Gema tersenyum kecil sembari menatap nampan di mana gelas dan piring di atasnya telah kosong. Lalu dia melirik ke arah ranjang, mengamati Bara yang tidur dengan tubuh miring ke arahnya hingga Gema bisa melihat wajah damai Bara yang terlelap.
Padahal tadi Bara mengatakan dengan ketus kalau dia tidak mau minum atau makan apa pun yang Gema bawa untuknya. Tapi nyatanya dia menghabiskannya tanpa sisa.
Masih saja kekanakan dan keras kepala, gumam Gema di dalam hati.
Karena tidak ingin mengganggu tidur Bara meski saat ini sudah pukul satu siang, Gema memutuskan keluar dari kamar sembari membawa nampan itu bersamanya. Bara pasti butuh istirahat lebih lama mengingat dia tidak pulang tadi malam dan Gema yakin kalau Bara juga tidak tidur semalaman ini.
Ketika Gema hendak beranjak pergi, suara lenguhan Bara menghentikan langkah kakinya. Gema menoleh ke belakang, mengernyit samar ketika melihat Bara yang bergerak-gerak gelisah di atas ranjang sedangkan matanya masih terpejam.
Gema letakkan lagi nampan itu ke meja, lalu kini dia menghampiri Bara, berdiri di samping ranjang, memandangi wajah Bara yang mulai dipenuhi oleh peluh.
Mimpi buruk kah? Gumam Gema di dalam hati. Tapi dari yang Gema amati, Bara tampak sangat tersiksa dalam kegelisahan itu. Membuat Gema tanpa sadar berlutut di samping ranjang, mengulurkan telapak tangannya hingga menyentuh dahi Bara. Gema usap lembut dahi Bara yang dipenuhi peluh, anehnya, Bara sudah berhenti melenguh dan perlahan-lahan kembali tenang.
Kini Gema mengernyit aneh, pasalnya, selama Gema menjadi istri Bara, belum pernah dia melihat kegelisahan seperti ini ketika Bara sedang tidur. Bara bahkan terlihat sangat tersiksa seolah ketika sedang tidur pun dia merasa menderita.
Memandang Bara dengan kernyitan aneh di dahi, sorot mata Gema berubah sendu. Hatinya bertanya-tanya, apa yang sedang Bara impikan saat ini hingga dia teramat gelisah.
Tapi tak lama setelah itu, seakan tersadar apa yang baru saja dia lakukan, Gema mengerjap cepat lalu menarik tangannya begitu saja.
Apa yang dia lakukan? Mengapa dia menyentuh Bara seperti itu?
Gema memandangi telapak tangannya, menggigit bibir pelan sembari merutuk di dalam hati. Lalu Gema menggelengkan kepalanya kuat-kuat, mengusir pikiran dan perasaan apa pun yang tadi sempat menguasainya.
"Nggak harus ada skinship apa lagi perhatian untuk berterima kasih, Gem. Susu dan roti panggang tadi udah cukup." Rutuk Gema pelan.
Tapi setelah itu ekor matanya melirik Bara sekali lagi. Ada sesuatu yang Gema pikirkan saat ini, sesuatu yang akan memberinya keuntungan, sesuatu yang mustahil sekali Bara tolak. Dan kini, dengan senyuman miring, Gema mulai menyusun rencana. Keluar dari kamar, Gema menghampiri dapur dengan perasaan riang. Dia menyiapkan bahan masakan, lalu mulai memasak sembari tersenyum kecil.
Sepertinya, Gema masih bisa menggunakan pola yang sama seperti dulu untuk membuat Bara patuh padanya. Senangkan hatinya, maka dia akan rela melakukan apa pun untuk Gema.
Terdengar licik memang, tapi Gema harus melakukan ini agar dia bisa bertemu dengan Gana. Ya. Gema ingin meminta Bara membantunya menemui Gana. Gema harus memastikan dengan mata kepalanya sendiri kalau Gana dalam keadaan baik-baik saja. Bagaimana pun, Gana pasti sedang sedih dan gelisah di dalam penjara meski sudah ada titik terang untuk kasus yang menimpanya.
Gema memasak empat masakan kesukaan Bara. bahkan setelah selesai memasak, Gema juga membuatkan milkshake. Dan ketika sedang membuat milkshake, senyum sendu Gema terpatri begitu saja. Teringat begitu banyak momen masa lalu di mana Gema membuatkan minuman favorit itu untuk Bara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable 3
RomantizmSetelah dua tahun hidup tanpa tujuan, pasca perceraian yang telah membuat hidup Bara hancur berantakan, dia kembali bertemu Gema, sang mantan istri yang sempat menghilang. Sejak awal, meski mengabulkan permintaan Gema untuk bercerai, namun Bara tida...