.
."Hai.."
Melvian tersenyum saat Hanin masuk ke dalam mobilnya. Lelaki itu tak ragu tunjukkan kesenangannya karena hari ini untuk pertama kalinya Hanin mau dijemput untuk berangkat ke kampus bersama
Biasanya, kekasihnya itu hanya mau bersamanya sepulang kuliah. Namun, saat semalam mereka habiskan waktu melakukan panggilan video seperti biasa
Melvian coba lagi ajak Hanin untuk berangkat bersama esoknya dan gadis itu taunya mengiyakan ajakannya
"Kamu udah bilang iya loh ya, gak boleh berubah pikiran"
Hanin tertawa melihat ekspresi Melvian diujung telepon sana
"Iya, tapi agak pagian berangkatnya"
"Kenapa?"
"Aku lagi pengen sarapan nasi uduk gitu di langganan aku sama Redica"
"Oh, ada maunya ternyata"
Hanin kembali tertawa, "Iyalah"
Melvian tertawa kecil
"Yaudah, aku kabarin kalau mau berangkat. Sekarang kamu tidur biar besok gak kesiangan"
"Okee"
.
Dan di sinilah Hanin, duduk di samping Melvian yang masih tampilkan senyum lembutnya
"Tempatnya dimana?" tanya Melvian sambil nyalakan mobil. Sesuai janjinya, ia jemput Hanin pukul setengah 7 padahal kelas mereka dimulai pukul 10 nanti. Entah kemana kekasihnya itu mau bawanya pergi
"Deket pasar bunga gitu di tengah kota, tau kan?"
Melvian mengangguk, usak surai Hanin pelan karena merasa lucu lihat ekspresi bersemangat Hanin pagi ini
"Semangat banget kamu"
"Banget banget. Redica sekarang mainnya sama Juan terus, kamu juga sibuk kan"
"Maaf ya"
"Gapapa, ini makanya mumpung kamu tawarin, aku mau soalnya lagi kepengen banget"
Melvian mengernyitkan dahi, "Jangan nunggu ditawarin. Lain kali kalau mau minta apa aja bilang. Apapun itu aku usahain"
Hanin tersenyum manis
Mendadak teringat tentang Sharon, yang kata Redica bahkan diberi jatah bulanan oleh Melvian
Apakah Hanin juga begitu? Ya, memang begitu, bukan Hanin yang meminta tapi Melvian sendiri yang ingin lakukan hal itu. Ia bahkan masih tak percaya. Melvian bahkan tak ragu berikan satu kartu kredit milik lelaki itu padanya
Tapi Hanin tak pernah sekalipun gunakan kartu tanpa batas itu, kartu itu ia simpan rapi di laci kamarnya. Ia tak miliki keberanian bertindak sejauh itu meskipun Melvian terus memaksanya membelanjakan uangnya
Hanin cukup tau diri. Pikirnya memberikan sebuah kartu kredit adalah hal yang terlalu privasi. Lagipula mereka juga hanya sepasang kekasih kan. Ia mungkin saja bisa putus dengan Melvian dalam waktu dekat, siapa yang tau
Mobil Melvian melaju meninggalkan area kosan Hanin. Keduanya saling mengobrol tentang banyak hal selama perjalanan
Hanin suka bicara dengan Melvian. Bahkan kini entah bagaimana suara Melvian jadi suara favoritnya
Melvian bicara begitu lembut dan ada nada mendayu kecil di akhir kalimatnya. Hanin berasa seperti dibayikan oleh kekasihnya itu
Dan mengejutkan sekali karena keduanya seperti miliki banyak kesamaan. Melvian suka baca buku, bahkan genre buku favorit mereka pun sama
