Chapter 14 - Sembuh

1.1K 186 9
                                        

Sejak dulu, saling berkirim pesan dengan Gema adalah salah satu kegiatan favorit Bara. Apa lagi ketika Bara dengan sengaja menjaili Gema dan membuat Gema mengomel. Meski melalui pesan singkat, namun Bara tetap saja tersenyum-senyum manakala membayangkan ekspresi sebal Gema yang selalu menggemaskan di matanya.

                Dan semenjak Gema kembali, saling berkirim pesan bukan lagi kegiatan favorit bagi Bara, namun kegiatan wajib yang harus dia lakukan.

                Bara sendiri tidak tahu mengapa dia merasa harus mengirim pesan, atau menghubungi Gema setiap kali ada waktu luang selama dia bekerja. Dan sebelum Gema merespon semua itu, hatinya selalu merasa resah.

Gema Larasati

Kenapa sih kamu ngomel mulu

tiap kali aku lama balas chat?

                Bara memandangi lekat pada pesan yang Gema kirim. Sejenak, kemudian menghela napas berat yang samar, lalu membalas pesan itu.

Barata Malik Hamizan

Takut nggak dibalas lagi selama dua tahun

                Setelah mengirim balasan itu, Bara tetap saja menatap lekat layar ponselnya. Tak ada tanda-tanda Gema mengetik balasan untuknya, padahal pesan itu sudah terbaca. Dan hal itu membuat Bara mengulum bibirnya resah, takut kalau Gema merasa tidak nyaman atau bahkan marah karena pesan yang dia kirim.

                Bara sudah hendak menelepon Gema untuk memastikan. Tapi sayang, pintu ruangan di mana dia berada terbuka. Melirik ke depan, Bara melihat seorang sipir yang membuka pintu itu mengangguk hormat pada Bara, kemudian mempersilahkan Antonio untuk masuk.

                Melihat Antonio masuk ke ruangan itu dengan tatapan tajam sedang kedua tangannya terpasang borgol, Bara menyimpan ponselnya ke dalam saku. "Duduk." Ujar Bara. Datar seperti biasanya. Kebencian tampak begitu jelas di kedua mata Antonio. Bagaimana tidak, Bara yang dulu memiliki jabatan di bawahnya, kini tampak begitu sombong di hadapannya.

                "Mau apa lagi kamu?" Antonio mendengus sinis.

                "Anda yakin, mau melindungi Romeo sampai akhir?" tanya Bara.

                Antonio tersenyum miring. "Kenapa, Bara? Mulai ragu dengan rencana kamu, huh? Saya udah bilang, kan, saya akan diselamatkan." Dia memajukan tubuhnya ke depan lalu berbisik pelan dengan seringai tajam. "Saya masih hidup sampai detik ini. Itu artinya... Romeo sedang melindungi saya."

                Bara tertawa pelan. Terdengar mencemooh hingga Antonio kehilangan seringai tajam miliknya.

                "Anda pikir kenapa saya kirim anda ke Rutan ini dan menjauhkan anda dari tersangka-tersangka yang lain?" Bara berdecak sembari menggelengkan kepala. "Antonio... Antonio... kalau bukan karena saya, sudah lama anda mati. Romeo nggak tahu anda ada di mana, orang-orangnya nggak mampu menyentuh anda karena saya." Bara beranjak berdiri, menghampiri Antonio, berdiri di sampingnya sembari menyandar di pinggir meja.

                Bara menyimpan satu tangan ke dalam saku celana. Wajahnya sedikit merunduk dan bergerak miring, matanya memandang Romeo santai, seolah tidak menginginkan apa-apa dari lelaki itu. Tapi, ekspresi Bara justru membuat Romeo sangat gelisah.

                "Hari ini Romeo di panggil ke kantor Polisi. Statusnya masih sebagai saksi. Tapi sampai detik ini, kami belum menyampaikan apa pun tentang hasil penyidikan. Termasuk... keterangan yang anda berikan kemarin." Bara mendesah panjang. "Sebagai Anjing peliharaan Romeo, coba tebak apa yang akan dia lakukan saat kami memprovokasinya? Anda lebih dari tahu apa yang kami lakukan selama penyidikan. Dan anda pasti juga tahu apa yang Romeo lakukan saat dia pikir... anda menyebut namanya."

Unstoppable 3Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang