Riak Kedamaian yang Bertumbuh

8 3 0
                                    

Melati terbangun dengan sinar matahari pagi yang lembut menembus tirai kamarnya. Di luar, suara burung berkicau mengisi udara dengan harmoni yang damai. Ia meregangkan tubuh dan menarik napas dalam-dalam, merasa sedikit lebih segar dibanding pagi-pagi sebelumnya.

Setelah menyiapkan secangkir kopi, Melati duduk di ruang tamunya, memandangi buku catatan kecil yang selalu ia bawa ke mana-mana. Buku itu penuh dengan coretan pikiran, sebagian besar meluapkan kegelisahannya selama bertahun-tahun.

Namun pagi ini, ia membuka halaman baru. Tangannya menggenggam pena, tetapi ia tidak segera menulis. Ia teringat percakapan dengan Anton di tepi danau. “Berhenti bukan berarti menyerah. Kadang, berhenti adalah caramu memberi waktu pada dirimu sendiri untuk bernapas.”

Ia menuliskan kata-kata itu di bagian atas halaman, seolah ingin mengingatnya setiap kali ia merasa tersesat.

Sementara itu, di rumahnya, Anton berdiri di dapur kecilnya, menyiapkan sarapan sederhana. Ia memandangi ponselnya yang tergeletak di meja. Biasanya, ia menghabiskan pagi dengan membaca atau berjalan-jalan di sekitar rumahnya, tetapi kali ini ia merasa terdorong untuk mengirim pesan kepada Melati.

Akhirnya, ia mengetik singkat:
“Semoga harimu menyenangkan. Kalau kamu butuh tempat untuk melarikan diri dari hiruk-pikuk, danau itu selalu ada.”

Melati menerima pesan itu saat sedang duduk di teras rumahnya. Ia tersenyum kecil, merasa bahwa pesan sederhana itu lebih berarti daripada rangkaian kalimat panjang.

Ia membalas, “Terima kasih. Aku akan ingat.”

Hari itu berjalan perlahan tetapi tenang. Melati menyibukkan diri dengan hal-hal sederhana yang biasanya ia abaikan—menyiram tanaman, menyusun ulang rak bukunya, bahkan mencoba memasak sesuatu yang baru. Di sela-sela itu, pikirannya terus kembali pada percakapan dengan Anton.

Anton, di sisi lain, memutuskan untuk pergi ke danau seorang diri sore itu. Ia membawa buku catatan kecilnya, tempat ia menuliskan refleksi dan pengamatan yang ia temukan selama ini. Duduk di tempat yang sama seperti malam sebelumnya, ia menuliskan satu kalimat:
“Kadang, orang datang ke dalam hidup kita untuk mengingatkan bahwa kedamaian bisa bertumbuh lebih cepat ketika kita tidak berjalan sendiri.”

Langit sore mulai berubah menjadi jingga, dan Anton merasa bahwa kehadiran Melati telah membawa warna baru dalam hidupnya. Tidak ada tekanan, tidak ada harapan yang berlebihan—hanya rasa bahwa mungkin, perjalanan mereka bisa saling melengkapi.

I Find Peace In SilenceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang