Dokter dan Suster yang dikirim Darel untuk memeriksa Gana baru saja pergi, dan kini Nadi duduk di samping ranjang di mana Gana terbaring dengan mata yang masih tertutup rapat sejak tiga hari lalu. Hari ini hanya tersisa infus yang terpasang di tubuhnya, alat medis yang lain sudah dilepaskan karena kondisi Gana yang semakin membaik pasca luka tembak di tubuhnya.
Sejenak, Nadi hanya duduk diam memandangi wajah Gana dengan sorot mata sendu. Dari begitu banyak khayalan yang sering mengisi kepalanya, tidak sekalipun Nadi pernah berkhayal akan bertemu Gana dalam keadaan seperti ini.
Gana terluka, tak berdaya, hingga Nadi merasa sedih melihat keadaannya.
Meski Gana sudah ada tepat di depan matanya, namun Nadi belum bisa merasa lega selagi Gana belum membuka matanya.
Perlahan Nadi menyentuh jemari Gana, menggenggam lembut, mengusap punggung tangannya dengan gerakan hati-hati. "Masih sakit ya, Gan?" tanya Nadi. Suaranya lirih dan bergetar. "Bertahan, ya. Aku percaya kamu bisa bertahan. Kamu kuat kok, Gan. Jangan menyerah, ya."
Nadi tersenyum, seolah Gana bisa melihat senyumannya yang barangkali bisa menenangkan Gana.
Ya. Barangkali. Karena kini Nadi tak lagi yakin senyumannya bisa memberikan ketenangan pada Gana setelah tahu bersama siapa dia hidup selama ini. Tapi tak apa, Nadi sedang tidak ingin memusingkan hal itu, tidak juga ingin mempermasalahkan. Karena yang terpenting bagi Nadi saat ini adalah kesembuhan Gana.
Nadi membasahi handuk kecil dengan air hangat yang dia bawa. Lalu dengan gerakan penuh hati-hati, Nadi mulai menyentuh wajah Gana dengan handuk itu. Hal itu selalu Nadi lakukan setiap pagi, perlahan-lahan, hingga wajah Gana yang awalnya kotor dan banyak sekali jejak darah, kini mulai terlihat bersih dan membaik.
Sejak Darel membawa Gana ke apartemen Nadi dan mengirim Dokter yang berasal dari Malvori ke sana, Nadi lah yang merawat Gana. Malam pertama sejak Gana tiba di sana, Nadi tidak tidur semalaman. Lalu malam-malam berikutnya, Nadi hanya menggeser sofa tunggal ke samping ranjang, tidur dalam posisi duduk, terbangun berkali-kali hanya untuk memastikan Gana masih bernapas.
Dan sudah tiga hari ini pula Nadi tidak pergi ke butik, mencari banyak sekali alasan setiap keluarganya mengajak Nadi bertemu dan juga ingin menemuinya di rumah.
Semua bermula ketika Nadi meminta bantuan Darel untuk membantunya bertemu dengan Gana. Saat itu Darel sudah akan membawa Nadi ke tempat di mana Gana tinggal, namun tiba-tiba saja Alma menelepon dan meminta bantuan Darel untuk mencari keberadaan Gana.
Darel mencurigai sesuatu, hingga dia menyuruh anak buahnya untuk mencari tahu apakah ada nama Gana dalam operasi penangkapan di Kepolisian. Dan nyatanya, kecurigaan Darel benar adanya. Maka sejak saat itu, bersama dengan Nadi, Darel mulai menelusuri jejak Gana.
Namun sayang, mereka tidak bisa berbuat lebih jauh selain mengamati Gana yang harus berjuang sendirian menghadapi puluhan orang. Dimulai dari aparat Kepolisian, anak buah Romeo, bahkan beberapa orang yang tidak Darel ketahui berasal dari mana. Hingga akhirnya Gana bisa melarikan diri, di jalanan yang gelap dan sepi, nyaris mati, kemudian bertemu dengan Darel dan Nadi.
Kini sembari mengelap wajah Gana dengan handuk di tangannya, Nadi memandangi wajah damai Gana sendu, sembari berusaha mengais semua ingatan di kepalanya tentang Gana yang tersenyum, Gana yang tertawa, Gana yang selalu memandang Nadi dengan binar bahagia di kedua matanya.
Nadi sangat merindukan semua itu. Nadi ingin kembali melihatnya. Tapi memikirkan Gana kembali membuka mata dan Nadi tidak akan pernah menemukan semua itu lagi, Nadi justru merasa sedih. Entah mengapa, Nadi merasa kalau Gana tidak lagi mencintainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable 3
RomantikSetelah dua tahun hidup tanpa tujuan, pasca perceraian yang telah membuat hidup Bara hancur berantakan, dia kembali bertemu Gema, sang mantan istri yang sempat menghilang. Sejak awal, meski mengabulkan permintaan Gema untuk bercerai, namun Bara tida...