Chapter 05

264 19 0
                                    

Kim Hye Na tak kunjung keluar dari mobil meski ia telah sampai di depan rumah Jo Park.

Nampak gedung rumah besar dan mewah berdiri menjulang di hadapannya, memperlihatkan betapa besar finansial sang Paman. Karena Pamannya lah, Hye Na dapat meraih karir sebagai aktris. Tapi kesempatan yang diberikan Pamannya hanyalah sebagai jembatan. Selebihnya berkat usaha dan kerja keras dari dirinya sendiri. Oleh karena itu ia tidak ingin karirnya cepat kandas akibat gosip yang tidak benar ini. Dia bisa mendapat semua kerugian bila dibandingkan dengan Gdragon.

"Nona, Anda baik-baik saja?" Tegur Sang Pengawal.

"Oh, ya..." Hye Na tersadar dari lamunan panjangnya.

"Pemuda tadi sungguh tidak asing," gumam Kang Daesung. Ia mengingat wajah pria yang menemui Hye Na tadi sore. Ada sesuatu yang familiar pada diri pria itu.

"Tentu saja kau merasa pernah melihatnya, Daesung-ssi." Hye Na mendengar gumaman Daesung. "Wajah pria itu ada di mana-mana. Entah di layar atau bahkan poster pada gedung-gedung," ia menghela napas lagi. "Ia bahkan disebut putra Korea karena kemampuan musikalnya."

Daesung diam saja mendengarkan.

"Baiklah, saatnya keluar!" Hye Na menyemangati dirinya sendiri. "Ayo! Aku pasti bisa!"

--

Hye Na menyusuri lorong rumah berlantai marmer mengilap. Ia menemukan Pamannya sedang makan malam sendirian di meja makan besar.

"Oh, Hye Na!" Jo Park menyapa keponakannya. "Kau tidak memberitahuku akan datang berkunjung."

Hye Na berdiri kaku di samping meja. Ia mengangguk hormat pada Sang Paman.

"Maaf mengganggu waktu Paman."

"Tidak apa-apa, apakah kau sudah makan malam?" tanya Jo Park. "Duduklah, temani aku."

"Aku sudah makan, Paman," Hye Na menolak secara halus.

Jo Park terdiam sejenak mengamati Hye Na.

"Aku sudah selesai," Jo Park meletakkan sendoknya, lalu para pembantu datang untuk segera membersihkan meja.

"Duduklah," Jo Park mengulang perintahnya. Hye Na mematuhi perintah itu, ia duduk di kursi di sisi kanan.

"Eum, Paman..." Hye Na kesulitan untuk memulai. "Aku datang untuk membicarakan sesuatu."

"Ya, katakan lah."

"Aku tidak mengerti mengapa Paman membicarakan aku pada wawancara eksklusif Paman tadi pagi."

"Hmm? Soal Itu?" Jo Park mengangguk mengerti. "Ada wartawan yang menanyakan hal tersebut disela wawancara. Sejujurnya aku mengenali laki-laki yang digosipkan bersama denganmu. Lalu aku berpikir, akan lebih baik jika kalian berdua bersama. Kurasa tidak ada masalah kan?"

"Paman, kau salah paham. Tidak ada hubungan apa pun di antara kami berdua. Kami hanya kebetulan duduk berdekatan pada saat foto itu diambil. Padahal masih ada artis lainnya yang duduk bersama kami. Wartawan itu hanya ingin membuat gosip."

Jo Park terdiam, sorot pasang matanya membuat Hye Na menjadi gugup. Pamannya selalu terlihat mengintimidasi, inilah mengapa dia tidak suka berurusan dengan Pamannya.

"Aku mengenal Ayah dari pria itu," kata Jo Park sambil mengambil cangkir tehnya.

"Ap... Apa?" Hye Na tergagap. Ia teringat dengan pertanyaan yang diajukan oleh Gdragon sebelumnya. Jadi benar, Paman dan Ayah pria itu saling mengenal? Dunia ini sungguh kecil!

"Ya. Aku sudah menelepon Kwon dan kami membicarakan banyak hal."

Hye Na merasa cemas dengan kata-kata "membicarakan banyak hal" dari Jo Park.

"Kami berdua setuju untuk merestui hubungan kalian ke jenjang yang lebih serius."

Seandainya rahang manusia bisa lepas pasang, mungkin rahang Hye Na sudah jatuh terlepas saat ini setelah mendengar ucapan Jo Park.

"Paman... Kami berdua tidak memiliki hubungan apa pun! Ini hanya salah paham!" Seru Hye Na segera.

Jo Park menyorotkan tatapan yang membungkam mulut Hye Na. Tapi ia tidak ingin menyerah dari masalah ini.

"Aku masih belum siap, Paman. Aku masih ingin serius meniti karirku."

"Kau bisa terus melanjutkan karirmu bahkan setelah bertunangan dengan Kwon Jiyong."

Hye Na tergagap. "Ber... Bertunangan? Tapi... Paman...!"

"Jika kau menolak restu kami, maka bersiaplah untuk hengkang dari karirmu."

Ancaman itu seperti penutup dari pembicaraan. Jo Park bangkit berdiri.

"Kau, antar pulang Hye Na. Pastikan dia tidak pergi kemana-mana." Begitu memberi perintah kepada Daesung, Jo Park melangkah terpincang-pincang dengan tongkatnya.

Meskipun pincang, Jo Park memiliki aura yang bisa mengintimidasi siapa saja.

Hye Na duduk lemas di kursinya. Ia tak mampu melawan lagi.

***

Choi Seunghyun melenggang masuk ke dalam mini market yang buka 24 jam, penjaga kasirnya yang nyaris tertidur segera duduk tegak ketika melihatnya berlalu masuk. Ini sudah hampir tengah malam, tentu sangat jarang pembeli datang di waktu seperti ini.

Ia mengambil beberapa gelas ramyun serta sekotak sosis. Ia juga mengambil beberapa buah segar dan bir. Ia membawa semua belanjaannya ke meja kasir.

Penjaga toko itu segera menghitung belanjaannya dengan gerakan terburu-buru, sambil sesekali melirik ke arahnya yang mengenakan topi dan masker wajah berwarna hitam.

Seung Hyun langsung beranjak pergi setelah membayar belanjaannya secara tunai. Ia kembali ke dalam mobil, membuka satu sosis siap makan dengan giginya, melahapnya sambil membuka ponsel.

Ia mengamati aplikasi peta di ponsel.

Akhirnya ia sampai juga di Seoul untuk melaksanakan misi keempatnya.

Kembali bekerja pada musim semi adalah pilihan yang tepat. Ia memandang langit dari jendela mobil yang terbuka. Suasana tengah malam yang sunyi terasa menenangkan setelah seharian berada di jalan ibukota yang ramai.

Ia membuka email, membaca data diri target yang dikirimkan oleh Bos. Dahinya berkerut, perlu beberapa waktu baginya untuk memastikan ia tidak salah membaca identitas target.

Targetnya bermarga Kwon. Dari sekian penduduk Seoul yang memiliki marga Kwon, kenapa harus "Kwon" yang satu ini?

Seunghyun tidak pernah melupakan masa lalunya. Setiap kali ia memejamkan mata, ia seperti kembali ke Daegu dan bermain dengan ketiga teman masa kecilnya. Masa kecil adalah masa paling indah baginya.

Ketika ia membuka mata, ia menemukan sebuah poster pada salah satu toko yang menampilkan wajah seorang laki-laki yang dulu pernah ia kenal sewaktu kecil.

Ia menyeringai.

"Si ceking itu ternyata berhasil..." Ia bergumam, mengamati wajah Gdragon dalam poster, sedang memamerkan suatu produk.

Namun seringainya memudar. Beban tertera jelas di wajahnya.

Apakah dia berhenti saja dari misi keempat ini?

Ia mengalihkan perhatiannya pada layar laptop, membaca kembali pesan singkat yang berada di bawah badan email. Pesan ini tidak biasanya ditambahkan oleh Bosnya. Seolah, Bosnya tahu jika ia akan merasa ragu melaksanakan misi keempat.

Ps : lelaki ini adalah orang yang membunuh Ayahmu.

---*---

TONIGHT - BAGIAN I (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang