Saat membuka mata pagi ini, Bara tersenyum. Senyuman pertama yang Bara lakukan di pagi hari setelah dua tahun terakhir. Senyuman yang begitu lepas dan juga bahagia, seolah dia telah menggenggam dunia.
Tapi memang benar adanya. Bara telah menggenggam dunia. Dunianya yang sempat menghilang, yang membuat hidupnya terasa mati.
Dunianya... adalah Gema.
Memandangi Gema yang tidur berbantalkan lengannya, menghadap ke arahnya, hingga Bara bisa mengamati wajah damai Gema yang begitu indah di matanya.
Setelah melewati malam yang panjang, setelah mengarungi lautan rindu yang sudah lama begitu mereka dambakan, akhirnya mereka bisa tertidur pulas sembari berpelukan.
Pelukan yang tidak terlepas hingga Bara membuka mata. Hal yang membuat hati Bara menghangat, hingga kini dia kembali mengulas momen indah yang terjadi malam tadi.
Mereka berpelukan, saling memagut, menyentuh penuh kehangatan dengan sorot mata mesra penuh kelembutan.
Tapi dari seluruh momen hangat itu, ada satu momen yang paling berarti bagi Bara. Momen ketika dia melepaskan baju dari tubuhnya, lalu Gema menyentuh bekas luka di perutnya sembari memandang lirih.
"Di sini?"
"Hm?"
"Kamu terluka di sini, ya?"
Saat itu Bara hanya mengangguk, membiarkan Gema menyentuh dan membelai bekas luka itu semaunya, sembari mengamati cara Gema memandang bekas luka itu.
Lirih dan juga sayu.
Lalu tiba-tiba saja Gema yang berbaring beranjak duduk, melirik Bara sejenak, sebelum merundukkan wajahnya. Bara terhenyak ketika Bara mengecupi bekas luka itu. Lembut serta hangat, hingga menghadirkan gelenyar hangat yang tidak bisa Bara kendalikan.
"Gara-gara aku..."
"Bukan."
"Padahal kamu benci ada bekas luka di tubuh kamu."
"Udah sembuh."
"Tapi bekas lukanya nggak akan pernah hilang. Sama seperti luka di hati kamu karena aku. Bekasnya... nggak akan pernah hilang."
Saat itu, Bara merasa tak senang mendengar gumaman Gema, membuatnya menyentuh dagu Gema dan menyentak ke atas hingga mata mereka saling bersitatap.
"Jangan bicara seolah-olah kamu yang paling bersalah di antara kita. Luka ini nggak seberapa, Gema. Nggak ada apa-apanya dibandingkan luka di hati kamu karena aku."
"Harusnya kamu tahu..."
"Apa?"
"Sebesar apa pun lukanya, kamu... adalah satu-satunya obat yang bisa menyembuhkan luka-luka itu. Kamu sudah melukaiku sejak lama, sejak kita remaja. Tapi, keberadaan kamu jauh lebih penting dan berharga di hatiku yang terluka."
Coba beritahu Bara, bagaimana caranya dia bisa berhenti mencintai Gema saat lagi-lagi menemukan sisi Gema yang luar biasa, yang tidak bisa dia temukan di mana pun.
Bara mengerti apa yang Gema katakan. Dia sangat mengerti hingga saat itu matanya kembali memanas karena menyadari kebodohannya selama ini. Gema ada di dekatnya, begitu sempurna mencintainya, tapi matanya selalu saja buta. Padahal... Gema adalah satu-satunya sosok yang selalu ada, yang selalu mengerti, yang selalu mendengarkan, yang tidak ragu menyadarkan Bara setiap kali Bara keluar dari jalur yang semestinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unstoppable 3
RomanceSetelah dua tahun hidup tanpa tujuan, pasca perceraian yang telah membuat hidup Bara hancur berantakan, dia kembali bertemu Gema, sang mantan istri yang sempat menghilang. Sejak awal, meski mengabulkan permintaan Gema untuk bercerai, namun Bara tida...