Chapter 9

991 57 0
                                    

Untuk selalu teringat pada wanita yang dicintai dan menikah dengan wanita yang mirip seperti dirinya, meskipun Raphael tidak bisa memandang wajahnya dalam kesakitan. Kegigihan Raphael sangat terlihat disisi tertentu. Seberapa besar cinta yang harus dikorbankan bagi Raphael untuk membuat pilihan seperti ini? Menikah dengan wanita yang membuatnya menderita hanya dengan memandangnya.

"Bagaimana bisa kamu..."

"Bagaimana bisa saya tau. Apakah anda pikir saya tidak akan mengetahuinya selama ini?"

Setiap kali Raphael melihat Amelia, dia selalu terpikirkan cinta pertamanya. Ini mungkin kenangan yang sudah lama terlupakan, tetapi cinta pertamanya memang mirip dengan Amelia, dari rambut peraknya dan mata ungunya sampai pada senyumnya yang lembut. Anehnya semuanya begitu mirip pada diri Amelia. Garis angan-angan dalam kenangan ingatan cinta pertama Raphael menjadi semakin jelas saat dia melihat Amelia. Mungkin Amelia hanyalah pengganti bagi memori Raphael tentang cinta pertamanya yang perlahan hilang.

"Seharusnya kamu tidak pernah mengetahui itu."

Raphael fikir Amelia tidak akan pernah tau tentang kehadiran dari cinta pertamanya. Karena dia tidak pernah mengatakannya, jadi wajar jika dia tidak tau. Tetapi Raphael melewatkan sesuatu. Amelia Seraphin, wanita ini, benar-benar menginginkannya dan mencintainya. Intuisi wanita memang yang terbaik, dan hanya masalah waktu saja sebelum Amelia, yang fokus pada Raphael, menyadari fakta itu.

"Pasti sangat susah bagi anda untuk berhadapan dengan saya."

"...."

"Saya minta maaf, untuk selama ini."

Meskipun Amelia tau semuanya, dia tidak berhenti. Atau mungkin, dia tidak bisa menghentikan. Cinta bukanlah sesuatu yang bisa dia hentikan hanya karena dia ingin. Dia bahkan masih memeluk Raphael, berpura-pura menjadi cinta pertamanya, selama Raphael masih dalam kebingungannya. Berharap bahwa Raphael akan berbalik pada dirinya suatu hari nanti.

Dan Amelia membuka fakta ini pada Leonel. Dia memaksa Leonel dan memberitaunya jika Leonel itu memang hanya separuh Siegfried, seharusnya dia terlahir dengan rambut perak dan bermata ungu seperti dirinya. Tanpa dia ketahui, kata-kata itu meninggalkan luka yang besar pada Leonel.

"Hari ini, saya yang membuat janji dengan Leonel terlebih dahulu, jadi Yang mulia Grand Duke bisa membuat janji makan bersama Leonel nanti."

Keengganan aneh yang Amelia rasakan pada Raphael adalah karena Raphael sudah mengetahui kenyataan ini. Anehnya, sudut hati Amelia terasa mati rasa saat dia menatap Raphael. Rasanya seperti darah tidak bisa mengalir pada kedua tangannya. Seperti badannya memberitau dirinya untuk segera melarikan diri dari Raphael.

"Kalau begitu, saya akan pergi sekarang."

Tanpa merespon perkataannya, Amelia berjalan menjauh, meninggalkan Raphael dibelakangnya. Dia masih memiliki banyak hal yang harus dibereskan dengan Leonel, tetapi ada banyak hal yang harus dilewati bersama Raphael juga.

Dengan begitu, Amelia baru bisa meninggalkan tempat ini dengan damai nantinya.

******

"Yang, Yang mulia Grand Duchess....!"

"Ayo pergi."

Ini adalah sesuatu yang sudah dia sadari sejak kemarin, tetapi para pelayan yang mengikutinya sedikit mengganggu. Mereka memang disana untuk melayaninya, tetapi ini tidak seperti dia sudah terbiasa dilayani sejak awal....

"Apa ada alasan kenapa banyak sekali orang yang harus mengikutiku kemana-mana di dalam kastil seperti sekarang?"

"Apa yang anda maksud?"

Please Divorce Me Villain, I'll Raise the Child AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang