Kwon Jiyong mengayuh sepedanya menuju taman kota. Ia sedang sangat kesal. Ia sengaja kabur dari rumah karena tidak ingin bertemu dengan Ayahnya yang sedang menyiapkan pesta pertunangan untuk besok malam.
Ia merasa tangan dan kakinya terikat serta mulutnya dibekap. Kenapa ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk menghentikan semua ini?
Mimpi buruk macam apa ini?
Dan kenapa Kim Hye Na mengabaikan panggilannya? Ia telah berusaha menghubungi wanita itu berkali-kali, namun panggilannya tidak diangkat. Ia juga sudah menelepon manager wanita itu, dan mendapat kabar jika Hye Na sedang beristirahat serta jadwal si aktris kosong dalam sepekan ini untuk acara pertunangan mereka.
Jiyong memarkir sepedanya di parkiran taman. Setelah memastikan sepedanya dikunci rapat, ia menyusuri taman yang ramai sore ini. Dengan berjalan di taman ia berharap dapat menjernihkan pikirannya yang kalut.
Ia tidak bisa terus seperti ini. Dia harus melakukan sesuatu. Ia segera mengeluarkan ponsel, kemudian menelepon Yesung.
***
Yesung semakin gelisah setelah memarkir mobil di halaman rumah orang yang belum pernah ia kunjungi.
"Kau yakin akan berbicara dengan Jo Park?" tanya Yesung. Ia merasa ngeri setelah melewati penjagaan rumah yang sangat ketat di depan gerbang tadi.
"Aku sendiri yang akan berbicara dengannya," kata Jiyong. "Kau di sini saja."
Jiyong keluar dari mobil. Ia segera berjalan kemudian dihadang dua orang Pengawal yang memeriksa dirinya.
Dasar orang tua kaya, Jiyong memaki di dalam hati.
Setelah lolos dari pemeriksaan, Jiyong melenggang masuk ke dalam istana Jo Park.
Kedua Pengawal itu mengantarnya ke sebuah ruangan, dan Jo Park sudah berada di sana.
"Wah, wah," kata Jo Park ketika Jiyong memasuki ruangan. "Aku tidak menyangka seorang musisi kebanggaan negara berkunjung ke rumahku," sambut Jo Park.
Jiyong tidak tersenyum. Sebelah tangan Jo Park terulur kepadanya, ia pun terpaksa menjabat tangan Jo Park. Jo Park meremas tangannya dengan kuat, seperti ingin mengintimidasi dirinya.
Namun Jiyong tidak merasa takut sedikit pun.
"Maaf mengganggu waktu Anda, Pak." Ucap Jiyong. "Ada suatu hal yang ingin saya bahas dengan Anda."
"Baiklah. Sebelumnya, silakan duduk," ujar Jo Park sambil duduk kembali di atas sofa tunggalnya. Ia menyandarkan tongkatnya yang hitam mengilap di sebelah kursi.
Jiyong duduk di seberang Jo Park. Ia mengamati pria tua itu yang kanan-kirinya dijaga ketat oleh dua orang pengawal.
"Nah, silakan lanjutkan," kata Jo Park.
"Saya ingin membahas soal pertunangan."
"Hmm? Ada apa? Apakah ada masalah dalam persiapannya?"
"Ya," jawab Jiyong. "Saya ingin membatalkan Pertunangan ini."
Jiyong yakin melihat gerakan pada kedua pengawal di kanan-kiri Jo Park, mereka seperti akan meraih sesuatu dari pinggang mereka. Mungkin pistol. Apakah mereka berniat menembaknya?
Jo Park tersenyum dibalik kumis tipisnya.
"Nak," ujar Jo Park. "Hye Na sudah menyetujui hubungan kalian."
Jiyong berusaha mempelajari orang seperti apa yang ia hadapi saat ini. Ia mendengar desas-desus jika Jo Park adalah orang yang sangat berbahaya. Pasti ada banyak orang yang telah kalah berhadapan dengan pria tua itu.
"Sayangnya jadwal pesta pertunangan kalian sudah ditetapkan," kata Jo Park. "Pasti akan menjadi berita besar jika kau membatalkan pertunangan ini. Karirmu bisa berantakan. Jadi berhati-hatilah dalam mengambil keputusan, Nak. Aku memperingatkanmu. Kau masih terlalu muda dan berbakat untuk menghancurkan karirmu."
Jiyong melipat tangan di dada, ia menyilangkan kakinya. Sedikit pun ia tidak takut pada ancaman orang ini.
"Apa tujuan Anda, Pak?"
Jo Park menaikkan sebelah alis mendengar pertanyaan Jiyong.
"Maksudmu?"
"Apa tujuan Anda melibatkan saya dan Hye Na?"
Jo Park tiba-tiba terkekeh. "Persis seperti yang diceritakan Kwon. Kalian berdua sangat mirip, ayahmu juga adalah seseorang yang sangat kritis dan keras kepala." Ia tersenyum. "Jadi kau menginginkan jawabanku, hm? Kenapa tidak bertanya langsung kepada Ayahmu?"
Jiyong diam saja.
"Baiklah, aku akan memberitahumu."
Jiyong mengerutkan dahi.
"Tentu saja ini terjadi karena aku dan Kwon sudah berteman sejak lama, dan kami sama-sama memiliki keturunan, jadi apa salahnya kami membangun ikatan dengan menjodohkan putra-putri kami?"
Tidak. Jiyong yakin alasan Jo Park tidak mungkin seklise itu. Pasti ada sesuatu di balik semua ini.
"Cobalah untuk menerima keinginan ayahmu satu kali ini saja," ucap Jo Park. "Kau tidak akan menyesal."
Entah mengapa kata-kata Jo Park terasa aneh bagi Jiyong.
"Tapi jika kau masih ingin mencoba membatalkan pertunangan ini, silakan saja. Aku tidak akan ikut campur pada apa pun hasilnya nanti."
Jiyong terdiam sejenak. "Jika saya melakukannya, karir Hye Na akan jatuh lebih parah dari pada saya. Apakah Anda akan membiarkannya?"
"Sudah kubilang, aku tidak akan ikut campur," Jo Park tersenyum kecil.
Ekspresi Jiyong mengeras. Sejujurnya dia tidak peduli pada keinginan ayahnya. Di saat ia seharusnya lebih mengkhawatirkan karirnya, ia tidak bisa mengelak melihat karir Kim Hye Na akan berakhir jauh lebih buruk darinya.
---*---
KAMU SEDANG MEMBACA
TONIGHT - BAGIAN I (✓)
FanfictionBlurb: Gdragon adalah seorang musisi muda yang sangat terkenal. Namun ia tersandung skandal dengan seorang aktris yang baru naik daun, Kim Hye Na. Padahal keduanya sama sekali tidak memiliki perasaan apa pun. TONIGHT (Buku satu) - rewrite, 2024 dae...