"Nona Gayatri memasuki ruangan!"
Gayatri melangkahkan kakinya kedalam kamar Raja Destarasta, dia melihat siluet Raja Destarasta sedang memunggunginya.
"Ku dengar kamu bertemu dengan anak-anak ku, beberapa waktu lalu"ucap Destarasta.
Gayatri mengiyakan apa yang dikatakannya, "Itu benar, Yang Mulia. Aku memang bertemu dengan mereka, dan berbincang sebentar "
"Berbincang! Tidak! Kamu tidak berbincang, kamu menghinanya!!!"Destarasta berbalik dengan wajah penuh amarah padanya.
Gayatri tersenyum simpul, dia memang sudah menduga reaksi yang akan di buat Destarasta.
"Benarkah? Tapi aku tidak tau, dimana letak aku menghinanya, Yang Mulia. Bisakah kamu menjelaskan lebih rinci?"acuh Gayatri.
"Arogan! Jika aku mengatakan kamu salah, maka kamu salah!!!"marah Destarasta dan membuang guci ketanah, hingga pecahan kaca itu terbanting dan melukai dahi Gayatri.
Gayatri hanya diam dan tidak mengeluarkan suara rintihan akibat luka goresan yang cukup dalam itu.
"Maka ini adalah kesalahan ku, Yang Mulia. Tolong hukum aku"ucap Gayatri yang merasa sesak berada diruangan ini.
"Aku menghukum mu dikurung ditempat gelap, yang tidak memiliki air dan makanan selama dua hari! Pergilah!"usir Destarasta.
"Terima kasih atas kemurahan hati anda, Yang Mulia "Gayatri undur diri.
Di melangkahkan kakinya keluar dari kamar yang penuh dengan perasaan sesak itu.
Setelah sampai diluar kamar Destarasta, dia meminta tolong pada pelayan Yang Mulia Destarasta, untuk mengatakan pada Ratu Kunti, jika dirinya akan bermalam dirumah salah satu sahabatnya yang merupakan seorang pelayan di istana ini.
Syukurlah pelayan itu menyanggupi, "Dengan ini seharusnya ibu Kunti dan kakak tidak akan khawatir"gumam Gayatri lega, dan berjalan kearah gudang yang sering dijadikannya sebagai tempat hukuman.
Sedari dulu, dia memang sering dihukum oleh Raja Destarasta. Hukuman ini terjadi karena Gayatri selalu mengintip dirinya, Raja Destarasta merasa risih dengan tatapan yang diberikan anak yang tidak diinginkannya.
Karenanya dia selalu mengusir Gayatri, saat kata usiran tidak mempan padanya. Maka bentuk hukuman ini yang diberikan...
Anehnya, dia mengetahui jika aku takut dengan gelap, karenanya dia memberikan hukuman yang paling aku takuti.
Meskipun begitu, karena terlalu sering mendapatkan hukuman yang sama. Apa yang awalnya menjadi ketakutan ku, berubah menjadi teman yang menemani ku.
Ini aneh...
Apa aku perlu berterima kasih untuk itu?
Gayatri telah sampai disebuah gudang terbengkalai, tempat paling sunyi dan sepi di istana ini.
Setelah memasuki ruangan, pelayan suruhan Raja Destarasta mengunci ruangan itu.
"Ruangan ini masih sama seperti dulu"ucapnya dengan senyuman tipis.
Dia berjalan perlahan-lahan ketempat yang di susun saat kecil, tempat itu tersusun dari beberapa tumpukan selimut yang dibentuk seperti kasur.
Disinilah dia sering berbaring dan tertidur, meskipun banyak debu karena memang sudah lama tidak dia kunjungi.
Akhirnya Gayatri memutuskan membersihkan tempat yang akan dia tinggali dua hari kedepan ini!
***
"Ku dengar gadis itu dikurung digudang ini~
Hei.... Bagaimana jika kita menakut-nakutinya dengan asap, sehingga dia berpikir adanya kebakaran?"tanya Dursasana dengan senyuman jahil.
Duryudana mengangguk setuju, akhirnya mereka mengumpulkan tumpukan daun-daun dan membakarnya.
Hanya saja....
Karena angin terlalu kencang, dan banyaknya bahan-bahan seperti daun kering yang tersebar disekitar gudang terbengkalai itu.
Api kecil itu berubah menjadi api besar, dan membakar gudang itu dalam lautan api!
"Tidak! Jika begini maka gadis itu akan mati! Apa yang harus kita lakukan?"tanya Duryudana yang diliputi rasa bersalah.
"Jangan katakan apapun, atau Kakek Bisma akan menghukum kita! Ayo lari saja, tidak ada yang tau jika kita berdua adalah pelakunya! "Dursasana mengajak kakaknya pergi dari sana.
***
"Kebakaran! Kebakaran! Ada kebakaran di dalam gudang!"teriak para pelayan.
"Gudang?"pelayan pribadi Destarasta ketakutan, bukankah itu ruangan tempat Gayatri dihukum?
Akhirnya dengan cepat, pelayan Destarasta berlari ketempat Bisma, karena hanya dia yang dapat menyelamatkan Gayatri.
Pelayan itu sangat paham rasa benci tuannya pada anak tidak bersalah itu, karenanya dia ingin meminta tolong pada Bisma.
Pelayan itu telah melihat Gayatri tumbuh dan tau semua penderitaannya, karenanya dia sangat bersimpati dengan pengalaman hidupnya.
Bahkan dengan perlakuan tidak adil yang dilaluinya, dia tidak pernah marah ataupun protes. Dia hanya dengan tatapan tersenyum kecil, menerima semua ketidakadilan itu.
Anak polos dan lugu itu, tidak boleh mati!
***
Bersambung ~
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
Variabel Mahabharata 1-[END]
Fantasy📢 Cerita ini adalah karya fiksi semata. Segala kesamaan nama, tempat, tokoh, atau peristiwa dengan dunia nyata hanyalah kebetulan dan tidak ada maksud untuk menyinggung pihak mana pun. 📢 Tokoh dan kejadian dalam cerita ini hanyalah fiksi belaka...
![Variabel Mahabharata 1-[END]](https://img.wattpad.com/cover/372700930-64-k912317.jpg)