Chapter 03

457 17 0
                                    

Kwon Jiyong mengemudikan mobil meninggalkan Seoul menuju Daegu. Pada hari yang sama, ia tiba-tiba memutuskan meninggalkan Seoul tanpa memberitahu Yesung. Yesung pasti semakin uring-uringan dengan tingkah impulsif-nya.

Ia menghubungi Yesung di tengah perjalanan, menjelaskan kepada kakak tiri sekaligus manajernya itu jika dia menuju Daegu dan berencana akan bermalam di sana. Tentu Yesung tidak menyukai keputusannya, namun tidak ada yang bisa dilakukan oleh pria itu karena Jiyong sudah di tengah perjalanan.

Lima belas menit lagi ia akan sampai di rumahnya di Daegu. Ia terlalu bersemangat, bahkan ia masih mengenakan pakaian yang sama sejak pagi. Jaket hijau dan hoodienya. Penampilannya memang jauh dari kata idola yang diharapkan fans wanitanya saat ini.

Akhirnya ia sampai. Ia memarkir mobil di halaman rumah. Ia turun dari mobil, meregangkan tubuh sejenak untuk melepas rasa lelah. Ia menghirup udara segar kampung halamannya. Sudah lama ia tidak kembali ke rumah. Ia terlalu sibuk dengan karirnya.

Ia mengamati halaman rumah orang tuanya yang tertata rapi dengan berbagai macam tanaman dengan bunga yang bermekaran. Ia mendekati Pohon Maehwa, mengelus bunga-bunga mungil berwarna putih. Kenangan masa lalu menyeruak masuk dalam ingatannya. Bibirnya membentuk senyuman, merasa hangat ketika mengingat masa lalunya.

Setiap kali ia kembali ke Daegu, ia akan mengutarakan pertanyaan yang sama, di manakah teman-teman masa kecilnya sekarang berada?

Dia memiliki tiga sahabat namun mereka sema telah berpisah. Satu-persatu mereka meninggalkan Daegu. Meninggalkan dirinya.

Ia berharap teman-temannya baik-baik saja di mana pun mereka berada.

"Oppa!"

Jiyong menoleh, senyumnya merekah ketika melihat seorang gadis berlari menghampirinya. Ia membuka lebar kedua tangannya, menerima pelukan adik perempuannya, Kim Hye Min.

"Oppa, kau mengejutkanku. Kukira ada penguntit yang sedang mondar-mandir di halaman rumah. Rupanya kau! Kenapa tidak bilang akan ke sini?" tanya Hye Min dalam pelukannya.

"Hei, masa aku disebut penguntit sih?" protes Jiyong namun merasa geli karena penyamarannya cukup sukses sampai membuat adiknya hampir tertipu.

"Oh! Di mana Yesung Oppa? Kau datang sendirian?"

Jiyong cemberut.

"Kenapa kau terus mencari Yesung Hyung? Aku juga Oppa-mu," kata Jiyong, menunjukkan raut cemburu.

Hye Min tertawa. "Sepertinya aku adalah gadis yang beruntung memiliki dua Oppa paling keren sedunia!" Serunya.

Jiyong mengusap puncak kepala Hye Min, tersenyum lembut.

"Yesung Hyung sedang banyak kerjaan." Jiyong merangkul sebelah lengan Hye Min. "Ayo, masuk. Udara di luar agak dingin untukmu."

Mereka berdua masuk ke dalam rumah.

"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Jiyong.

"Hmm, hanya sedang melakukan sesuatu..." Jawab Hye Min, terlihat ragu untuk memberitahu.

"Sesuatu apa?" Tanya Jiyong penasaran.

"Aku sedang belajar merajut," jawab Hye Min sambil tersenyum malu. Di ruang tengah, terlihat peralatan merajut berserakan di atas meja. "Aku sedang membuat syal."

Jiyong duduk di sofa di sebelah Hye Min, mengecek pekerjaan Hye Min. "Bagus sekali," pujinya.

Hye Min tersipu malu. "Terima kasih. Ini belum selesai."

"Bagaimana kesehatanmu?" tanya Jiyong kemudian.

"Oh, aku sangat sehat!"

Jiyong mengangguk senang dengan jawaban Hye Min.

"Oppa, aku mendengar berita mengenaimu," Hye Min mengambil jarum rajutnya, melanjutkan pekerjaannya. "Kau pacaran dengan Kim Hye Na, ya?"

"Ah, itu..." Jiyong tidak tahu harus mengatakan apa. Siapa pun pasti sudah mengetahui kabar itu. Padahal belum 12 jam sejak pengumuman Jo Park yang merestui hubungan mereka.

"Kenapa Oppa tidak pernah bercerita kepadaku? Aku adalah penggemar Kim Hye Na. Aku mengagumi penampilannya di film Carnaval. Sudahkah Oppa menonton film itu?" Tanya Hye Min, bersemangat.

Jiyong menggelengkan kepala. Ia belum pernah menonton film atau drama yang diperankan oleh Kim Hye Na. Ia tidak yakin akan bisa menonton Kim Hye Na karena kabar ini.

"Oppa harus menontonnya!"

"Sejak kapan kau datang?"

Jiyong menoleh ketika Ayahnya muncul di atas tangga.

"Ayo, kita bicara." Ayahnya segera berbalik masuk ke dalam ruangan di atas.

***

Jiyong memasuki ruang kerja Ayahnya. Pria itu sudah menunggu di atas kursi kerjanya.

"Duduklah," perintah Ayahnya.

Jiyong menurut. Ia duduk di kursi di seberang meja Ayahnya.

"Aku sudah mendengar kabar itu," Ayahnya memulai.

Jiyong sedikit kaget. Tidak biasanya Ayahnya peduli dengan kabar tentang dirinya. Selama ini ayahnya membenci karir yang ia pilih.

"Aku akan mengurusnya nanti," kata Jiyong.

"Aku sudah mendapat telepon dari Jo Park," kata Ayahnya tiba-tiba.

Jiyong mengerutkan dahi. Apakah ia tidak salah dengar? Ayahnya mengenal Jo Park?

"Kami berdua teman lama," jelas Ayahnya melihat ekspresi penuh tanda tanya di wajah Jiyong.

"Aku tidak tahu," komentar Jiyong.

"Ya, banyak hal yang tidak kau ketahui, Jiyong," ujar Ayahnya. "Aku juga telah merestui hubunganmu dengan keponakannya."

Jiyong mengerutkan dahi. Telinganya berfungsi dengan baik kan? Setelah sekian lama akhirnya ia kembali ke rumah dan bertemu dengan ayahnya, tapi ia malah mendapat restu yang tidak ia inginkan.

"Apa kalian sedang syuting drama perjodohan?" tanya Jiyong. "Sebenarnya ada apa ini?"

"Jiyong, akan lebih mudah jika kau menyetujuinya. Hubungan ini akan sangat bagus untuk karir kalian berdua," kata Ayahnya.

"Karirku baik-baik saja bahkan tanpa perlu perjodohan ini!"

"Kami berdua juga sudah merencanakan jadwal pertunangan kalian berdua," lanjut Ayahnya tanpa diduga.

Jiyong membelalakkan mata, mulutnya terbuka lebar namun tidak ada kata-kata yang keluar. Ini serius?

"Apa kalian sudah gila?!" Serunya. "Pertunangan?! Ayah, aku tidak menginginkan hal itu!"

"Jiyong, dengar..."

"Tidak! Besok aku akan meminta agensiku mengeluarkan pernyataan!" seru Jiyong gusar.

"Jika kau melakukannya, kau akan mengundang kemarahan Jo Park," ujar ayahnya dengan sikap tenang yang mengancam.

"Oh, jadi sekarang kau memainkan kekuasaanmu? Terserahlah, aku tidak peduli."

"Jika agensimu memberi pernyataan, kau akan merusak karirmu, Jiyong. Bukankah kau sangat ingin sukses dalam bidang ini?"

"Sial," Jiyong berdesis. Ia segera berbalik pergi meninggalkan ruangan.

Ia menuruni tangga dengan langkah cepat. Ia bahkan tidak berpamitan dengan Hye Min yang masih berada di ruang tengah.

Ia memasuki mobilnya kembali. Rencana untuk bermalam di Daegu telah ia batalkan. Ia memutuskan untuk kembali ke Seoul saat itu juga.

---*---

TONIGHT - BAGIAN I (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang