nineteen

263 31 1
                                    

Tumpukan berkas yang tinggi hingga menutupi wajah seseorang yang duduk di balik meja tersebut membuat sakit kepala. Hanya melihatnya saja, kepalanya sudah pusing, bagaimana jika dia juga membacanya? Sepertinya kepalanya akan meledak

Meskipun tak tahu apa yang sedang dibaca oleh kekasihnya, Earl tetap menemaninya membaca semua berkas yang menggunung tersebut. Grey mengatakan bahwa semua berkas ini ada hubungannya dengan sesuatu yang dia selidiki

Sebenarnya, masih banyak yang ingin Earl tanyakan pada pemuda yang paling tampan di kelasnya itu, akan tetapi pemuda itu sendiri yang menghindar dari segala pertanyaan yang hendak Earl tanyakan padanya

Dan di sinilah mereka sekarang, di dalam ruang kerja Grey yang berada di lantai tiga rumah ini. Earl tidak melakukan apapun di sini,hanya menemani kekasihnya yang malah berpacaran dengan berkas yang menumpuk seperti gunung. Bahkan Earl tak bisa dengan leluasa melihat wajah kekasihnya karena tertutup oleh tumpukan berkas

Karena bosan dan dia masih belum mendapatkan ponsel baru yang dijanjikan oleh Grey, Earl berjalan mendekati kekasihnya yang masih sibuk dengan segala berkasnya. Earl memeluk Grey dari belakang, membuat sang empu terkejut hingga membuatnya hampir menjatuhkan map yang dia pegang

"Apa yang sedang kau cari?"

Grey menghela napasnya kemudian memutar kursinya menghadap Earl yang kembali memeluk lehernya, tangan kanannya bergerak memeluk pinggang ramping tersebut lalu menariknya hingga pemuda cantik itu duduk diatas pangkuannya

"Aku belum menceritakan yang ini." Grey berbalik mengambil sebuah ponsel yang ada di laci meja kerjanya kemudian menunjukkan sebuah foto pada Earl, "Ini adalah keadaan kalian semua setelah kita sampai di kampus, karena itulah kau bisa berada di kamar ku tanpa kau sadari."

Kening Earl berkerut dalam melihat foto yang sangat aneh ini. Ia memperhatikan satu-persatu orang yang ada di sana dan menyadari ada empat orang yang tak ada. Dia menatap Grey lalu matanya berkedip cepat,

"Dimana kau? Jafiz dan pak Kenji juga ada dimana? Julio juga ada dimana? Kenapa kalian tidak ada di foto ini?"

Grey menatap Earl dengan tatapan malas, "Aku tidak terpengaruh, begitu juga Jafiz. Kalian semua di bius lewat air yang kalin minum di dapur, sedangkan aku dan Jafiz sama sekali tak menyentuh makanan ataupun minuman di villa. Kalau soal Kenji dan Julio, mereka berdua yang bangun terlebih dahulu. Dan sekarang, Kenji sedang bersama Jafiz, lalu Julio, dia sudah diantarkan pulang ke apartemen nya."

Grey meletakkan ponsel itu di atas meja dengan gerakan sedikit membanting nya, membuat mata Earl melotot tak terima, sebab itu adalah ponsel mahal, ia takut benda pipih itu akan rusak jika di banting seperti itu

Grey yang menyadari keterkejutan Earl pun terkekeh, "Kenapa kau terkejut? Kalau itu rusak, aku bisa membelinya lagi, uangku banyak." Tangan Grey bergerak untuk merapihkan rambut Earl yang menutupi matanya

"Sekarang aku sudah tahu siapa pelaku utamanya, hanya saja aku tidak tahu bagaimana bisa dia memiliki anak buah di antara kita kemarin, bahkan aku sama sekali tidak menyadarinya." ucap Grey menjelaskan pada Earl yang hanya menganggukkan kepalanya

Tiba-tiba pintu di ketuk dn setelah dipersilahkan untuk masuk, pemuda yang sangat familiar di mata mereka berdua pun muncul, sembari membawa sebuah tablet kemudian meletakkannya di atas meja. Terlihat sangat jelas kalau pemuda tersebut menghindari tatapan mata Earl dan menatap benda pipih yang ada di atas meja itu

"Menemukan sesuatu?"

Aaron menganggukkan kepalanya, "Iya, setelah aku meretas data perusahaan mereka, aku menemukan seseorang dengan nama yang sangat familiar. Dia adalah mantan manager divisi keuangan di salah satu pabrik gim milik mereka. Aku juga menemukan banyak uang yang sudah ditransfer ke akun bernama Dirga Aditya senilai dua puluh lima miliar dua puluh satu tahun yang lalu."

OBSESSIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang