Berdiri di depan pintu penthouse yang sudah dia tinggalkan sejak dua tahun lalu membuat perasaan Gema tak menentu. Bahkan sejak dia tahu kalau dia masih bisa menggunakan kartu aksesnya, Gema mulai dilanda perasaan gamang.
Dua tahun lalu, saat Gema mengambil keputusan untuk mengakhiri segalanya, Gema sudah bertekat tidak akan pernah kembali ke rumah ini lagi. Gema bahkan tidak mau lagi mengenal Bara apa lagi bertemu dengannya.
Gema sudah berjanji untuk memulai kehidupan yang baru, meninggalkan masa lalunya yang menyedihkan, dan hanya menjadikan setiap kenangan manis yang pernah tercipta antara mereka berdua sebagai hadiah indah yang Tuhan berikan pada Gema. Karena setidaknya, di tengah setiap kepedihan yang Gema rasakan, Tuhan masih mau berbaik hati dengan sesekali menciptakan perasaan bahagia selama Gema menjalani pernikahannya.
Gema bisa merasakan kasih sayang Bara, perhatiannya, dan juga tanggung jawab Bara yang terkadang membuat Gema bersyukur memilikinya.
Gema selalu berusaha melupakan dan meninggalkan kenangan pahit yang membuatnya hancur hingga nyaris tak ada yang tersisa. Meski sulit, namun Gema selalu mencobanya. Dia tidak mau menyimpan dendam, apa lagi sesal. Tidak. Gema hanya ingin hidup tenang tanpa penderitaan dan juga kerumitan yang pernah membuatnya nyaris mati kelelahan.
Gema nyaris berhasil. Benar. Dia merasa nyaris berhasil sejak beberapa bulan terakhir ini sudah jarang sekali memimpikan Bara, apa lagi terbayang wajahnya.
Hanya saja, ketika Gema pikir sebentar lagi dia benar-benar bisa menanggalkan masa lalunya, tiba-tiba saja dia harus kembali ke tempat di mana awal mula kehancuran dalam hidupnya di mulai.
Rumah ini... rumah di mana dia memulai pernikahan bersama Bara. Pernikahan yang merupakan awal mula kehancuran dalam hidupnya.
Tidak sanggup.
Rasanya Gema tidak sanggup untuk melangkahkan kakinya masuk ke rumah ini lagi. Bahkan hanya berdiri di depan pintunya saja pun, Gema mulai merasa kesulitan untuk bernapas.
Apa lagi tiba-tiba saja, tanpa bisa Gema cegah, kilas pertengkaran mereka berdua dan seluruh tangisan Gema yang tercipta di rumah itu mulai membayangi. Silih berganti, bertubi-tubi, hingga dengan napas tersengal-sengal, Gema mengepal kedua tangannya.
Tubuhnya kembali gemetaran. Bahkan hanya mengingat semua masa lalu menyakitkan itu saja pun, Gema merasa ketakutan.
Lalu kini kedua kakinya melangkah mundur, sorot matanya yang gelisah membendung lapisan kristal. Gema sudah nyaris memutar tubuhnya untuk beranjak pergi, tak ingin menemui Bara dan kembali menderita seperti dulu.
Hanya saja, bayang wajah Gana tiba-tiba terlintas hingga kedua kakinya terasa kaku dan tak bisa bergerak.
Sampai detik ini, tidak ada yang tahu bagaimana keadaan Gana. Belum lagi nasib Alma dan Javier yang sebentar lagi akan segera ditangkap. Kalau Gema pergi, maka dia tidak bisa membantu mereka semua.
Hela napas tercekat Gema terdengar begitu menyedihkan ketika dia kembali berdiri di depan pintu itu. Kemudian tangannya yang gemetaran mulai terangkat, menyentuh bel rumah, menekannya pelan sembari memejamkan mata.
Gema mengambil napas sebanyak yang dia bisa untuk menenangkan diri. Jantungnya berdegup sangat cepat hingga rasanya sedikit menyakitkan.
Gema menanti dengan perasaan gelisah. Menanti pintu itu dibuka dan Gema kembali bertatap muka dengan lelaki yang paling ingin dia hindari di dunia ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable 3
RomanceSetelah dua tahun hidup tanpa tujuan, pasca perceraian yang telah membuat hidup Bara hancur berantakan, dia kembali bertemu Gema, sang mantan istri yang sempat menghilang. Sejak awal, meski mengabulkan permintaan Gema untuk bercerai, namun Bara tida...