kalau ada yang mau baca :') semoga ga ada yg bingung krn owe merupakan author yg suka bikin time jump :')
*Forever & Always
Malam ke seribu empat ratus enam puluh. Setelah kamu pergi. Aku menutup hatiku untuk siapapun. Aku tidak pernah menginginkan orang lain selain kamu. Terpaksa aku mematikan perasaanku yang sudah hancur setelah kejadian empat tahun yang lalu. Tetapi aku sudah dewasa. Semakin bertambahnya usiaku, aku menyadari kamu tidak akan kembali. Kita tidak akan pernah bersama lagi. Kata kata kita akan bertemu lagi disaat kita lebih baik untuk satu sama lain merupakan hal terbodoh yang pernah aku dengar.
Tidak, bukan kalimat itu yang bodoh. Tetapi aku yang bodoh untuk mempercayai kita akan bertemu lagi. Bertemu lagi untuk melanjutkan angan angan bodohku. Dengan umurku yang kedua puluh satu ini, aku terpaksa membuka kembali lembaran lama itu. Bukan karena kamu yang kembali. Tetapi penggantimu. Aku terpaksa membuka hatiku kembali. Dia yang sempurna. Dia yang selalu ada untukku. Dia yang selalu memujiku. Dia yang terlalu sempurna untukku. Dia yang serba lebih darimu. Aku membuka hatiku untuknya, pada malam ke seribu lima ratus tujuh puluh dua.
"Ada yang ingin kubicarakan kepadamu," ujar pria itu kepadaku. Tanpa sadar aku menahan napasku. Aura tubuhnya benar benar membuatku mati kutu. Lain sekali denganmu yang membuatku rileks dan santai. Pria itu mengambil bunga matahari dari meja tempat kami duduk tadi. Ia memberikannya kepadaku.
"Bunga matahari mengisyaratkan sebuah kesetiaan dan ketulusan. Aku mencintaimu, Audy. Aku memberikanmu bunga ini karena aku tulus kepadamu. Aku akan setia kepadamu. Aku ingin kamu menjadi pendampingku." Ujarnya dengan menatapku tepat di mata. Tatapan itu penuh dengan ketulusan. Aku tidak sanggup menolaknya. Meskipun aku masih jatuh cinta kepadamu. Tetapi aku harus tahu, kamu tidak mungkin kembali. Sesuai dengan janjimu. Aku pun mengangguk sebagai tanda aku menerimanya menjadi pendampingku hingga akhir hayat.
Aku menangis. Entah untuk apa aku menangis. Bisa jadi karena salah satu bagian dari diriku masih mencintaimu yang sudah pergi. Pria yang sempurna itu menarikku kedalam pelukannya. Disitulah aku menangis sebisaku. Ia begitu baik. Begitu sempurna. Aku hanya bisa berharap dengannya aku bisa melupakanmu.
Yang terjadi di minggu minggu berikutnya adalah kami mempersiapkan pernikahan kami yang akan diselenggarakan tiga bulan lagi. Aku benar benar bahagia. Disitulah aku yakin dia akan menjadi pendamping hidupku yang tepat. Tidak akan menyakitiku seperti yang kamu lakukan dulu. Aku hampir lupa menyebutkan namanya. Ia Karel. Kami bertemu di gym langgananku sejak SMA dulu. Aku menyayanginya. Tetapi aku mencintaimu. Kamu tahu kan perbedaannya. Karena itulah aku bertahan sejak empat tahun yang lalu.
Satu bulan menjelang pernikahan kami, aku yang masih kuliah sedang mengikuti lomba fotografi untuk mading kampus ku. Lalu aku pergi ke sebuah galeri lukisan di daerah Kebayoran. Aku menemukan lukisan diriku di ruang musik saat masih SMA. Aku hanya menemukan inisial 'A'. Setelah aku tanyakan kepada Kiara yang notabene nya pemilik galeri itu, akhirnya aku tahu kamu yang melukis lukisan itu.
Aku memutuskan untuk membeli lukisan itu. Tanpa pernah aku duga, aku bertemu kamu di SMA kita. Aku pergi kesana bukannya apa, aku ingin mencari objek yang bagus untuk difoto. Tahunya aku bertemu kamu. Kamu yang masih seperti dulu. Membuatku melupakan Karel sementara. Kita berbicara seperti tidak ada yang terjadi diantara kita dulu. Disaat kamu bertanya apakah aku sudah mempunyai pacar, aku berbohong. Lalu kamu mengajakku menjadi pasanganmu di acara reuni. Aku menerimanya. Disaat aku sudah berjanji akan pergi bersama Karel.
Aku memberitahu Karel tentang hal ini. Aku sudah yakin ia akan membenciku, bahkan meninggalkanku malam itu juga. Tetapi, ia justru mengusap kepalaku dengan lembut. "Aku sudah tahu kamu masih mencintai pria itu. Aku hanya berharap bisa menggantikan posisi dia menjelang pernikahan kita. Tetapi ia sudah memenangkanmu sejak lama. Aku mundur, Audy. Meskipun begitu, aku tetap mencintaimu." Lalu ia memutuskan jarak diantara kami. Ia tidak berkata apa apa lagi. Ia hanya berkata bahwa itu adalah sebuah ciuman selamat tinggal. Aku pun memeluknya. Berterima kasih atas pengertiannya.
Malam itu juga aku pergi ke rumah sepupuku. Aku juga meminta Cam untuk tinggal disana menemaniku. Aku memberitahunya tentang kamu yang kembali. Ia pun bahagia akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi. Beberapa hari kemudian, hari H reuni kita, aku ragu untuk datang. Bagaimana respon Kiara saat kita datang ke reuni berdua. Apalagi saat mengetahui Kiara merupakan mantan pacarmu dulu. Tetapi kamu meyakinkanku dia sudah bersama orang lain.
Aku bahagia bisa bertemu denganmu lagi. Tetapi disaat temanmu menginterupsi percakapan kita. Aku baru tahu kamu sudah bertunangan dengan Dhita. Aku benar benar hancur saat mengetahui hal itu. Ternyata temanmu itu salah. Kamu memberitahuku bahwa pertunangan kalian dibatalkan. Kamu berkata kamu mencintaiku. Sulit untukku kembali percaya kepada kamu setelah apa yang terjadi. Tetapi bagian dari diriku mengatakan aku harus mempercayaimu. Dan aku percaya.
Dua bulan kemudian, kita menikah. Disebuah pulau pribadi milikmu. Hal itu merupakan hal yang tidak akan kulupakan dalam hidupku. Aku mencintaimu, Rama. Aku bahagia bisa menikah denganmu. Meskipun pesta pernikahan kita tidak dihadiri oleh banyak orang tetapi itu lebih dari cukup. Bagaimanapun pestanya, dimanapun itu, kapanpun, selagi aku bersamamu aku bahagia.
Setelah tiga tahun usia pernikahan kita, kita memiliki dua buah hati kembar yang sangat lucu dan menggemaskan. Namanya Arya dan Aria. Arya dan Aria: untuk Rama dan Audy. Walaupun aku awalnya mengatakan bisa bertemu lagi denganmu adalah kata kata yang bodoh, aku sekarang tidak lagi menganggapnya bodoh. Hal yang terbodoh bagiku sekarang yaitu kita membutuhkan dua ribu lima ratus lima puluh lima hari untuk bisa bersama sebagai keluarga.
Aku mencintaimu, Rama Ghani. Selamanya dan selalu.[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone
Teen Fiction[BEBERAPA PART DI PRIVATE] karena authornya sendiri malu dengan tulisan ampas ini :( . . "Kalau gue bilang sebenernya gue udah suka sama lo dari kelas 10 sebelum kita berantem gimana? Apa lo bakal bilang hal yang sama? Lo juga suka sama gue?" "Iya...