"Hestia, apa yang terjadi pada diriku ?" Tanya Natasha langsung.
"Apa maksudmu ? Kau hanya menggunakan sihir es secara ugal-ugalan dan kelelahan saja. Dan sekarang sudah sembuh berkat adanya tabib dan diriku. Daripada membahas itu... APA KAU GILA MENGGUNAKAN KEKUATAN SEBESAR ITU PADAHAL LEVEL LINGKARAN SIHIR MU SAJA SANGAT RENDAH !! DITAMBAH KAU BANDEL DAN TIDAK MENURUTI PERKATAANKU DALAM MELAWAN MONSTER ITU ! HANYA KARENA KAU BARU SAJA MASUK TAHAP LINGKARAN 4 KAU LANGSUNG SOMBONG DAN BERPIKIR BISA MELAKUKAN SEGALANYA ?! KAU PIKIR DIRIMU PEMERAN UTAMA NOVEL YANG OVER POWER?!" Ucap Hestia mengeluarkan unek-uneknya dengan berteriak pada Natasha, karena sejak pertarungan itu dia sudah mengatakan jika natasha melawannya menggunakan energi sihir milik sendiri itu mustahil, akan lebih baik memanggil dirinya untuk bertarung.
Sementara Natasha langsung melindungi indera pendengarannya dan mengalihkan pandangan. Dia tidak memungkiri jika dia terlalu ceroboh dan menganggap monster itu sebagai lawan yang enteng.
"Yahh soalnya waktu aku ngelawan tingkat menengah saat di bazar itu terasa lumayan lah yahh... Jadi kupikir tingkat kekuatannya tidak terlalu jauh" Natasha membela dirinya.
"Kau itu benar-benar bod*h, ceroboh, dan payah !" Ucap Hestia yang menahan kesal dan ingin menendang majikannya.
"Hey.. gini-gini aku masih majikan mu !" Natasha mencoba menangkap tubuh Hestia. Tapi sialnya dia justru terjatuh dari ranjang
BRUK !!
"Natasha !" Nicholas berlari masuk karena mendengar keributan dari kamarnya. Natasha menatap ayahnya,
"Ayah!! " Natasha berlari memeluk Nicholas. Setelah mendapat semua ingatan masa lalunya, dia merasa jika Nicholas adalah ayah kandungnya dan dirinya sudah bukan Alisa lagi.
"Ayah, Hestia sama sekali tidak menghormati ku sebagai majikannya !" Lapor Natasha menunjuk ke arah Hestia.
Nicholas menatap hestia dengan dan memberi isyarat untuk pergi, lalu Hestia menghilang dan masuk ke dalam gelang.
'Lahh dia kabur'
"Daripada soal Hestia.." Nicholas menekuk kakinya agar tingginya dengan Natasha bisa sejajar.
"Kamu tidak apa-apa kan ? Apakah masih sakit ? Beritahu ayah." Ucap Nicholas dengan memindai semua tubuh Natasha bahkan mendeteksi aliran sihirnya.
"Aku sudah baik-baik saja ayah, jangan cemas. Semua ini hanya karena aku memaksakan diri saja !" Ucap Natasha dengan tersenyum.
'bo'ong banget padahal gue sendiri ga tau kenapa bisa sembuh... Tapi pasti ada campur tangan tabib atau hestia. Kalau bukan mereka berdua pasti game ini.'
Natasha berusaha meyakinkan dirinya sendiri tapi tetap dia merasa ada kurang dalam kehidupannya.
"Haehh... Syukurlah kau baik-baik saja." Nicholas memeluk Natasha.
Natasha tertegun dengan perlakuan Nicholas padanya, tapi Natasha juga langsung memeluknya.
"Maaf" ucap Natasha.
"Sudahlah, lebih baik beristirahat. Ini masih tengah malam." Nicholas menuntun Natasha kembali tidur di ranjang. Natasha berbaring dan menatap Nicholas lagi,
"Tidurlah, aku akan ada di sini" ucap Nicholas lagi. Dia menatap Natasha dengan tatapan yang tidak pernah Natasha lihat,
'kenapa.. ayah menatapku seperti itu ?'
Natasha tidak ingin memusingkannya, dan dia langsung menarik selimutnya dan tertidur dengan cepat. Nicholas menatap Natasha dengan teliti, dia melihat adanya pelindung 10 bintang di tubuhnya. Nicholas berpikir itu pasti dari Hestia, karena dari yang dia tau menyembuhkan Natasha adalah Hestia.
...
'APA ADA SESEORANG YANG MENGINGATKU ?!
Xaiver ngedumel sepanjang jalan karena dia sudah dipaksa ikut datang tapi justru dilupakan, setelahnya dia juga ditinggal oleh Nathan yang sibuk membereskan kekacauan akibat serangan monster hari ini juga dan langsung pulang ke kediaman Euria tengah malam ini. Xaiver bisa beranggapan seperti itu karena dia sudah tidak bisa mendeteksi keberadaan sihir Nathan di wilayah ini.
'Haehh.. aku tidak tau harus kemana... Mana itu orang melesat cepet banget !!.'
Xavier terus berjalan ditengah gelapnya malam. Dia mencoba mengingat-ingat jalan ke kediaman Desmond. Akhirnya setelah ribuan langkah kaki kecil miliknya, dia sampai di kediaman Desmond.
Xaiver langsung masuk melewati lubang saluran air dan mencoba mencari seseorang. Karena dia sangat lapar dan haus, tapi saat dia mengendap-endap melewati dapur.
Diana baru saja keluar dari ruang kerja ayahnya, dia ingin pergi menjenguk Natasha malam ini juga. Tapi sayangnya Albert tidak mengizinkannya, akan lebih baik jika berkunjung besok saat siang.
Dengan raut wajah yang sedih Diana hanya bisa menuruti ayahnya, padahal dirinya sangat mencemaskan Natasha. Terlebih saat Natasha muntah darah dan ambruk, Diana langsung berlari kearahnya tapi ia kalah cepat, oleh Nicholas yang langsung membawa Natasha kembali ke wilayah barat.
"Nona Natasha!!" Teriak Diana dengan berlari, dia bahkan sampai terjatuh karena tersandung banyaknya barang yang berantakan.
"Aku harap Natasha baik-baik saja, semoga semua Dewa dan Dewi benua selalu melindungi beliau" ucap Diana lirih sepenuh hati dengan tangan yang ditangkupkan di depan dada menghadap ke arah bulan.
Secara tidak sengaja ekor mata diana menangkap sosok kecil berwarna putih yang melewatinya, diana sedikit bergidik. Tapi dia memberanikan dirinya, dia berjalan mengikuti arah ke mana sosok itu pergi.
"Lho kucing ?!" Teriak Diana dia langsung berlari ke arah Xaiver.
'meong meong meong' (padahal aku udah sembunyi-sembunyi.)
Diana berjongkok dan mengelus pelan bulu-bulu putih lembut milik Xaiver.
"Kamu... Pasti tersesat karena kekacauan tadi. Sayangnya Natasha sudah tidak ada disini karena dia terluka parah melawan monster" ucap Diana yang mengendong Xaiver.
'Apa... Gadis itu terluka ?'
Xaiver langsung cemas pada Natasha, tapi kondisi dirinya saja lebih buruk. Bagaimana dia bisa membantunya...
Diana mengawasi eskpresi Xaiver yang sepertinya memahami apa yang dirinya ucapkan. Tapi, Diana tidak ingin memikirkan hal itu lagi, karena kucing memang memiliki insting yang baik. Dia memegang perut Xaiver, dan Diana tersadar jika Xaiver pasti belum makan.
"Kamu pasti ketakutan sejak tadi dan belum makan, aku akan membawakanmu makanan dan air. Untuk saat ini tidurlah denganku, besok aku akan mengantarmu ke kediaman Euria." Ucap Diana lagi.
'Meong meong meong (hahhh ?!! Gadis ini... Berbanding terbalik dengan gadis menyebalkan itu..)
Diana berjalan ke arah kamarnya dan tidak lupa meminta para pelayan menyajikan makanan kucing. Diana meletakkan Xaiver di atas kasur dan berjalan menuju lemari pakaiannya.
Xaiver yang tau apa yang akan terjadi selanjutnya langsung mengalihkan pandangannya. Diana memakai gaun tidur warna putih yang menampakkan bahunya yang ramping, panjang gaun itu hanya selutut.
Diana mendatangi Xaiver dan berbaring tengkurap menghadapnya.
"Xaiver... Natasha sangat baik dan kuat. Padahal aku juga sudah berlatih keras agar bisa setara dengannya, tapi setelah melihat kemampuannya yang sekarang benar-benar jauh. Apa dia mau berteman dengan seseorang Yang hanya akan menjadi bebannya ?" Mata Diana menatap sendu ke arah Xaiver.
Meong meong meong ( Jangan pesimis, lagipula aku bisa melihat jika kau akan menjadi pemilik element sihir cahaya di masa depan. Sayangnya tidak ada yang menyadari kekuatan sihirmu.)
Yah Xaiver juga sebenarnya sudah tau jika Natasha memiliki elemen es, karena itu dia tetap mendampingi Natasha. Sayangnya pohon kehidupan tidak mengatakan apalagi yang harus dilakukan setelah bertemu gadis yang mendapatkan berkat. Apakah dia harus mendampingi gadis itu ??
Diana teringat ketika Natasha menolong dirinya dari monster bahkan menenangkan ketakutannya.
"Aku harus lebih kuat lagi!"
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi ke dalam game
FantasyAlisa seorang gadis tidak mendapatkan kasih sayang dari keluarganya juga tidak memiliki teman ataupun sahabat. Mencoba mencari kebahagian melalui game "Love Story" sampai akhirnya dia mencapai end yang membahagiakan dalam game itu. Tapi dirinya mend...