58. Fase Tersulit

2.7K 86 2
                                        



~~~

Bagaimana Kalana menjelaskan kalau kelakuan Rebecca memang membuat Kalana pusing.

Selain perempuan itu yang tak profesional dan menampakan dengan sangat jelas ketidaksukaannya pada Kalana. Ada hal lain yang membuat Kalana kesal namun tak bisa diungkapkan secara gamblang.

Kalana sulit memungkiri hatinya saat melihat dengan jelas bagaimana Rebecca berusaha menarik perhatian Ceilo, atau ketika perempuan itu juga berusaha keras agar bisa melakukan kontak fisik secara berlebih terhadap Ceilo.

Kalana tak tahu, memang sifat centil Rebecca kah yang membuat Kalana kesal atau justru perasaannya sendiri yang memang masih tersisa untuk Ceilo.

Oh Tuhan, ini sudah lebih dari empat tahun. Hubungan Kalana dan Ceilo sudah lama usai, dengan cara yang tak baik pula.

Tapi bagaimana caranya membohongi hati sendiri?

Selama ini Kalana hanya melihat Ceilo dengan dunia kerja nya yang gila-gilaan, tak pernah terpikir oleh Kalana diantara ratusan agenda kerja Ceilo bahwa akan ada perempuan semacam Rebecca yang akan ikut menyelip diantara tumpukan pekerjaan tersebut.

Rebecca memang cantik, dengan rambut panjang bergelombang berwarna coklat terang dan garis wajah yang sepertinya memiliki campuran darah timur tengah. Aksen bicara yang bisa membuat siapa saja terlena, serta pakaian yang sepertinya memang sengaja perempuan itu pakai untuk menarik perhatian Ceilo. Blouse tipis menerawang yang berdada rendah dipadukan rok span super pendek yang hanya menutupi setengah paha nya.

Maka dari itu sedari awal Kalana sudah bisa mengatakan bahwa Rebecca sangat tidak professional.

Terlalu kesal pada Rebecca membuat Kalana tak sengaja uring-uringan dengan sendirinya, bahkan sedari tadi ia hanya mendiamkan Ceilo yang sibuk dengan kemudinya di bagian jok sebelah kanan.

Macet nya Bandung tak kurang dari Jakarta, itu sebabnya Kalana dan Ceilo masih terjebak dijalanan meski hari sudah hampir pukul 9 malam.

"Lan, maaf ya kita tadi jadinya makan di tempat lain. Padahal aku bikin temu kerja di resto itu karena sekalian mau ngajakin kamu buat cobain makanan disana. Tapi ya....kamu tau sendiri Becca tadi gimana, makin lama berurusan sama dia makin risih aku nya. Dia jelas banget nggak bakal pergi kalau kita juga nggak pergi." Suara Ceilo yang beriring dengan hembus nafas lelah memecah keheningan antara mereka.

Kalana yang sedari tadi hanya menatap macetnya jalanan pulang menuju hotel mereka, kini mengalihkan pandang. Netra nya menelisik dengan bingung pada Ceilo yang juga menatap pada arah Kalana.

Mobil yang terhenti karena kemacetan membuat kedua insan itu dirundung rasa canggung.

"Nggak perlu minta maaf Ilo. Kita kan disana buat kerja, bukan buat makan-makan. Lagian makan di hotel juga aku gakpapa kok sebenernya. Tapi kamu malah bawa aku makan ke resto lain lagi." Sahut Kalana seadanya, hanya mengikuti kata hatinya.

"Kamu juga pasti bisa ngebaca kan Lan kalau aku nggak nyaman sama sikapnya Rebecca? Mana sanggup aku satu ruangan berlama-lama sama dia." Ceilo mengerjap sembari mengurut kecil kening nya yang memang agak pusing menghadapi tingkah Rebecca tadi siang.

"Mmm....karena itu kamu nggak jadi ambil sewa ruko punya dia meski padahal ruko dia emang strategis banget?" tanya Kalana hati-hati.

Meski menurut Kalana bukanlah ranahnya untuk mencampuri atau mempertanyakan keputusan Ceilo dalam urusan pekerjaan, namun sekali lagi Kalana hanya berucap mengikuti kata hatinya tanpa memikirkan hal lain.

Ceilo tersenyum sekilas, senyum yang Kalana sulit untuk mengartikannya, "Aku dari awal emang nggak niat mau kerjasama bareng Becca, meskipun emang bener ruko dia sangat amat strategis. Tapi ditempat lain pun aku rasa aku bisa kok ngembangin kedai dengan baik. Yang penting kan kualitas kedai kita Lan, kalau urusan tempat masih bisa dinegosiasi-in."

Like A Star (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang