Keesokan paginya, Anton dan Melati melanjutkan perjalanan mereka. Udara di kaki gunung itu segar, bercampur dengan aroma dedaunan yang basah oleh embun pagi. Tanpa tergesa-gesa, mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang membawa mereka lebih jauh ke pedalaman.
Di sepanjang jalan, mereka berbagi cerita tentang masa lalu mereka, hal-hal yang jarang mereka ungkapkan sebelumnya. Anton menceritakan tentang hari-hari sulit setelah kehilangan orang tuanya dan bagaimana ia menemukan pelipur lara dalam alam dan tulisan.
“Waktu itu aku merasa kosong,” katanya sambil menatap jalan di depannya. “Tapi ketika aku mulai menulis dan mendaki, aku sadar bahwa rasa kehilangan itu tidak benar-benar hilang. Itu hanya menjadi bagian dari diriku yang lain, dan aku harus berdamai dengannya.”
Melati mendengarkan dengan penuh perhatian. “Aku rasa, kita semua memiliki bagian diri yang seperti itu. Bagian yang terasa sulit diterima, tetapi justru membentuk siapa kita sekarang.”
Anton tersenyum tipis. “Dan kamu? Apa yang membuatmu mulai menulis?”
Melati terdiam sejenak, memandang tanah yang mereka pijak. “Aku mulai menulis saat aku merasa dunia terlalu ramai. Tulisan adalah tempat aku bisa menemukan ketenangan, seperti berbicara pada diri sendiri tanpa harus mendengar suara orang lain. Rasanya seperti terapi.”
Mereka terus berjalan dalam keheningan, tetapi itu bukan keheningan yang canggung. Itu adalah keheningan yang penuh makna, seolah-olah setiap langkah membawa mereka lebih dekat, bukan hanya satu sama lain, tetapi juga pada pemahaman diri mereka sendiri.
Setelah beberapa jam, mereka menemukan sebuah mata air kecil di antara pepohonan. Anton berhenti, membungkuk untuk mencuci wajahnya dengan air yang dingin dan segar.
“Tempat ini indah,” kata Melati sambil duduk di atas batu besar di dekatnya. “Rasanya seperti kita menemukan sesuatu yang tidak banyak orang tahu.”
Anton mengangguk, menatap air yang mengalir. “Kadang, hal-hal terbaik dalam hidup adalah yang kita temukan tanpa sengaja.”
Melati mengangguk setuju. “Seperti perjalanan ini.”
KAMU SEDANG MEMBACA
I Find Peace In Silence
Non-FictionDua orang yang Mengisi kekosongan masing masing