Anton berdiri, menepuk-nepuk celana panjangnya untuk membersihkan pasir yang menempel. “Sudah larut. Sebaiknya kita kembali,” katanya sambil menatap Melati.
Melati mengangguk, meskipun hatinya masih ingin tinggal lebih lama. Tapi ia tahu, malam telah mencapai puncaknya, dan dingin mulai meresap ke tulang.
Keduanya berjalan perlahan menyusuri jalan setapak menuju area parkir tempat mereka meninggalkan kendaraan masing-masing. Langit masih dihiasi bintang, dan hanya suara langkah kaki mereka yang terdengar di antara pepohonan yang diam.
Ketika mereka tiba di tepi hutan, cahaya lampu jalan dari kejauhan mulai terlihat. Anton berhenti sejenak, menatap Melati. “Aku senang kamu mau datang,” katanya dengan nada yang tulus.
Melati tersenyum kecil. “Aku juga senang. Mungkin ini salah satu malam paling tenang yang pernah aku alami.”
Anton mengangguk, tidak banyak berkata-kata, tetapi pandangannya seakan menyampaikan sesuatu yang lebih dari sekadar ucapan.
“Semoga perjalananmu pulang lancar,” ujar Anton, melirik ke arah mobil Melati yang terparkir tak jauh dari sana.
“Kamu juga,” balas Melati.
Anton mengangkat tangan kecil sebagai tanda perpisahan dan dia pun meminta nomor ponsel melati, lalu berjalan menuju kendaraannya. Melati tetap berdiri sejenak, melihat sosoknya yang perlahan menjauh.
Saat ia akhirnya masuk ke dalam mobil, Melati duduk diam selama beberapa menit sebelum menyalakan mesin. Ia menatap dirinya di cermin tengah, mencoba memahami perasaan yang mulai muncul dalam dirinya.
Sepanjang perjalanan pulang, kata-kata Anton terus terngiang di kepalanya: “Kedamaian itu bukan sesuatu yang kita temukan di luar, tapi sesuatu yang harus kita bangun di dalam.”
Malam itu, di rumahnya, Melati duduk di dekat jendela dengan secangkir teh hangat di tangannya. Ia memandang keluar, ke arah langit malam yang masih memamerkan bintang-bintang. Untuk pertama kalinya, ia merasa bahwa perjalanan untuk menemukan kedamaian bukanlah sesuatu yang menakutkan.
Di sisi lain, Anton tiba di rumahnya yang sederhana. Ia menyandarkan tubuhnya di sofa, menutup mata, dan menarik napas panjang. Ada sesuatu yang berbeda tentang malam ini. Kehadiran Melati telah membangkitkan sesuatu dalam dirinya—sebuah harapan bahwa kedamaian yang selama ini ia bangun perlahan mulai memiliki makna lebih besar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Find Peace In Silence
NonfiksiDua orang yang Mengisi kekosongan masing masing