35

1.1K 241 7
                                    

Persiapan menuju Xovih, salah satu hutan peri yang ada di Enua, memakan waktu sekitar semingguan. Xar pernah berpesan kepadaku bahwa mempelajari geografi bisa sangat berguna bila ingin mendalami perdagangan. Terus terang nasihat Xar sangat bagus. Berkat itu aku jadi paham beberapa hal terkait tanaman dan cara menjual ramuan berdasar pasar. Percayalah uang bisa jadi motivasi terkuat dalam mendalami suatu mata pelajaran.

Madam Nana dan Penyihir Dorga pun sudah kukabari bahwa selama beberapa hari aku tidak akan belajar. Ada urusan yang perlu kuselesaikan. Namanya, mencari benang merah alasan diriku mati hidup mati hidup.

Kembali ke topik menuju Xovih. Provinsi yang akan aku kunjungi bersama Duke Joa bernama Provinsi Et.

Bagian kota di Et sama saja dengan kota-kota lain yang ada di Enua.

Adapun yang menjadi masalah di Et ialah, daerah yang berbatasan dengan Kerajaan Azul. Masih menjadi misteri alasan monster muncul di jalur yang paling menghubungkan Enua dan Azul. Sebagian orang berasumsi bahwa Azul merupakan biang kerok lahirnya kegilaan pada monster, sementara penduduk Azul lebih meyakini bahwa Enua memiliki utang kepada leluhur.

Aku tidak bisa memberi alasan yang valid. Pengetahuanku masih dangkal. Tidak cukup hebat sehingga bisa menguak misteri yang bahkan oleh orang pintar pun belum terselesaikan.

Peri, monster, kematian, dan kehidupan. Hanya empat hal itulah yang paling bersingungan denganku. Apa pun akan kulakukan demi menguak tabir misteri kelahiranku di sini.

***

Hanya ada beberapa portal yang mengarah ke Provinsi Et. Portal sengaja tidak dibangun di dekat daerah konflik, terutama sarang monster, demi menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Kejadian buruk pernah menimpa Enua gara-gara salah menempatkan portal. Monster berhasil menyusup masuk lewat portal, yang seharusnya hanya bisa diakses penyihir, dan menyerang hunian manusia.

Korban berjatuhan, Enua mengalami kerugian, dan peristiwa tersebut tercatat dalam sejarah paling kelam.

Oleh karena itu, aku ikut terkena dampak tidak enak dari peristiwa lalu. Begitu sampai di Provinsi Et, tepatnya di kota, rombongan kami terpaksa melanjutkan perjalanan menuju Hutan Xovih secara tradisional errr tanpa bantuan portal ke mana saja.

Entah berapa kali kami harus beristirahat. Kadang di suatu penginapan, kadang membangun tenda. Total lima hari aku baru sampai ke tujuan. Itu pun dengan kondisi tubuh lelah luar biasa.

Akan tetapi, aku selalu punya solusi! Ramuan stamina buatanku memang manjur. Iya, manjur! Semua orang tetap dalam kondisi prima. Huhuhu sekalian saja aku promosi. Tidak lupa kukatakan kepada setiap orang yang mendapat ramuanku, "Aku membuatnya dengan bahan herbal. Aman bagi tubuh dan tidak masalah dikonsumsi dalam jangka panjang. Sudah kuuji ke tikus di menara. Mereka sehat, aktif, dan terlalu bersemangat menggigit mainan sampai rusak."

Prinsipku, tetap mencari peluang bisnis dalam kondisi apa pun.

"Apa kita akan segera bertemu Igor?"

Kuedarkan pandang. Sejauh ini yang kulihat hanyalah bentangan alam. Pohon-pohon raksasa berkulit tebal yang akarnya diselimuti lumut segemuk bulu domba. Rumput liar dan semak tumbuh subur berdampingan bagai sepasang kekasih. Aneka burung liar yang bersembunyi di antara ranting. Jamur-jamur berwarna merah yang dihiasi totol putih (semoga bukan panu),

Rombongan kami yang lain tengah mempersiapkan tenda. Kini yang mengekor bersamaku dan Duke Joa hanyalah sekumpulan kesatria. Hmmm kesatria bersenjata mematikan. Mengapa mereka mengenakan pelindung tambahan? Seperti yang sekarang mereka pakai di bahu, lutut, dan lengan.

"Mungkin," balas Duke Joa yang kini berdiri di sampingku.

Kami berdua, aku dan Duke Joa, sama-sama menatap ke dalam hutan. Sejauh ini aku hanya menemukan kegelapan tersembunyi di balik rimbun tanaman. Bahkan sinar matahari kalah saing dengan pekamnya hutan.

Dear Lady IvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang