Chapter 15

148 12 0
                                    

Choi Seunghyun berjalan pelan menaiki bukit, menapak dengan sepatu botnya. Hanya ada pepohonan di kanan-kiri. Ia sampai di puncak, di mana sebuah bangunan tua yang tidak berpenghuni menyambutnya.

Ia melewati gerbang kayu yang tampak akan roboh. Papan nama pada gerbangnya sudah terbelah, patahannya telah jatuh dan tertimbun tanah.

Seunghyun tidak memasuki bangunan tua itu, ia berbelok ke belakang bangunan. Kemudian ia berjalan memasuki jalan setapak dalam hutan, tak berapa lama pepohonan menjarang hingga ia sampai di padang rumput luas. Ia berhenti di depan sebuah gundukan.

Ia berlutut, lalu meletakkan seikat bunga kertas berwarna ungu di atas gundukan. Ia memejamkan mata, mendoakan ayahnya di alam kubur sana.

Terdengar tapak kaki mendekatinya.

"Wah, wah, aku jadi teringat ketika menjemputmu di sini," kata Bos.

Seunghyun tidak bergeming meski ia terganggu dengan kehadiran Bos yang tidak diundang.

"Saat itu tinggimu masih di sini," dia tertawa sambil memberi isyarat dengan tangannya di udara, di dekat pinggangnya. "Siapa yang mengira bocah gembul itu telah tumbuh besar menjadi pemuda perkasa persis seperti ayahnya!"

Seunghyun tetap tidak merespons, masih dalam posisinya, berlutut dan memejamkan mata.

"Oh, aku juga harus menyapa Pendeta Choi," kata Bos. "Halo, Pendeta Choi. Tidurlah dengan tenang di alam sana, tidak usah khawatir, aku telah merawat putramu dengan sangat baik! Lihat kan? Putramu menjadi lelaki luar biasa!"

Rasa sesak menggumpal di dalam dada Seunghyun, namun ia menahan diri.

"Aku sudah mengirimkan data target kelima," kata Bos kemudian.

Rasa sesak itu seperti membakar dadanya. Bos merusak privasinya. Membicarakan misi di depan makam ayahnya membuatnya merasa berdosa.

"Kenapa Kwon membunuh ayahku?" Seunghyun telah membuka mata. Ia segera bangkit berdiri, kemudian berbalik menghadap Bos. Dulu Bos lebih tinggi darinya, sekarang tidak lagi. Dia telah tumbuh besar. Tinggi Bos tak lebih di bawah telinganya.

Bos tersenyum menyeringai.

"Kau pasti mengenang masa kecilmu di sini." Bos malah mengalihkan pembicaraan. "Aku ingat kau berteman dengan putra Kwon, nyaris saja aku mengira kau akan ragu membunuh Kwon."

"Kau di sini ketika ayahku dibunuh?" Tanya Seunghyun dingin.

"Aku punya foto itu bukan berarti aku yang memotretnya," kata Bos, senyumnya semakin lebar. "Kau tahu? Aku bersusah payah mendapatkannya. Bukti yang luar biasa kan?" dia terkekeh.

"Kwon berkata ayahku dibunuh karena ikut campur," kata Seunghyun. "Apa sebenarnya yang terjadi? Kenapa aku harus membunuh orang-orang dalam misi itu?"

Senyum Bos memudar. Mendadak ia menyorongkan pistol ke kepala Seunghyun.

"Kau mengajak Kwon mengobrol?" tanya Bos dengan sorot dingin. "Kau lupa aturannya? Jangan mengobrol dengan target. Mereka semua penipu. Dan kau... kau melanggar aturan! Pantas saja aku mendengar putra Kwon bersaksi melihat orang asing di rumahnya. Sial, Seunghyun~ah, setelah hampir menyelesaikan semua misi ini, kau ingin tertangkap?"

"Aku ingin tahu kenapa ayahku dibunuh," kata Seunghyun, tak terpengaruh dengan mulut pistol yang di arahkan ke depan wajahnya. "Hanya itu."

Bos menghela napas keras. Ia menurunkan pistol. "Setelah kau membunuh target kelima aku akan memberitahumu."

Seunghyun mengerutkan dahi. "Bagaimana jika aku menolak?"

"Jika begitu aku akan membiarkanmu menderita dengan rasa penasaran itu. Aku akan membuangmu, lalu kau akan masuk penjara." Bos menyeringai. "Kau mau seperti itu?"

TONIGHT - BAGIAN I (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang