Indigo : Wild flower

21 4 2
                                    

Langit senja berpendar jingga, namun kepalanya terasa berat. Di tengah hiruk-pikuk jadwal yang tiada habisnya, Namjoon merasa seperti melayang tanpa tujuan. Saat bts baru saja menyelesaikan sebuah konser besar, tubuhnya duduk di ruang ganti, tetapi pikiran Namjoon entah di mana.

"Hyung, kau baik-baik saja?" Suara Jimin memecah lamunannya.

Namjoon mendongak, memaksakan senyum kecil. "Aku baik."

Namun, tatapan Jimin penuh keraguan. Dia menatap Namjoon seperti seorang adik yang tahu kakaknya menyembunyikan sesuatu. Sebelum dia bertanya lebih jauh, Namjoon berdiri dan berkata, "Aku ingin udara segar."

Tanpa menunggu jawaban, ia meninggalkan ruang itu, berjalan melewati koridor panjang stadion. Rasanya setiap langkahnya membawa beban lebih berat, bukan pada kaki, tetapi pada hati.

*******

Di tengah perjalanan pulang, Namjoon meminta supir untuk menghentikan mobil. Ada sesuatu yang menariknya ke arah ladang terbuka di pinggir jalan. Langit semakin gelap, tetapi ia tidak peduli.

"Namjoon-ssi, apakah perlu ku tunggu?" tanya supir dengan nada cemas.

Namjoon menggeleng. "Aku hanya butuh waktu sendiri. Nanti aku hubungi kalau sudah selesai."

Dia ragu sejenak, lalu mengangguk.

Namjoon berjalan ke tengah ladang itu. Bunga liar tumbuh di mana-mana, mengabaikan aturan dan kehendak manusia. Di sini, ia merasa dunia akhirnya diam. Tidak ada teriakan fans, tidak ada suara manajer yang mengingatkan jadwal berikutnya, tidak ada bisikan haters yang meragukan langkahnya ataupun grupnya.

Namjoon duduk di atas tanah, merasakan aroma rerumputan yang lembap. Dia memandang langit yang mulai dihiasi bintang-bintang pertama malam itu. Dengan tangan gemetar, Namjoon merogoh saku untuk mengambil pena dan buku kecil yang selalu  ia bawa. Kata-kata mulai mengalir, seperti air yang akhirnya menemukan jalan keluar dari bendungannya.

*******

Ladang bunga, disitulah aku berada...
Lapangan terbuka, disitulah aku berada.
Tanpa nama, itulah yang ku miliki
Tanpa rasa malu, aku berada di kuburanku.

Saat kedua kakiku tak menyentuh tanah,
Saat hatiku sendiri meremehkanmu,
Saat mimpiku menelanku...
Saat aku merasa bukan menjadi diri sendiri.

Aku merindukan kembang api,
Aku merindukan musim gugur yang indah.
Bahkan sebelum aku mulai membayangkannya,
Kubayangkan akhir di mana aku tepuk tangan dan tersenyum.
Itulah yang ku harapkan.

Ketika semua yang ku percaya menjauh,
Ketika semua ketenaran ini berubah jadi belenggu,
Tolong singkirkan keinginanku dari diriku.
Apapun yang terjadi, biarkan aku menjadi diriku sendiri.

*******

Saat selesai menulis, Namjoon membaca kembali kata-kata itu. Tiba-tiba, air mata mengalir tanpa bisa kutahan. Namjoon tahu, ia  memikul beban terlalu banyak. Dia selalu ingin menjadi yang kuat, menjadi pilar untuk BTS, menjadi inspirasi untuk ARMY. Tapi siapa yang menjadi pilar untukku?

Teleponnya bergetar. Sebuah pesan dari Taehyung:
Hyung, kau di mana? Kami mencarimu.

Namjoon ingin mengabaikannya, tapi kemudian ia tahu, mereka adalah keluarganya. Mereka harus tahu.

*******

Ketika Namjoon kembali ke dorm, semua mata langsung tertuju padaku.

"Hyung, kami benar-benar khawatir!" seru Jungkook.

"Kenapa kau pergi tanpa  mengatakan apapun?" kata Hoseok, nadanya lebih lembut namun jelas penuh kekhawatiran.

Uri Leader, Kim Namjoon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang