Chapter 23 - Kabar Duka

497 122 9
                                    

Mobil Bara tiba di pekarangan rumah Gema. Gema yang sudah turun lebih dulu untuk membukakan pagar, mengernyit bingung saat menemukan satu buket bunga di atas kursi yang ada di teras rumah. Gema mendekati bunga itu, memandangnya dengan sorot tertarik yang asing. Kemudian dia ambil bunga itu dari atas kursi, dia sentuh lembut permukaannya.

"Mawar hitam..." gumam Gema dengan ekspresi bingung.

"Itu apa?" Suara Bara terdengar di belakang tubuh Gema. Saat Gema menoleh, Bara bisa melihat apa yang ada di tangan Gema. "Mawar hitam? Punya kamu?"

Gema menggelengkan kepala. "Bukan. Aku baru aja nemu di sini."

Bara mengernyit, tampak memikirkan sesuatu. Lalu tiba-tiba saja dia teringat akan sesuatu yang kini membuat matanya sedikit terbelalak. Dia rampas bunga itu dari tangan Gema, dia periksa buket bunga itu dengan seksama. Lalu Bara memeriksa sekitar kursi, seperti mencari-cari sesuatu. Namun dia tidak menemukan apa pun.

"Kamu cari apa?" tanya Gema.

Bara tidak mengatakan apa pun, karena kini dia terlalu sibuk mengamati sekitar, mengamati rumah-rumah di sekitar rumah Gema dengan wajah menyimpan cemas. Pertanyaan Gema masih belum Bara jawab saat tiba-tiba saja Bara berjalan tergesa-gesa keluar dari pekarangan rumah.

"Bara!" panggil Gema. Dia menyusul Bara yang ternyata menghampiri sekumpulan anak remaja yang sedang nongkrong di persimpangan gang.

"Kalian ada lihat seseorang bawa bunga ini ke rumah itu?" Bara menunjuk ke arah rumah Gema. Para remaja itu kompak menjawab tidak tahu. Lalu Bara mengetuk beberapa pintu rumah yang masih berada di sekitar rumah Gema. Menanyakan hal serupa, namun jawabannya tetap sama. Tak ada yang melihat siapa pun membawa mawar hitam itu ke rumah Gema.

Tampak sedikit putus asa, Bara menarik tangan Gema untuk kembali ke pekarangan. Dia membukakan pintu mobil untuk Gema. "Masuk."

Gema semakin menatap Bara tidak mengerti.

"Aku bilang masuk, Gema!"

"Kamu mau bawa aku ke mana?"

"Ke rumah kita."

"Buat apa?"

"Untuk sementara, kamu nggak boleh tinggal di sini."

"Apa?" Gema semakin merasa kebingungan. "Sebenarnya apa sih yang terjadi? Kenapa kamu mendadak aneh begini?"

"Nanti aku jelaskan di rumah. Sekarang kita pergi dari sini."

"Nggak. Aku nggak mau pergi sebelum kamu jelasin sama aku."

Bara mengerang tertahan. "Lihat," dia mengangguk ke arah bunga yang masih berada di tangannya. "seseorang mengirim bunga ini untuk kamu. Nggak ada catatan apa pun di bunga ini, apa lagi nama si pengirim."

Gema memandang bunga itu sejenak. "Lalu apa masalahnya?"

"Mawar hitam." Cetus Bara, sorot matanya tampak semakin cemas. "Simbol kematian."

Kedua mata Gema terhenyak hebat. "Si—simbol kematian?"

"Ya. Aku yakin, bunga ini adalah sebuah pesan. Sebuah peringatan. Seseorang pasti sedang merencanakan sesuatu untuk kamu."

Gema mendengus tak percaya. "Bara, kamu terlalu paranoid tahu nggak. Ini cuma bunga, dan mungkin aja, kan, bunga ini cuma salah kirim?"

"Gema—"

Unstoppable 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang