LUKA AZKA

31 4 1
                                    

Bisma kembali dari membeli obat dan perlengkapan mereka selama pelarian. Ia tidak mendapati azka di sekitar kamar

Suara gemericik air dari kamar mandi terdengar jelas.

"Az lu mandi? Lu masih demam!"

Ada nada khawatir dari suara Bisma, harusnya ia tidak khawatir, azka hanya orang asing yang baru ia temui.

"Gua bau bis, gua gak sanggup. Lengket semua badan, ada baju ganti gak ya"

Bisma memeriksa barang yang baru ia beli, memang ada beberapa pakaian untuk mereka kenakan. Tapi ia tidak tau apa Azka menyukai pilihan nya

"Gua ada beli beberapa, lu pilih sendiri ya!"

Azka keluar hanya menggunakan handuk hotel.

Bisma tertegun ia terkejut, perasaan ini belum pernah ia rasakan. Bisma berjalan mendekati azka dan memeluk nya.

Azka kaget, jelas ia terkejut. Bisma yang ia tau adalah Bisma yang tangguh. Bisma yang berani. Seseorang yang membela nya di depan ayah nya sekarang menangis sambil memeluk nya.

"Lu kenapa?"

Bisma dan mata berair nya menatap azka. Matanya menelisik tubuh polos azka. Bekas pukulan ada juga sayatan terlihat jelas dimata Bisma

"Azka, siapa az? Jawab gua!"

Azka belum pernah diperhatikan oleh seseorang, ini hal baru baginya.

"Az, siapa si brengsek itu? Ayo kita bunuh dia! Enggak Ayo kita bunuh dunia"

Bisma menyentuh setiap bekas luka dan sayatan, ia tak tau mengapa seseorang melakukan hal keji ini

Azka tersenyum simpul, ia memperhatikan Bisma

"Bis, gua emang pantas di perlakukan seperti ini"

Bisma menatap azka tak percaya, ia tak menyangka kalimat itu akan keluar dari mulut Azka

"Lu salah, gak ada satupun manusia yang pantas az"

Bisma menarik tubuh azka menghadap cermin, ia harus bercermin. Ia harus tau bagaimana tubuh nya

"Liat, liat tubuh lu, lu gak sayang sama diri lu az?"

Azka berbalik setelah melihat tubuhnya, ia tau goresan di tubuhnya sangat banyak. Ia bahkan pernah menghitung nya sebelum akhirnya menyerah.

"Gua pantas bis, sangat pantas"

Setitik air jatuh bukan dari manik azka tapi bisma, hatinya sakit. Ia juga tak tau mengapa

"Kalau lu gak sayang sama tubuh lu, ijinin gua yang ngerawat"

Bisma tau ini bukan urusan nya, tapi hatinya sakit tanpa perencanaan. Ia bisa apa.

"Gua keluar bentar"

"Kemana?"

"Cari salep.
Disitu ada makanan. Makan habis itu minum obatnya"

Bisma pergi meninggalkan azka yang menatap kepergian nya tanpa mengatakan apapun lagi.

sebelumya azka sangat membenci dunia tapi sekarang Ia berterimakasih karna ada Bisma di dunia ini.

.
.
.
.

Bisma mengoles salep yang baru ia beli, berharap setidaknya bisa mengurangi rasa sakit hati yang Azka derita.

Telepon yang berdering pun tak ia hiraukan, ia hanya menatap layar handphone tanpa ada niat mengangkat nya.

"Dika?!"

Bisma enggan menjawab,  ia hanya meneruskan mengoleskan setiap luka yang ia lihat.

Tangan Bisma terulur ke kening azka, memastikan demam nya sudah turun

"Demam nya udah turun"

Mata Bisma enggan berpaling dari banyaknya luka di tubuh Azka.

"Lu teman gua kan az" Tanya Bisma

"Lu mau temenan sama gua?" Balas azka, ia melihat bisma
"Lu kasihan sama gua ya bis?"

Bisma tidak suka dengan kalimat terakhir azka, ia menatap Azka,. Lama

"Maaf" Lanjut azka

"Az, lu bisa janji gak sama gua?"

Bisma, sebenarnya adalah seorang penyendiri. Ia tak suka bergaul, orang terdekat nya hanya pieree dan dika. Itupun karna mereka yang mendekati nya duluan.

Azka adalah orang pertama yang Ia dekati,

"Az....gua..... Setiap hari gua.... Gua selalu nyari alasan buat hidup"

Bisma sentimental malam ini, apa karna melihat luka azka, ia hanya ingin menjadi dekat dengan Azka jadi ia membuka diri. Ia ingin Azka mengetahui dirinya

"Gua mau kita bertahan az. Kita sama sama bertahan ya! Janji sama gua kita bertahan az!"

Mata bulat Bisma sedikit berkaca, Azka mendekat memeluk Bisma, entah keberanian dari mana. Ia hanya ingin Bisma tidak merasa sendiri.

"Gua, ortu gua ngebuang gua az. Gua ngerasa kaya sampah!!"

Azka hanya mengelus punggung bisma lembut.

"Gua terpuruk az, gua pengen mati waktu Pierre bunuh diri. Gua pengen ikut dia. Tapi gua juga masih pengen hidup az"

Tubuh Bisma bergetar di pelukan azka. Ia tak tau mengapa ia seterbuka ini dengan Azka. Mengapa ia nyaman menceritakan luka nya.

"Az, jangan tinggalin gua ya, gua takut sendiri. Lu janji sama gua ya az. Janji ya!"

Azka masih terdiam, ia hanya mengeratkan pelukan nya. Tak mendapat jawaban dari Azka, Bisma melonggarkan pelukan dan menatap Azka.

"Azka, janji ya, lu janji hmm?"

"Gua janji"

Janji malam itu membawa mereka jauh keperjalanan panjang
.
.
.
.

Bisma membaca pesan yang dika kirim
Dika "Bis, ortu lu nyari lu!"
.
Bisma "thanks dik, lu udah baik sama gua, jangan cari gua"
.
.

Dika khawatir dengan pesan terakhir Bisma, ia khawatir dengan kondisi sepupunya.
Belakangan ia tau, bisma masih berhubungan dengan azka. Mereka berdua melarikan diri.

Azka dilaporkan hilang oleh keluarganya, jadi polisi mencari Bisma karna ia yang terakhir terlihat bersama Azka.

Sebagai keluarga terpandang, orang tua Bisma tidak mau berurusan dengan kepolisian dan menuduh bahwa azka adalah pengaruh buruk anak nya

Dika berada dalam Kekacauan yang di buat sepupunya.

AzkaBismaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang