Alaric."

Pria itu menelan ludah sekali lagi, dan dengan cepat memberikan hormat sebelum berbalik dan keluar dari aula, diikuti oleh pengawal-pengawalnya. Begitu mereka pergi, keheningan kembali menyelimuti ruangan besar itu.

Para pelayan dan penjaga Keluarga Alaric menahan napas, menunggu reaksi lebih lanjut dari Vincent. Namun, Duke muda itu hanya menyandarkan diri dengan santai di kursinya, bibirnya melengkung dalam senyum tipis yang berbahaya.

"Jadi, Raja ingin mencoba menekanku, ya?" gumamnya pelan, lebih pada dirinya sendiri. "Menarik sekali."

---

Malam itu, Vincent berdiri di balkon kamarnya, memandang ke luar menuju tanah-tanah yang terbentang luas di bawahnya. Wilayah Keluarga Alaric adalah benteng terkuat di seluruh kerajaan. Di sini, kekuatan militer mereka lebih besar daripada pasukan kerajaan itu sendiri, dan wilayah utara yang liar serta penuh bahaya membuat setiap serangan menjadi misi bunuh diri bagi siapa pun yang berani mencoba.

Tapi meski kekuatan ini mengerikan, Vincent tahu bahwa posisi Keluarga Alaric masih rapuh. Kerajaan Astoria penuh dengan faksi-faksi dan aliansi yang saling berkhianat. Bahkan Empat Keluarga Besar, yang seharusnya menjadi penopang kekuasaan kerajaan, saling menyimpan kebencian dan dendam yang dalam. Satu kesalahan saja, dan seluruh struktur kekuasaan bisa runtuh.

"Jika Raja ingin bermain, maka aku akan menari sesuai irama permainannya," pikir Vincent, matanya bersinar dengan ketenangan yang dingin. "Tapi aku akan memastikan dia menyesali setiap langkah yang diambilnya."

Malam yang dingin di utara terasa penuh dengan janji-janji akan darah dan besi. Ketika fajar menyingsing, Vincent sudah memutuskan-ia tidak hanya akan memenuhi panggilan Raja, tetapi juga menunjukkan bahwa Keluarga Alaric bukanlah boneka yang bisa diperintah sesuka hati.

Ini adalah awal dari permainan baru, dan Vincent Alaric, yang sekarang dipenuhi oleh jiwa Gavin Sinclair, akan menjadi pemain yang tak bisa diprediksi.

"Kekuasaan akan menjadi milikku," bisiknya pelan, menatap ke arah istana kerajaan yang jauh di cakrawala. "Dan takhta itu... akan kujadikan milikku."

Dengan niat yang membara, Vincent Alaric bersiap untuk bergerak-bukan sebagai seorang Duke biasa, tapi sebagai penguasa masa depan yang akan mengubah seluruh kerajaan ini sesuai kehendaknya.


buat yang udah baca dan vote terima kasih yah
And sorry kalau ceritanya nggak bagus soalnya
Aku baru pertama nulis and aku masih bingung
Mau lanjutin ceritanya dengan alur yang gimana
Cuma itu yang mau aku bilang and makasih
Dan kalau ada salah kata mohon dimaafkan

The Throne Of Secrets And Iron 〘TAMAT〙Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang