🩰 Pelunasan Hutang

18.5K 2.4K 1.7K
                                    

🎧 White Mustang

Makasi ya part kemarin kalian rame betol, sekarang aku update cepet lagi. Gitu terus dong ehhe~

31.12.24
Besok tahun baru, tulis resolusi dan harapan kalian di sini biar jadi doa 🤲

ABSEN DULU AYO, WARNA MERAH YAA 🍄🐞

BAKAR LAGI PART INI 🫵❤️‍🔥

Slamat mbaca 🩷

Menunggu di depan ruang operasi, Raeya dan Peony saling berpegangan tangan menggenggam harap untuk Papa mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Menunggu di depan ruang operasi, Raeya dan Peony saling berpegangan tangan menggenggam harap untuk Papa mereka. Pikiran Raeya sudah bercabang, bukan lagi hanya memikirkan keselamatan papanya di dalam ruang operasi tetapi bayangan apa yang terjadi semalam sangat memilukan. Sulit ia terima.

Ia tak bisa menyalahkan Harbi karena tadi malam dialah yang menggerakkan tubuhnya secara sukarela di dalam pangkuan Harbi.

Bagaimana Harbi bersuara di setiap gerakan tubuhnya, cara laki-laki itu menggegam buah dadanya lalu paling membekas adalah saat-saat keduanya mencapai puncak gairah dan Harbi mengambil kendali berada di atasnya.

Panas ruangan itu menyatu dalam darah mereka, berbagi cairan satu sama lain.

Memungut dress dan harga dirinya yang berserakan di lantai kamar hotel, Raeya kabur, masih sempat menoleh memandangi tubuh tertutup selimut Harbi yang tidur membelakanginya.

Ia telah mempertaruhkan segalanya tetapi saat membuka handphone, Peony memberitahu jika ia sudah membayar lunas biaya operasi, paginya langsung dilakukan tindakan pemasangan ring jantung.

"Tangan kamu dingin ih, wajah kamu juga pucat kayak kurang tidur." Peony merogoh tasnya. "Aku ada roti, kamu mau?"

"Makasih, lo banyak banget bantu gue. Nanti uangnya gue ganti ya."

"Nggak, ini uang pribadi aku kok. Jangan diganti, kebetulan aku kan banyak duit jadi daripada dihamburin untuk hal percuma lebih baik bantu nyelamatin Papa."

"Dari kemarin lo selalu manggil Papa gue dengan sebutan Papa, lo sesayang itu ya sama Papa gue? Padahal kalian nggak banyak ketemu." Raeya tersenyum pilu lalu menggigit roti. Ngilu di bagian bawahnya tak bisa ia bohongi, kapan pun ia berjalan, tiap langkahnya sangat menyiksa. Apa lebih baik ia berhenti bekerja di hotel setelah papanya selesai operasi?

Setelah semua yang terjadi dengannya dan Harbi, Raeya tidak yakin apa mereka masih pantas bertemu tatap muka.

"Kamu sakit ya? Pakai jaket padahal lagi cuaca panas. Kalau kamu lagi kecapean, pulang aja biar aku yang nunggu operasinya. Tiga jam lagi kayaknya selesai."

"Nggak elah, gue sehat kok. Cuma belun makan aja makanya lemas." Raeya berbohong, jaketnya ia pakai untuk menutupi bekas kemerahan yang Harbi tinggalkan di area terbukanya.

Sepatu Pencuri Takdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang