Chapter 54

188 21 2
                                    

!!!!!!!!!!!! PERINGATAN KERAS !!!!!!!!!!!!

Dalam chapter ini banyak mendeskripsikan tentang pembunuhan, penganiayaan, penyiksaan, dan gangguan kesehatan jiwa/mental. Dimohon kepada seluruh pembaca dapat BIJAK menyikapi peringatan yang telah diberikan.

Segala macam akibat/efek samping setelah membaca cerita ini, diluar tanggung jawab Translator.

!!!!!!!!!!!!!! PERINGATAN KERAS !!!!!!!!!!!!

Raphael melihat Amelia yang berada di pelukannya, Amelia sudah tertidur dengan ekspresi wajah yang berkerut. Perasaan marah meluap dari dalam diri Raphael saat melihat wajah Amelia yang tertidur. Goresan luka terdapat di pipi Amelia, rambut dan bajunya berantakan. Diantara semua itu, sebuah tali yang mengikat kedua tangan dan kaki Amelia mengalihkan perhatian Raphael.

Pergelangan tangan dan kaki Amelia berlumuran darah dari gesekan yang terjadi saat Amelia berusaha mencoba untuk melepaskan diri. Kulitnya terkelupas hingga membuatnya berdarah. Raphael sangat marah karena tidak menyadari sejauh mana situasi yang terjadi sampai menjadi seburuk ini. Amelia pasti sangat ketakutan sampai Amelia tidak menyadari tubuhnya sudah terluka.

"Ra....Raphael."

Bahkan tubuh Amelia, yang sebelumnya tidak ada goresan, sekarang dipenuhi oleh luka. Raphael tanpa disadari menggenggam pergelangan tangan Amelia, dimabukkan oleh aroma manis dari tubuh Amelia, dan saat melihat pergelangan tangan Amelia yang terluka, Raphael bersumpah tidak akan pernah membiarkan hal seperti ini terjadi lagi. Tubuh Amelia, tidak seperti tubuh miliknya, tubuh Amelia rapuh dan mudah terluka, bahkan hanya memiliki sedikit kekuatan. Itulah mengapa, setiap harinya, Raphael harus selalu menahan dirinya sekuat tenaga. Jika tidak, Raphael akan kehilangan akal sehat dan pasti membuat Amelia terluka.

Raphael selalu menekan sekuat tenaga kekuatannya yang besar lagi dan lagi, dengan tujuan agar dirinya tidak akan pernah membahayakan Amelia, bahkan pada saat Raphael kehilangan akal sehatnya. Tapi saat ini, dihadapan Raphael, berbaring Amelia, bersimbah darah.

"Rapha......."

"Beraninya..... siapa yang meminta tanganmu untuk menyentuhku!"

Raphael menjauhkan dirinya pada jari menyedihkan yang menyentuh tangannya. Kepala pelayan, May. Benar, itu nama perempuan ini. Perempuan yang namanya tidak pernah Raphael tahu hingga Amelia yang menyebutkannya saat itu. Perempuan yang sudah menyakiti Amelia tanpa menyadari dimana posisinya.

"Aaaaahhhh!!!!"

"Diam."

Raphael meremukkan setiap jari yang sudah menyentuhnya satu per satu. Raphael sebenarnya ingin memotongnya, tapi Amelia, yang sedang terluka, adalah prioritasnya saat ini. Takut jika Amelia akan terbangun, Raphael membekap mulut May dengan sihirnya. Semakin Raphael memeriksa tubuh Amelia, semakin kemarahannya meningkat, Raphael menggertakkan giginya karena frustasi.

Jika saja dirinya bisa tiba lebih awal........

Saat ini tubuh Amelia sudah dipenuhi oleh luka. Tubuhnya sudah sangat kesakitan. Ini seolah menjadi penghinaan bagi Raphael yang sepanjang waktu selalu menahan kekuatannya agar tidak menyakiti Amelia dengan sentuhannya. Saat Raphael memotong tali yang mengikat Amelia, darah yang tertahan karena tali mulai menetes kebawah. Meskipun sudah menggunakan sihir penyembuh beberapa kali, Raphael tidak bisa merasa tenang.

"......Aku minta maaf."

Ekspresi kesakitan sudah menghilang dari wajah tidur Amelia yang tenang. Disamping ekspresi Amelia yang sudah tenang, Raphael tidak dapat menyembunyikan penyesalannya. Dirinya seharusnya tidak meninggalkan kastil. Tidak peduli seberapa penting masalahnya, seharusnya dirinya tetap berada di sisi Amelia.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 5 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Please Divorce Me Villain, I'll Raise the Child AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang