Chapter 2.4

2 0 0
                                    

Welcome to my story

jika ada kesamaan dalam nama tokoh, atau kejadian tokoh Mohon maaf karena ini full dengan pemikiran kita dan sedikit kisah yang terjadi di kehidupan kita

Happy reading



Di sebuah kafe dengan lampu yang cukup terang, tiga orang duduk di meja yang sama. Rara berada di tengah-tengah, tampak nyaman, sementara Hema dan Raga duduk di hadapannya. Ada ketegangan yang tebal di udara, seolah-olah waktu berhenti, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Pada awalnya Rara hanya pergi berdua dengan Raga yang memang tiba-tiba mengajaknya kesebuah kafe, Rara yang memang sedang bosan dan kebetulan tidak punya uang pun mengiyakan ajakan Raga.

Tapi baru saja dirinya sampai, tiba-tiba saja datang Hema yang entah dari mana.

Rara duduk dengan tenang di sofa kafe itu sambil menikmati minuman yang sudah ia pesan sedari tadi, berbeda dengan kedua pria yang sedang saling adu pandang dengan sengit.

Seperti diliputi aura negatif di sekeliling kedua pria itu.

"ngapain lo kesini?" tanya Rara pada Hema, membuat Hema memutuskan pandangannya dari Raga dan membalas tatapan Rara.

"gak sengaja lewat, terus tiba-tiba gue liat ada lo," jelas Hema.

Rara yang mengerti pun mengangguk paham, dan kembali menyeruput minumannya.

Keheningan kembali menyelimuti sekeliling mereka, "lo belum jawab pertanyaan gue waktu itu ra!" ujar Raga tiba-tiba memecah keheningan.

Masih ingat? saat waktu dimana Hazel dan Rara menginap dirumah Cleo, tepatnya saat Zia sedang melakukan fisioterapi tangannya yang patah di Singapura.

Saat semua orang sudah tertidur lelap, Rara masih asik sibuk dengan Handphonenya membalas pesan dari seseorang.

Ya, pesan itu dari Raga.

"itu udah lama banget, jadi gimana?" tanya Raga.

Hema mengangkat alisnya sebelah sambil menyeruput Americano nya, penasaran dengan apa yang kedua manusia itu maksud.

"lo mau gak jadi pacar gue?"

Sontak pertanyaan itu membuat Hema menyemburkan Americano nya ke kemeja yang Raga pakai, Raga yang mendapat semburan dari Hema pun langsung menatap Hema dengan tajam.

"gak! gabisa!" sewot Hema.

"lah kenapa?" tanya Raga sama sewotnya.

"ya, karena— karena gue," ujar Hema patah-patah.

"karena Rara masih dibawah umur,"

'tinggal bilang gue suka sama Rara anjir! susah amat,' gerutu Hema dalam hati.

"apaan anjir, gak masuk akal!" ujar Rara menyahut.

...

Pagi hari di hari libur, Rara duduk di depan layar komputer di kamar kecilnya yang gelap, hanya diterangi cahaya monitor dan beberapa lampu LED yang menambah kesan misterius. Nama samarannya dikenal di kalangan gamer sebagai pemain yang tangguh, tapi tak satu pun yang tahu siapa dirinya. Semua orang hanya mengenalnya dengan julukan "SilentMyst".

Saat ia login ke server gim yang biasa ia mainkan, Rara mendengar suara notifikasi dari headset-nya. Teman-temannya sudah menunggu di ruang dialog, siap memulai petualangan baru. Dengan cepat, ia membiarkan jemarinya menari di atas keyboard dan menyapa teman-teman timnya dengan suara yang tenang namun tegas. Rara selalu menjadi sosok yang penuh rahasia—tidak pernah menunjukkan wajah, dan selalu menghindari percakapan pribadi. Bagi dunia luar, Rara hanyalah seorang anomali😭 tanpa identitas.

Behind The Door || On Going.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang