Earl membuka matanya secara perlahan ketika hidungnya mencium aroma yang sedikit asing. Ia melihat ke sekeliling dan menyadari bahwa dia berada di suatu tempat yang sama sekali tidak dia ketahui
Sebuah kamar, dengan ranjang king size, sebuah lemari dengan pintu kaca di sebelahnya, televisi di hadapannya, meja kerja di sebelah televisi, sofa panjang di samping pintu masuk, dan berbagai barang elektronik yang sama sekali tak ia ketahui di atas meja kerja tersebut
Earl menoleh ke arah kiri, tempat dimana sebuah wadah yang mengeluarkan asap tipis berwarna putih, ia tak tahu apakah itu dupa atau hanya pewangi saja, jadi dia tak menghiraukannya
Dengan rasa penasaran yang menggerogoti, Earl berjalan secara perlahan mengelilingi kamar yang jauh lebih luar daripada kamarnya ini. Jemari lentiknya selalu bergerak ke sana dan kemari, menyentuh setiap barang yang ia lewati
Tak ada sesuatu yang bisa menunjukkan kamar siapakah ini. Sampai ia berada di depan meja kerja yang di atasnya banyak barang elektronik yang ternyata banyak yang ia ketahui. Ia memainkan beberapa kamera yang ada di sana, hingga kamera yang dimainkan menangkap sebuah benda yang di kurung dalam sebuah kotak bening di samping komputer
Earl menurunkan kameranya kemudian dengan perlahan membuka kotak bening tersebut dan mengambil benda tebal dengan layar yang hanya satu koma tujuh puluh tujuh inci, mengingatkannya pada ponselnya yang telah rusak beberapa tahun yang lalu
Sebuah nama segera muncul di pikirannya. Grey. Grey Mahendra.
Sebelum ia berhasil melakukan sesuatu pada ponsel itu, tiba-tiba benda tersebut di rebut dan di sembunyikan di belakang badan orang yang merebutnya. Otak Earl serasa seperti berhenti bekerja ketika melihat kekasih nya berdiri di hadapannya dengan napas yang tersengal-sengal
Ia sama sekali tak menyangka, bahwa kekasih tampannya akan muncul di hadapannya dengan merebut ponsel tebal yang entah milik siapa. Melihat keringat yang membasahi dahinya, Earl dengan reflek mengusap kening kekasihnya dengan pakaiannya
"Itu, milik siapa?" Sembari mengelapnya, Earl mengeluarkan suara pertama setelah ia bangun, "Apakah itu milik mu?"
Grey menggigit bibir bawahnya. Dia ingin menjawab pertanyaannya, tapi dia juga bingung harus menjawab bagaimana
"Kenapa diam? Jadi benar, itu adalah milikmu?"
Akhirnya setelah terdiam begitu lama, Grey mengajak Earl untuk duduk berdua di atas kasur. Grey menghela napasnya kemudian meletakkan ponsel itu di sampingnya, lalu menggenggam kedua tangan Earl yang menatapnya dengan tatapan kecewa
Grey menghela napasnya sekali lagi, "Setelah ini, kau bebas melakukan apapun padaku. Kau bisa memukulku, kau bisa menggigit ku, kau bisa memperlakukan ku seperti seorang pelayan, atau bahkan kau bisa mengakhiri hubungan ini."
Earl mengambil napas besar mendengar kata terakhir yang keluar dari mulut Grey. Dia benar-benar tak menyangka dia bisa mengucapkan kata-kata itu
"Benar, benda ini adalah milikku." Grey menutup matanya kemudian menundukkan kepalanya, ia sama sekali tak berani menatap Earl, "Aku, selama ini aku telah berbohong padamu. Tentang segala nya. Aku yang membawa Diana. Aku mengenal siapa itu Grey Mahendra, bahkan lebih baik dari siapapun, karena aku adalah Grey Mahendra, yang selama ini kau cari."
Ucapan Grey bagai petir di siang bolong bagi Earl. Siapa yang menyangka, cinta pertamanya yang selama ini dia cari, kini telah menjadi kekasihnya secara resmi? Siapa yang menyangka kalau orang yang selama ini dia rindukan, ternyata dia ada di dekatnya?
Satu-persatu tetesan air mata mengalir membasahi pipi Earl yang tak lagi bisa menangis keras, Earl hanya bisa terisak tipis sembari tersenyum pilu. Rasanya, benar-benar hanya dia yang bodoh. Dia mencari orang yang semua orang tahu, tapi hanya segelintir orang yang tahu kalau orang yang dia cari adalah kekasihnya sendiri. Bahkan sang dosen pun menyembunyikan hal ini darinya
KAMU SEDANG MEMBACA
OBSESSION
RomanceEarl dan Grey, sahabat kecil yang dipisahkan karena keegoisan keluarga Grey, membuat mereka berpisah selama bertahun-tahun. Hingga akhirnya mereka bertemu lagi dan kembali menjadi sahabat Tapi siapa sangka, sahabat sekaligus cinta pertamanya itu men...