Minggu berikutnya, Melati dan Anton kembali bertukar pesan. Mereka tidak terlalu sering bertemu, tetapi dalam setiap percakapan, ada perasaan bahwa mereka saling mendukung di tengah perjalanan masing-masing.
Suatu hari, Melati mengusulkan sesuatu. “Anton, ada tempat yang ingin aku kunjungi. Sebuah taman kecil di dekat bukit. Dulu aku sering ke sana, tapi sudah lama aku tidak mengunjunginya. Kamu mau ikut?”
Anton, yang sedang memandang layar ponselnya di ruang tamunya, tersenyum kecil. “Tentu saja. Kapan?”
“Besok pagi. Kita bisa pergi bersama,” balas Melati.
Pagi itu, mereka bertemu di sebuah jalan kecil yang menuju taman tersebut. Taman itu tidak terlalu besar, tetapi dikelilingi pepohonan rindang dan dihiasi bunga-bunga liar yang bermekaran. Di tengahnya, ada sebuah bangku kayu yang menghadap ke lembah kecil.
“Tempat ini indah,” kata Anton sambil memandang sekeliling.
Melati tersenyum. “Aku selalu merasa tempat ini seperti sebuah rahasia kecil yang menunggu untuk ditemukan.”
Mereka duduk di bangku itu, menikmati angin sepoi-sepoi yang membawa aroma dedaunan segar. Tidak ada percakapan panjang, hanya beberapa kata di sela-sela keheningan.
Di bawah sinar matahari pagi, Melati merasa hatinya mulai terbuka, sedikit demi sedikit. Ia tidak tahu ke mana perjalanan ini akan membawanya, tetapi untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia merasa nyaman dengan ketidakpastian itu.
Anton memandang ke arah lembah, lalu menoleh ke Melati. “Terima kasih sudah mengajakku ke sini. Rasanya seperti menemukan bagian kecil dari kedamaian lagi.”
Melati menatap Anton dan tersenyum. “Aku juga merasa begitu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
I Find Peace In Silence
Non-FictionDua orang yang Mengisi kekosongan masing masing