Hari ini seharusnya Namjoon berada di atas panggung bersama membernya, bersama BTS. Namun, rasa nyeri di kakinya dan perintah dokter memaksa Namjoon tinggal di rumah sakit. Namjoon menatap layar kecil di tangannya, streaming konser sedang berlangsung. Rasanya aneh melihat mereka tampil tanpanya. Ada kehampaan di hatinya. Sebagai leader, seharusnya ia berada di sisi mereka. Tapi dia melihat senyuman mereka tetap bersinar, energi mereka tetap memukau dan memberi yang terbaik, rasa lega memenuhi hatinya.
Giliran Seokjin menyanyikan lagu Ephipany. Ketika Epiphany dimulai, Namjoon merasakan sesuatu dalam dadanya. Lagu itu selalu spesial, tetapi malam ini... rasanya berbeda. Seokjin bernyanyi dengan emosi yang tak pernah Namjoon lihat sebelumnya. Suaranya memenuhi setiap ruang kosong di hatinya, membuat Namjoon lupa sejenak pada rasa bersalah yang menghantuinya.
Namun, tiba-tiba suasana di konser berubah. Sorotan kamera menangkap seorang gadis yang menangis terisak di tengah penonton. Dia tampak tidak seperti ARMY lainnya-matanya bingung, tetapi air matanya terus mengalir. Aku bertanya-tanya, ada apa? Apakah dia baik-baik saja?
Staf mendekatinya, dan suaranya yang tersendat terdengar di seluruh auditorium. "Aku... aku sebenarnya bukan penggemar BTS. Aku salah masuk ruangan," katanya dengan suara gemetar. "Aku seharusnya menonton seorang solois di studio sebelah. Tapi... saat mendengar lagu ini... aku tidak bisa pergi. Lagu ini... seperti berbicara langsung ke hatiku."
Jantung Namjoon berhenti sejenak. Dia terpaku, mendengar kata-katanya...
Namjoon tahu Epiphany adalah lagu yang indah, tapi mendengar seseorang baru mengenal BTS dan tersentuh seperti itu... Itu sesuatu yang berbeda.
Namjoon melihat kamera beralih ke Seokjin. Dia berdiri di panggung, memandang gadis itu dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Namjoon tahu ekspresi itu. Hyungnya yang satu itu, tidak pernah pandai menyembunyikan perasaannya.
Dia menghela napas dalam-dalam sebelum berbicara. "Saat konser dulu... leader kami pernah ditanya sesuatu," katanya dengan suara bergetar. "Apa yang akan dia katakan pada ARMY yang tidak bisa datang ke konser saat itu?"
Namjoon tahu apa yang akan dia katakan. Namjoon mengingatnya dengan jelas. Hatinya berdebar menanti kata-kata itu keluar dari mulut Seokjin.
"Dan jawabannya adalah..." Seokjin menutup matanya sejenak, lalu berkata dengan penuh emosi, "Mereka adalah fans yang sangat luar biasa. Bagaimana mungkin mereka bisa begitu mencintai kami, padahal kita belum pernah bertemu?"
Air matanya mengalir tanpa Namjoon sadari. Dia ingat betul kalimat itu. Itu adalah kata-katanya. Kalimat yang pernah diucapkannya dengan setulus hatinya. Mendengar Seokjin mengulangnya malam ini... rasanya seperti ia hadir di sana, walaupun tubuhnya terbaring di tempat tidur saat ini.
"Tidak apa-apa," lanjutnya, suaranya mulai pecah oleh emosi. "Kau baru mengenal kami. Tapi takdir membawamu ke sini. Itu belum terlambat. Jika leader kami ada di sini malam ini, dia pasti akan menyambutmu dengan hangat. Tapi sayang... dia tidak bisa hadir. Namun aku yakin, dari tempatnya menonton sekarang, dia pasti merindukan kita semua."
Namjoon menggenggam ponselnya erat-erat, air mata terus jatuh tanpa bisa ia hentikan. Kata-kata Seokjin terasa seperti pelukan, meskipun ia hanya mendengarnya dari jauh.
Di dalam video itu, Seokjin tidak bisa lagi menahan tangisnya, dan member lain segera mendekatinya, memeluknya dengan erat. Tangisan mereka mengalir deras, dan Namjoon tahu... mereka merindukannya seperti dia merindukan mereka.
"Andai saja Namjoon melihat ini," Hoseok berkata sambil menyeka air matanya. "Apa dia bangga pada kita?"
'Ya, Hobi.... Aku melihat semuanya. Dan aku sangat bangga.'