Prolog

1.2K 49 0
                                    

18 tahun lalu.

Musim Gugur, Korea Selatan, Daegu.

"DOR! DOR! DOR!"

Bruk!

"Daesungie kena!"

Tawa dan teriakan memenuhi udara musim gugur yang hangat. Salah satu dari dua anak laki-laki di lapangan menjatuhkan dirinya ke tanah berdebu.

"Kau juga akan mati!" seru anak laki-laki bertubuh gempal, tampak lincah memainkan pistol airnya.

"Tidak! Hyung yang lebih dulu mati!" seru anak laki-laki yang mengenakan topi.

Satu anak laki-laki lainnya hanya duduk di bangku taman yang teduh, menonton ketiganya bermain perang-perangan. Dia sangat ingin bermain namun hari ini tubuhnya sedang tidak sehat.

Anak laki-laki yang duduk di taman menengadahkan kepala, memandang langit cerah di atasnya. Dedaunan kering berjatuhan di atasnya. Ia tersenyum. Ini adalah waktunya, pikirnya.

***

Kwon Jiyong berjalan paling depan, sedangkan ketiga temannya berjalan mengikuti di belakang.

Ketiganya berhenti ketika Jiyong mendadak berhenti. Jiyong memandang ke sekitar dengan sorot serius, lalu ia menunjuk pohon cemara yang berada di depan mereka.

"Di sini tempatnya!"

**

"Gali lagi, Hyung! Ayo, Gali lebih dalam!"

"Ya!"

Jiyong menunggu dengan tidak sabar. Ia memperhatikan Seung Hyun dan Young Bae menggali tanah di dekat akar pohon cemara.

Ia bersama Daesung mengamati keduanya. Daesung yang termuda berseru menyemangati.

"Gali terus, Hyung! Ayo! Ayo!"

"Masih kurang dalam?" tanya Seung Hyun, terlihat kelelahan. Sementara Young Bae langsung mendudukkan pantatnya ke tanah. "Capek!" serunya.

Kwon Jiyong memandang lubang dengan ekspresi serius, sedang menilai. "Sudah," katanya. "Ayo," Dia kemudian duduk di bonggol-bonggol akar cemara yang lebih tinggi, sedangkan ketiga temannya duduk di tanah, membentuk lingkaran dengan lubang galian sebagai poros.

"Keluarkan benda yang kalian bawa," kata Jiyong.

"Kenapa kau memilih tempat ini, Jiyong~ah?" tanya YoungBae.

"Tentu saja karena di sini adalah tempat yang tepat," Jawab Jiyong sambil mengeluarkan kotak kayu dari dalam tasnya.

"Aku sudah menyiapkan semuanya. Ini misi kita," Kata Jiyong serius. "Kita akan membuat peti harta karun. Di sini kita akan menyimpan benda-benda berharga milik kita."

"Kenapa benda berharga, Hyung?" tanya Daesung yang mengorek-ngorek tanah dengan patahan ranting pohon.

"Ya. Kalau bukan benda berharga, bukan peti harta karun namanya!" ujar Jiyong. "Ayo keluarkan benda berharga kalian."

Seung Hyun merogoh saku celananya. "Ini."

Jiyong menerima benda itu. "Pemantik?"

Seung Hyun mengangguk. "Ini pemantik berharga milik Abeoji," jelasnya.

"Tapi Pendeta Choi kan tidak merokok?" Daesung berkomentar.

"Babo, tentu saja Abeoji tidak merokok!" Seung Hyun mengetuk kepala Daesung, membuat Daesung meringis kesakitan.

TONIGHT - BAGIAN I (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang