Beberapa hari kemudian, Melati membawa buku catatannya ke danau seperti biasa. Tetapi kali ini, ia memberanikan diri untuk memberikan salah satu tulisannya kepada Anton.
“Aku ingin kau membaca ini,” katanya, menyerahkan selembar kertas yang sudah agak kusut.
Anton menerimanya dengan ragu, tetapi ia tahu ini penting bagi Melati. Ia membuka lipatan kertas itu dan mulai membaca.
Tulisan itu adalah sebuah puisi, tetapi bukan puisi biasa. Itu adalah refleksi mendalam tentang kehilangan dan kerinduan, tentang mencoba menemukan kedamaian dalam keheningan yang menyakitkan. Setiap kata terasa seperti membawa beban emosi yang begitu besar.
Anton menatap Melati setelah selesai membaca, tetapi ia tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya, ia hanya berkata, “Ini indah. Dan juga menyakitkan.”
Melati tersenyum kecil. “Itulah hidupku, Anton. Keindahan yang menyakitkan.”
Anton merasa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya. Ia mulai melihat Melati bukan hanya sebagai seseorang yang menarik dan penuh misteri, tetapi juga sebagai jiwa yang rapuh, yang mencoba bangkit dari luka yang dalam.
“Mungkin... kita bisa membantu satu sama lain,” kata Anton tiba-tiba.
Melati menatapnya, alisnya sedikit terangkat. “Membantu?”
Anton mengangguk. “Kita berdua sedang mencari kedamaian, bukan? Mungkin dengan berbagi perjalanan ini, kita bisa menemukannya bersama.”
Melati tidak langsung menjawab, tetapi ia tersenyum. “Mungkin kau benar.”
KAMU SEDANG MEMBACA
I Find Peace In Silence
غير روائيDua orang yang Mengisi kekosongan masing masing