Setelah momen dimana Sandjaya mengungkapkan perasaannya pada Hazel, hubungan gadis ini dan laki-laki bermata sipit itu tetap berjalan seperti biasanya. Tidak ada yang berubah. Tidak ada rasa canggung diantara mereka. Hazel benar-benar memegang omongannya yang tidak akan menjauhi Sandjaya.
Ya, meskipun sebenarnya Sandjaya sendiri masih terluka, namun ia tidak akan pernah mencoba untuk menjaga jarak terhadap Hazel. Baginya, tetap bisa berada disamping Hazel dan bercanda bersamanya adalah kebahagian tersendiri untuknya.
Hari ini, Hazel akan mencoba berbicara dengan Tari. Meskipun Hazel yakin, Tari mungkin tak akan langsung mau mendengarkannya, setidaknya Hazel sudah mencoba.
Setelah mata pelajaran utama dan kedua selesai, semua orang sudah berhamburan keluar kelas dan hanya menyisakan beberapa saja yang masih berada di dalam kelas, yakni Hazel, Ruri, Tari, Aleksandra, Pierre dan Siswono.
Hazel terus menatap lekat Tari yang saat ini tengah sibuk memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Berharap sahabatnya itu membalas tatapannya.
Saat Tari hendak beranjak dari kursinya, tiba-tiba saja Aleksandra memanggil Tari dari tempat duduknya. Sontak Ruri yang berada di sebelahnya dan Hazel langsung memutar kepala menatap Sandra.
Tari pun menoleh pada Sandra dan tersenyum. Hazel mengerutkan kedua alisnya saat melihat tanggapan Tari pada gadis Belanda itu. Tentu saja ini adalah momen yang langka bagi Hazel. Begitu pun dengan Ruri, raut wajah tak suka saat melihat interaksi Tari pada Sandra sangat terlihat disana. Karna setau Hazel dan Ruri, selama ini Tari tidak pernah sekalipun berinteraksi dengan Sandra.
Apa karna Tari sedang marah pada Hazel, jadi dia berteman dengan Sandra? Hmm, bisa jadi.
"Tari, mari kita membeli sesuatu." Ucap Sandra pada Tari dengan aksen bahasa indonesia yang belum sempurna. Tari hanya mengangguk menanggapi itu.
Saat Tari hendak melangkah, pergelangan tangannya langsung di pegang oleh Hazel yang masih terduduk di tempatnya. "Tar, gue mau ngomong bentar sama lo. Plis."
Dengan tatapan memohon Hazel pada sahabatnya itu, ia berharap Tari mengiyakan permintaan nya. Raut wajah datar Tari dan matanya pun menatap Hazel dengan sangat dingin, seperti banyak tersimpan kebencian disana.
Namun tak lama, dengan sekali hembusan nafas berat, akhirnya Tari menganggukkan kepalanya pelan. Kedua sudut bibir Hazel tertarik ke atas melihat itu. Tanpa menunggu lama, Hazel langsung berdiri dan melangkah keluar kelas dengan tangannya yang masih setia menggenggam pergelangan tangan sahabatnya.
Disisi lain, raut wajah tak suka Aleksandra muncul kembali. Tatapan amarah di wajah putih pucatnya itu sangatlah terlihat oleh Ruri yang masih duduk di kursinya. 'Pasti kesal kau kan, kasian tidak jadi punya teman hahahah', dalam hati Ruri tertawa. Dan setelah itu, Ruri langsung bergegas keluar kelas menyusul dua kawannya. Meninggalkan Aleksandra yang masih berdiri terpaku menatap kepergian Ruri sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Ada apa dengan Tari dan Renjani, yer? Apakah mereka bertengkar?" Tanya Siswono yang ternyata sedari melihat adegan para gadis teman sekelasnya itu. Pierre hanya mengendikkan bahu menanggapi pertanyaan Siswono dan berpura-pura tidak tau.
Siswono menggaruk kepalanya yang tak gatal itu, "perteman para gadis memang sangat rumit."
"Benar kan, Yer?"
"Ya"
"Huh dingin tapi tidak kejam"
•••
Disini lah Hazel dan Tari berada. Seperti biasa di kursi panjang yang menghadap tepat pada lapangan voli, tempat favorit mereka.
Hazel dan Tari masih saling mendiami satu sama lain. Hazel yang bingung harus memulai darimana, sedangkan Tari yang entahlah pikiran dan perasaan nya saat ini sangat berkecamuk.
"Kenapa enggak bilang kalo lo suka sama Sandjaya, Tar?."
Tari langsung menolehkan kepalanya menghadap Hazel dengan tatapan terkejut. Bagimana Hazel bisa tau pikirnya. Hazel membalas tatapan Tari, menatap kedua mata sayu kawannya itu. "Lo marah sama gue, ngejauhin gue, itu semua karna lo cemburu kan?."
"Tar, Sandjaya emang suka sama gue. Dia nembak gue kemarin..." kelopak mata Tari sedikit menaik mendengar peryataan Hazel.
"... tapi asal lo tau, gue nolak dia kok. Gue nggak ada rasa suka sedikitpun ke dia, suerr dah. Gue cuma nganggep dia sebatas temen, temen deket di eskul. Tolong jangan marah lagi ke gue. Gue jadi ngerasa kayak tukang rebut tau nggak. Lo kalo emang suka ama si Sandja, gue bisa bantu kok. Tapi plis jangan jauhin gue lagi. Plisss" Lanjut Hazel memelas sambil memegang kedua tangan Tari.
Tari memalingkan wajahnya ke depan. Ada sedikit rasa lega di dadanya saat Hazel menjelaskan semuanya padanya. Kini Tari lah yang merasa bersalah pada Hazel karna sudah marah tidak jelas, menjauhi kawannya itu hanya karna seorang laki-laki. Betapa bodoh dirinya, pikir Tari.
"Maafkan aku, Ni." Ucap Tari seraya melepaskan genggaman tangan Hazel dan membalikkan badannya untuk menghadap ke arah kawannya sambil memegang kedua bahunya.
Hazel terkesiap
"Kamu benar, aku cemburu padamu. Tapi kini sudah tidak terlalu. Terimakasih sudah menjelaskan nya padaku. Maafkan aku ya, Ni." Ucap Tari tersenyum tulus.
Kedua sudut bibir Hazel terangkat ke atas. Ia merasa sangat lega dengan jawaban Tari. Hazel menganggukkan kepalanya, "iya, gue juga minta maaf ya karna nggak bisa mahamin elo."
Hazel meraih tubuh Tari dan memeluknya. Tari pun membalas pelukan Hazel dengan sangat erat. Senang rasanya melihat kedua teman yang bisa akur kembali.
"Jadi beneran lo naksir Sandjaya?" Tanya Hazel seraya melepaskan pelukannya.
Bukannya menjawab, Tari malah tersipu malu. "Eum, m-mungkin" jawabnya lirih sambil menunduk.
"Yailahh, awowkwowolo. Lucu banget sih ah bocah kasmaran" Hazel tertawa keras melihat Tari yang sedang salah tingkah itu.
"Oh, disini rupanya kalian. Aku cari-cari sampai ke lorong gudang kau tau." Teriak Ruri yang berjalan cepat menghampiri kedua sahabatnya. Tari dan Hazel tertawa.
"Macam sudah baikan ku tengok"
"Udah, salah paham doang. Ya kan, Tar?"
Tari mengangguk
"Itulah, kau kalo ada masalah itu ngomong Tari. Macam muak kali aku kalau kau diam saja bah"
"Jadi benar kau suka Sandjaya?!"
"Diam kamu, Ruri?!"
"Lahhhh"
Bersambung....
Hai....
Aku kembali
Maaf atas keterlambatan up nya 🧎🏻♀️
Maaf juga kalo tulisan nya jadi acak adul, udah lama nggak nulis soalnya 😓🙏🏻Gimana nih kabar kalian?
Semoga sehat selalu ya
Terimakasih yang sudah membaca
💕💕💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Love at The Wrong Time || Pierre Andries Tendean
Ficțiune istorică[ON GOING] Hazel Adistira Wiratama Putri seorang Jenderal bintang empat bernama Ahmad Wiratama. Gadis penyuka bola berumur 17 tahun yang terlempar ke tahun 1956 dan masuk kedalam raga seorang gadis lemah lembut dan kalem keturunan Jawa. Disitulah a...