41-Menantu Pertama Hastinapura

828 68 0
                                        

"Aku tidak menyangka kami berjodoh, sepertinya kamu sangat sial"ungkap Drupadi dengan senyuman manisnya, dia meletakkan karangan bunganya pada Nakula.

Keringat dingin mengalir dipunggung Nakula, dia benar-benar tidak bermaksud demikian~ awalnya dia mengatakan itu, karena marah dan terbawa suasana.

Disisi lain, Arjuna menertawakan kemalangan adik terkasihnya~

Hmph!

Siapa yang meminta mu mengambil start lebih dulu! Dasar curang! Kamu pantas mendapatkannya~

"Itu....aku tidak bermaksud begitu, maafkan aku"

"Tidak, jangan minta maaf. Seperti yang kamu katakan, adalah kebenaran bahwa siapapun yang menjadi suami ku akan sial seumur hidupnya~"

"..."sudah berakhir, Drupadi menyimpan dendam. Nakula menangis dalam hati atas perilakunya yang suka blak-blakan.

"Selanjutnya, terima kasih telah membantu ku saat swayamvara itu. Adik ipar Wulan"

"Adik ipar?"Wulan berkedip kebingungan, kapan mereka memiliki hubungan itu?

"Bukankah kamu sudah berjanji akan menganggap Pangeran Nakula sebagai kakak mu? Maka kamu juga akan ku panggil adik ipar kan?"

"Ah benar! Ngomong-ngomong tidak perlu berterima kasih atas bantuan itu. Daripada menerima ucapan itu, sepertinya aku yang harus minta maaf atas kata-kata kasar ku di swayamvara itu"

"Jangan khawatir, aku sudah memaafkan"Drupadi sama sekali tidak menyimpan dendam untuk itu, dia hanya berpura-pura marah agar masalah makin riuh, dan akhirnya memaksa para Pangeran Kuru untuk ikut serta. Dalam artian lain, dia membantu Krishna untuk memprovokasi para Pangeran Kuru agar mau ikut serta dalam swayamvara ini.

Meskipun dia tidak menikah dengan Pangeran Arjuna, dia dapat membuat seseorang yang sehebat Pangeran Arjuna sebagai suaminya, seharusnya ini termasuk melakukan harapan dari ayahnya.

Memang benar, jika Raja Angga Karna di eliminasi meskipun kemampuannya sebanding Pangeran Arjuna, tetapi itu karena identitasnya yang bukan berasal dari darah bangsawan.

Tetapi Pangeran Nakula berbeda, dia memiliki kemampuan serta status yang sebanding dengannya. Memang terdengar jahat, karena menilai seseorang dari garis keturunannya, tetapi inilah yang di inginkan ayahnya. Ayahnya berharap dia bersama seseorang yang layak, entah itu dalam hal kemampuan ataupun status. Lalu inilah haknya, untuk memilih Pangeran Nakula dan menolak Raja Angga Karna.

"Jika begitu, aku lega "

"Ah... benar! Karena kamu telah menganggap ku kakak~ maka kamu harus ikut dalam acara pernikahan ku di Hastinapura! Tidak ada penolakan!"

"Eh....tapi ini...aku tidak...."

"Tidak ada penolakan! Ikut saja, tidakkah kamu mengatakan menganggap ku kakak? Ini adalah permintaan pertama ku~ kamu tidak ingin mengabulkan?"Nakula memasang wajah penuh kesedihan. Wulan tidak tega dan akhirnya mengangguk.

"Hanya beberapa hari, aku tidak bisa terlalu lama"

"Bagus! Ini kesepakatan!"

***

"Ya ampun~ kamu sudah berdiri sedari tadi? Apa kamu tidak letih?"goda Ratu Gandari, Kunti tersenyum malu. Dia sangat bahagia, ini adalah pertama kalinya dia tersenyum setelah kematian Gayatri.

Dia berharap menantu ini, akan membawa keceriaan didalam istana yang penuh kesedihan akibat kematian Gayatri.

"Bagaimana jika kamu berdoa saja dulu, mintalah agar kedua pasangan ini diberikan berkah dan kebahagiaan"usul Gandari, Kunti mengangguk setuju. Dia berjalan tergesa-gesa untuk memulai doa-doa itu, tanpa mengetahui bahwa ini adalah titik balik dari kemalangan yang menimpa menantu barunya.

Tentu saja, semuanya dapat berubah jika sebuah variabel mengacaukan sejarah yang ada.

***

Disebuah hutan indah, dengan ayunan yang terombang-ambing kedepan dan kebelakang. Krishna duduk dengan mata tertutup.

"Apakah Ratu para Pandawa akan lahir? Atau variabel ini akan mengacaukan alasan kelahirannya?"

"Kemalangan yang berubah menjadi kebahagiaan, ku harap itulah yang terjadi padamu, teman ku"

"Sebuah variabel yang muncul dari masa depan yang mengacaukan sejarah yang telah tertulis, meskipun ingatan telah hilang. Dia tetap saja mengacaukan sejarah itu"

"Aku tidak tau, apakah ini kabar baik atau buruk?"

"Meskipun begitu, ku harap kamu berhasil..."

***

"Gayatri!"Bisma menatap Wulan dengan tatapan tidak percaya, para Pandawa dan Kurawa tersenyum tipis.

Kebahagiaan dan senyuman akan kembali lagi, dan menerangi kesedihan di seluruh Hastinapura!

"Ah...bukan! Aku Wulan, bukan Putri Gayatri. Senang bertemu dengan mu, Tuan Bisma"Wulan buru-buru menjelaskan kesalahpahaman itu, jangan sampai dia salah dikenali.

"Wulan? Bagaimana bisa?! Jelas kamu Gayatri!"ungkap Widura tidak percaya, rupa ini sangat sama! Tingkah laku, gaya bicara bahkan ekspresi kebingungannya sama. Apa mungkin ada yang bisa meniru persis seperti aslinya?

"Dia Wulan, Kakek Bisma, Paman Widura. Aku akan menjelaskan nanti"Arjuna mencoba menengahi, jangan sampai Wulan kabur karena tidak nyaman.

"Baiklah, sekarang mari panggil Kunti untuk menyambut menantu pertama kami"ungkap Widura dengan senyuman.

"Ah...jangan repot-repot, aku dan Drupadi akan menghampiri ibu! Ibu ada diruang berdoa. Aku yakin dia disana, ayo kesana dan berikan kejutan ganda pada ibu~"Nakula membawa semuanya untuk berjalan mencari Kunti

"Ada apa ini? Mengapa aku merasa tidak enak?"batin Wulan aneh, seolah akan terjadi sesuatu yang buruk.

***

Bersambung ~

See you

Variabel Mahabharata 1-[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang