Chapter 06

287 15 0
                                    

Dong Young Bae berjabat tangan dengan seorang pria bertubuh besar berwajah ramah setelah ia menandatangani surat perjanjian serah terima.

"Senang bisa berbisnis dengan Anda!" kata si pria.

"Sama-sama, Shindong-ssi," ujar Young Bae dengan senyum khasnya.

"Area ini sangat ramai, pasti restoranmu akan segera dikenal!" ujar Shindong lagi, meyakinkan sambil mengacungkan kedua jempolnya yang gemuk.

"Tapi bukankah Anda seorang Pengacara, Young Bae-ssi? Ah, maaf jika saya lancang karena telah membaca data diri Anda."

Young Bae tersenyum kecil. "Ya, tapi saya sudah berhenti."

"Wah, sayang sekali. Ngomong-ngomong kapan kau akan membuka restoran? Kalau kau mau, aku bisa menjadi tester atau membantu mempromosikan restoranmu!"

"Terima kasih tawarannya. Anda baik sekali, Shindong-ssi!" Young Bae kembali berjabat tangan dengan Shindong yang terkekeh. "Saya akan mengabari Anda."

Percakapan antara kedua pria itu berakhir. Shindong si agen perumahan pamit undur diri.

Young Bae berdiri di depan bangunan yang sudah resmi menjadi miliknya. Ia mengamati bangunan itu dengan seksama. Ia sudah memesan Papan Nama yang kemungkinan akan datang tiga hari lagi. Ia sudah tidak sabar memajang nama restoran impiannya.

"Saatnya bekerja," ia memerintahkan dirinya sendiri.

Ia menempelkan sebuah kertas pengumuman lowongan pekerjaan karyawan di jendela.

"Perlu karyawan ya?"

Young Bae menoleh, ia agak kaget ketika melihat seorang gadis telah berdiri di sebelahnya. Ia mengenali si gadis mini market seberang.

Gadis itu berambut pendek yang dicat oranye. Ada lingkaran hitam di bawah mata gadis itu, menandakan porsi tidur si gadis terganggu.

"Shin Bora," si gadis memperkenalkan diri. "Aku bekerja di mini market seberang sana."

Young Bae mengangguk. "Halo. Namaku Dong Young Bae. Aku akan membuka restoran di sini."

"Oh, restoran..." Shin Bora manggut-manggut. Ia segera mengambil kertas pengumuman lowongan kerja yang baru saja ditempel oleh Young Bae. "Kubaca dulu ya?" si gadis segera pergi menyeberang menuju mini market.

Young Bae menggeleng-geleng heran melihat tingkah aneh gadis itu. Namun ia tidak punya banyak waktu untuk memikirkannya, ia masih memiliki segudang pekerjaan yang harus diselesaikan, salah satunya adalah menempel lembaran pengumuman lowongan pekerjaan ini demi mendapat karyawan secepatnya.

***

Jiyong baru saja selesai rekaman dari jadwal terakhirnya. Ia keluar dari ruang studio dan kembali merasa tidak nyaman. Sambil menelusuri lorong, ia membuka ponsel, kembali menghubungi seseorang. Namun Kim Hye Na lagi-lagi tidak mengangkat panggilannya.

Ia tidak mengerti apa yang dilakukan gadis itu. Bukankah malam tadi sudah ia katakan dengan jelas? Dia ingin tahu hasil pertemuan gadis itu dengan Jo Park secepatnya. Gosip mereka harus segera diselesaikan sebelum pertunangan itu benar-benar diresmikan oleh ayahnya.

Jiyong sampai di ruang kerja Yesung. Ia melengos masuk begitu saja. "Hyung," panggilnya sambil duduk di kursi. Yesung yang berdiri di depan jendela baru saja selesai berkomunikasi dengan seseorang melalui ponsel.

"Bagaimana rekaman terakhirmu?" tanya Yesung.

"Perfect!" jawab Jiyong segera. "Besok cover album yang fix akan selesai dibuat." Namun ia tidak tampak antusias. Begitu pula Yesung. Padahal biasanya mereka berdua bersemangat tiap kali melakukan persiapan comeback.

"Kenapa kau terlihat lebih menderita dari pada aku?" tanya Jiyong heran. "Padahal aku yang sedang diterpa masalah."

Yesung menghempaskan diri di atas kursi kerjanya.

"Aku merasa kesal karena tidak bisa melakukan apa pun untukmu," jawab Yesung lesu.

Jiyong mengangguk mengerti.

"Baru saja Ayah menelepon," lanjut Yesung. "Saat ini dia sudah berada di Seoul."

"Hah?!" Jiyong ternganga lebar, terkejut.

"Dan sekarang dia sedang menemui Jo Park."

"Hah?!"

***

Jiyong masih duduk di dalam ruangan Yesung ketika Ayah dan Hye Min datang. Ia berusaha menahan emosi karena ada Hye Min.

"Ayah, Hye Min," Yesung segera menyambut kedatangan keduanya. "Duduklah, Yah." ia memberikan kursinya kepada sang Ayah. Ayahnya segera duduk di kursi yang ditunjuk. Sementara Hye Min duduk di sebelah Jiyong.

Hye Min tidak jadi menyapa ketika melihat ekspresi dingin di wajah Jiyong. Ia menolehkan wajah pada Yesung, bertanya tanpa suara. Yesung hanya menggelengkan kepala.

"Yesung, aku pinjam ruanganmu sebentar," kata Sang Ayah. "Ajaklah Hye Min berjalan-jalan. Aku ingin berbicara empat mata dengan Jiyong."

"Baik, Yah. Ayo, Hye Min."

Suara pintu menutup, tanda Yesung dan Hye Min sudah pergi.

"Ayah! Apa yang kau lakukan?" Jiyong langsung membuka suara. "Untuk apa kau menemui Jo Park?"

"Tidak ada salahnya bertemu dengan teman lama," jawab Ayahnya dengan sikap tenang. "Dan tentu saja untuk menentukan jadwal pertunangan kalian."

"Ayah, sudah kubilang aku tidak setuju!" seru Jiyong, tak mampu menahan amarahnya lagi. "Kim Hye Na juga tidak menginginkan pertunangan ini!"

"Jiyong," panggil Ayahnya, tetap dengan nada tenang. "Hye Na menyetujui hubungan kalian."

"Ap... Apa?" Jiyong membelalak. "Tidak mungkin!"

Ya, itu tidak mungkin. Malam tadi Hye Na sudah berjanji akan berbicara dengan Jo Park untuk meluruskan masalah ini.

"Kau putra kandungku satu-satunya, Jiyong. Sementara Hye Na adalah seorang putri dari teman baikku. Aku sudah setua ini dan ingin melihatmu memiliki kekasih. Dan aku ingin Hye Na yang menjadi orang itu."

Jiyong berdiri dengan kasar hingga kursi berderit terdorong ke belakang.

"Kau berkata seolah akan mati saja!" Serunya kesal. "Tidak! Aku tetap tidak setuju! Aku menolak pertunangan ini!"

"Pertunangan tetap akan diadakan," ujar Ayahnya dengan nada dingin. "Besok malam."

Jiyong membeku.

"Jika kau tetap menolak, kupastikan karirmu akan hancur."

Apa ini? Kenapa Ayahnya sampai mengancam akan menghancurkan karirnya?

***

Choi Seunghyun menguap lebar, kemudian menyeka air mata di sudut matanya. Ia sudah memarkir mobil tak jauh dari gerbang rumah sasaran.

Ini adalah hari pertama dari batas waktu misinya. Besok malam dia akan beraksi.

Ia menyalakan siaran radio dan menemukan sebuah lagu sedang diputar.

Ia menyeringai ketika mendengar suara si penyanyi pria.

"Yah, suaranya lumayan," dia mengakui kualitas suara si penyanyi.

Ia menarik napas ketika fakta kembali mengusik fokusnya. Ia tidak pernah seperti ini. Ia tidak pernah ragu. Namun targetnya kali ini berbeda. Dia harus membunuh seseorang yang pernah ia kenal.

Seunghyun mengambil ponsel, lalu mengetikkan beberapa kata sebelum dikirimkan. Selang kurang dari semenit, Bos membalas pesannya. Bos membalas dengan sebuah foto. Ia membuka foto itu, kemudian tubuhnya menegang. Dalam foto itu memperlihatkan Kwon sedang menodongkan mulut pistol ke kepala ayahnya yang terkapar di tanah.

Pegangannya di kemudi mengeras hingga buku-buku jarinya memutih serta pembuluh darahnya yang keunguan mengeras di bawah kulitnya yang tegang.

Selama ini ia menganggap masa kecilnya adalah masa paling indah dalam hidupnya. Namun rupanya di balik semua itu ada kekacauan yang tidak ia ketahui.

Kali ini ia sudah yakin dan siap. Tidak ada keraguan lagi dalam dirinya untuk melaksanakan misi keempat.

---*---

TONIGHT - BAGIAN I (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang