23. Sebuah Undangan

54 10 0
                                    

Vote + Komen + Jangan Lupa Follow
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

***


Hari itu, Malfoy Manor diselimuti keheningan seperti biasa. Diana Malfoy duduk di perpustakaan, membenamkan diri dalam buku tebal tentang sejarah sihir kuno.

Perpustakaan adalah tempat favoritnya di manor, tempat di mana ia bisa melarikan diri dari ekspektasi tinggi keluarganya. Namun, ketenangan itu terganggu ketika ia mendengar langkah berat ayahnya, Lucius Malfoy, di lorong.

"Diana," panggil Lucius dari ambang pintu. Suaranya tegas seperti biasa.

Diana menutup bukunya dan berdiri. "Ada apa, Dad?"

"Ke ruang tamu. Ada sesuatu yang perlu kuberitahukan," jawab Lucius tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut, lalu pergi begitu saja. Diana mendesah pelan, merapikan roknya, dan berjalan mengikuti ayahnya.

Ketika sampai di ruang tamu, ia melihat ibunya, Narcissa, duduk di sofa elegan dengan secangkir teh, sementara Draco tampak sibuk mengatur koleksi miniatur sapu terbangnya di meja kecil. Lucius berdiri dengan sebuah gulungan surat di tangan, ekspresinya penuh kebanggaan.

"Ada apa, Dad?" tanya Draco, yang langsung menghentikan kegiatannya begitu melihat ayah mereka.

Lucius membuka gulungan itu perlahan, menikmati momen perhatian penuh dari keluarganya. "Kita diundang ke final Quidditch World Cup," katanya akhirnya, suaranya penuh kebanggaan. "Dan bukan sembarang tempat. Kita akan duduk di tribun kehormatan."

"Tribun kehormatan?" Draco berseru, matanya melebar penuh antusiasme. "Itu artinya aku bisa melihat Viktor Krum dari dekat! Dia pemain terbaik di dunia!"

Lucius mengangkat satu tangan untuk meminta Draco diam. "Fudge sendiri yang mengirim undangan ini. Sebagai kepala keluarga Malfoy, ini adalah pengakuan atas kontribusi kita di dunia sihir."

Diana hanya diam mendengarkan. Ia tidak seantusias Draco tentang Quidditch, meskipun ia mengerti betapa pentingnya pertandingan itu bagi ayah mereka. "Tim mana yang bermain?" tanyanya akhirnya.

"Bulgaria melawan Irlandia," jawab Lucius sambil meletakkan surat itu di atas meja. "Pertandingan ini akan menjadi sejarah."

Narcissa menatap suaminya dengan tenang. "Dan bagaimana kita akan ke sana? Aku tidak ingin bepergian dengan cara yang merepotkan."

Sacrifier | 𝐆𝐨𝐥𝐝𝐞𝐧 𝐭𝐫𝐢𝐨 𝐞𝐫𝐚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang