|STORY 22|
Peony terlahir kaya, ia terbiasa hidup dalam segala kemewahan. Tak ada yang mempersiapkannya untuk menjadi miskin. Ketika ayahnya dipenjara dan dimiskinkan karena kasus korupsi, dalam semalam kehidupan Peony berubah malang. Tanpa dukungan...
🎻 ENYA|CARIBEAN BLUE wajib bgt denger musik fantasi ini biar masuk ke dalam cerita
Alooo, udah lama gak update yaa
Kalian apa kabar? Aku lagi ga enak badan nih, tapi usahain update
Semoga kalian sehat yaa
Jadi, ayo bikin part ini ramai dengan komentar kalian
Absen dulu hayu 🐮🍓
Siap bakar lagi part ini? 🧯🔥
Selamat mbaca~
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Calon istri Harbi adalah dirinya? Ralat, dirinya yang palsu. Jika ada yang paling terkejut akan berita ini, maka Peonylah orangnya.
Belum juga kembali ke takdirnya, ia sudah tertimpa fakta Harbi membawa Raeya sebagai calon istrinya. Yang mana jika itu diteruskan akan berujung fatal. Bukan hanya masuk ke kandang Mahameru selamanya, ia akan terjebak menjadi istri Harbi.
Sabda mendekati kedua pasangan yang menjadi sumber kegemparan malam ini. Dipandangnya kedua tangan yang saling menggengam itu.
"Peony, lo sama Harbi," ia memberi jeda, memandangi sepupu dan teman baiknya saat SMA secara bergantian. "Kalian sejak kapan menjalin kedekatan?"
Harbi mengangkat tangan Raeya. "Sejak dia kerja di hotel. Hubungan kami menjadi lebih dekat."
Saat mendengar itu, Raeya melotot disertai gelengan bantahan. Tidak, bukan ini yang Harbi tawarkan padanya sebagai imbalan duit lima juta tadi pagi. Harbi bilang ia akan diberi upah uang sebesar itu hanya dengan menemaninya datang ke pesta. Harbi tidak pernah bilang akan melakukan ide sinting ini.
Jangankan keluarga Harbi, ia yang diakui sebagai calon istri pun jauh lebih tercengang. Sejak kapan ia dan Harbi sedekat itu sampai ada penyebutan calon istri?
Raeya menggeleng ke sekitar, memastikan orang-orang tidak mempercayai bualan Harbi. Tetapi tepat ketika seorang pria datang ke arah mereka, Raeya merasakan genggaman tangan Harbi mengencang.
"Harbi, ikut Papa sekarang." Ada penekanan dalam nada bicara Papa Harbi, Senopati. Raeya makin tak nyaman, tatapan semua orang tertuju padanya, dan sebagian besar memberikan tatapan merendahkan. Ia hanya bisa menundukkan kepala.
Mengira Harbi akan segera mengikuti papanya, tetapi yang terjadi selanjutnya, Harbi tetap teguh pendirian menggenggam tangannya.
"Dia wanita yang ingin saya nikahi."
Papanya berbalik badan. Semua ketenangan palsunya tak bertahan lama. Tangannya yang sejak tadi mengepal di sisi tubuh kian erat bergetar.
"Omong kosong apa ini Harbi?! Berhenti membuang kotoran di wajah Papa. Lepaskan tangan perempuan itu, kita harus bicara."