9. Perhatian

691 87 4
                                    

.
.



Hanin terbangun dengan kepala sedikit berdenyut. Malas sekali ia harus rasakan sakitnya kambuh ditengah ia lalukan tugasnya

Ia masih ada di tenda kesehatan, dilihatnya jam di tangannya. Pukul 7 malam, tak ada siapapun disana. Sepertinya sedang berlanjut acara evaluasi malam di lapangan atas

Hanin lalu bangun, jaketnya sudah ada dipangkuannya dan ia langsung memakainya

Perlahan ia hendak keluar dari tenda untuk menuju ke tenda perlengkapan saja. Namun belum keluar, Melvian sudah masuk bawa satu mangkok makanan dan air hangat

"Duduk"

Hanin diam, haruskah ia ada di situasi seperti ini?

"Duduk balik Hanin, lo gak mau makan malam? Mau sakit terus?" Hanin terhenyak, ia lalu kembali duduk di atas tandu, Melvian tarik kursi lipat dan duduk di hadapannya

"Gue bisa sendiri" ujar Hanin saat lihat tak ada tanda tanda Melvian hendak berikan mangkok itu padanya

"Gue suapin"

"Mel!" Melvian tersenyum dengar nada bicara Hanin yang lemah karena masih rasakan sakit

"Nurut aja bisa? Ini minum dulu" Melvian bantu Hanin minum minuman hangat buatannya

Hanin meminumnya pelan, perutnya langsung terasa hangat merata ke seluruh badannya

"Enak?" Tanya Melvian, Hanin mengangguk, meminumnya setegukan lagi lalu jauhkan tangan Melvian

Dengan telaten Melvian suapi Hanin. Gadis itu tak menyangka Melvian miliki sisi ini

"Gausah takut. Kalau merasa keberatan sama tugasnya bilang ke Juan" ujar Melvian di sela suapannya

"Istirahat aja kalau capek"

"Makan yang teratur" ujar lelaki itu lagi

Hanin terdiam, mulutnya mengunyah makanannya dengan pelan

"Please, bisa kan?" Ujar Melvian lembut sekali

Hanin mengulum bibirnya saat makanannya telah ia telan, ia mengangguk kikuk karena Melvian menatapnya sangat lekat

Lelaki itu punya kuasa buat lawan bicaranya tak bisa berkutik

Keheningan kemudian temani mereka hingga makanan dari mangkok itu habis, begitu pun minuman hangat dalam gelas

Hanin mengusap peluhnya karena makanan tadi buat badannya hangat

"Ayo, lo tidur di tenda perlengkapan aja" Melvian bantu Hanin berdiri dengan satu tangan sementara tangan lain bawa mangkok dan gelasnya

Tak ada siapapun selama mereka lewat beberapa tenda

Hanin tak katakan apapun, namun mendadak ia ingat ucapan Sharon siang tadi

Lalu pelan pelan lepas tangan Melvian dari lengannya

"Gue bisa sendiri"

Melvian menghela nafas pelan, tetap mengiringi Hanin untuk masuk ke dalam tenda perlengkapan

"Lo ngapain ikut masuk" seru Hanin

"Gue mau ngomong sama lo"

"Gausah masuk bisa? Orang nanti bakal mikir gue gimana gimana"

"Gimana apanya? Gak ada yang harus lo pikirin" balas Melvian

Hanin mengernyitkan dahi, "Ada Melvian, Ada!"

"Apa?"

"Lo cowoknya Sharon kan. Gausah ngomong ngomong lo pengen tau soal gue atau apapun itu. Gue tanya mau lo apa sekarang?"

MuakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang