12. Malam Bersama Potter

127 17 1
                                    

Vote+Like+Komen

***
.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Suasana di Hogwarts terasa mencekam setelah kabar bahwa Sirius Black berkeliaran di sekitar sekolah. Para siswa berbisik dengan khawatir, dan Diana Malfoy, merasa campur aduk antara rasa ingin tahunya dan kegembiraan melihat ketakutan di antara siswa Gryffindor.

Saat dia berjalan melewati koridor, Diana menghampiri kerumunan siswa Gryffindor yang berkumpul dengan wajah cemas. "Kalian benar-benar percaya bahwa monster seperti Sirius Black bisa masuk ke sini dan tidak ada yang bisa melakukan apa-apa?" ejeknya, menatap mereka dengan senyum sinis.

Hermione Granger menatapnya tajam. "Ini bukan saat untuk bersikap egois, Malfoy! Kita semua berada dalam bahaya."

Diana mengangkat bahu, tetap bersikap acuh tak acuh. "Oh, tolong. Kalian selalu menganggap diri kalian pahlawan. Tapi dengan situasi seperti ini, terlihat jelas siapa yang lebih kuat."

Ketika Dumbledore akhirnya muncul di depan semua siswa, suasana langsung berubah. "Perhatian, semua siswa. Karena alasan keamanan, kami akan memindahkan semua siswa ke aula untuk malam ini. Seluruh siswa tidur di aula bersama siswa Gryffindor."

Diana merasakan kemarahan membara di dalam dirinya. "Serius? Aku harus tidur di aula dengan mereka?" gumamnya, tak percaya. "Apa kakek tua itu pikir kami tidak bisa melindungi diri sendiri?"

Ron Weasley tidak tahan mendengarnya. "Kau benar-benar egois, Malfoy. Ini bukan tentang kalian atau kami. Ini tentang menjaga semua orang agar tetap aman!"

Diana memutar matanya. "Sama sekali tidak nyaman, kan? Terpaksa berbagi ruang dengan Gryffindor bau? Ini akan jadi malam yang sangat tidak menarik," katanya dengan nada mengejek.

Ketika mereka semua diarahkan ke aula, Diana bersama saudaranya dan juga antek-antek mereka berjalan di depan, berusaha menunjukkan betapa dia tidak terpengaruh oleh situasi itu. Dia terus melontarkan komentar, "Bayangkan jika Sirius Black muncul di sini. Potter pasti akan jadi berita utama, sungguh Potter yang malang."

Diana melihat bagaimana wajah para siswa Gryffindor terutama Harry Potter tampak tegang. Dia merasa senang melihat mereka berusaha tetap tenang, meski dia tahu di dalam hati mereka merasa cemas.

Malam itu di aula, di tengah bisikan siswa yang tak terhindarkan, Diana bersandar pada dinding, menikmati momen tersebut. Dia tidak bisa menahan senyumnya saat memikirkan bagaimana ketakutan dan kekhawatiran bisa membuat Gryffindor terlihat begitu rapuh.

Sacrifier | 𝐆𝐨𝐥𝐝𝐞𝐧 𝐭𝐫𝐢𝐨 𝐞𝐫𝐚 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang