11. Pertama

968 105 9
                                    

.
.




Hanin kira setelah acara kepanitiaan itu, semua akan kembali seperti biasa

Ia akan kembali menjadi tak terlihat dan  jalani dunia perkuliahannya dengan monoton

Terakhir ia berinteraksi dengan Melvian pun setelah kepulangannya dari perkemahan

Lelaki itu nampak marah, tapi Hanin bisa apa. Dia hanya sedang menjaga dirinya sendiri kan

"Kak Hanin ya"

Hanin menoleh karena namanya disebut, ia menyipitkan matanya tatap seorang lelaki berkacamata yang berdiri di sebelahnya di ruang loker perpustakaan kampus pusat

"Siapa?" Tanya Hanin pelan, ia benar benar tak merasa kenal dengan lelaki ini. Ia kan tak sering berkenalan dengan siapapun, jadi ia pasti ingat jelas kalau seseorang itu ia kenal

"Gue Wicak kak, adik tingkat lo" ujar lelaki itu

"Oh, iya. Gue Hanin" jawab Hanin pelan

"Iya udah tau, kan gue sebut tadi nama lo. Lo baru mau masuk apa udah keluar nih?"

Hanin terdiam, ia mengulum bibirnya merasa bingung hendak jawab apa

"Lo pasti jarang ngobrol sama orang asing ya kak" Hanin meringis tipis

"Gue mau keluar ini, terus mau makan di sana tuh kantin deket perpus, katanya ada mie ayam enak banget tau kak. Baru buka dia, udah pernah nyoba belum kak?"

Wicak seperti tak masalah Hanin tunjukkan sikap antipatinya pada lelaki itu

"Belum" jawab Hanin pelan

"Oh ya? Padahal enak banget dia, mau nyoba kak? Gue sendirian banget ini soalnya" lelaki itu terus bicara dengan senyum masih melekat di wajahnya

"Lo mau ikut kak?" Hanin terdiam sebentar, ia sudah tidak akan kegiatan lagi sih setelah ini, Redica juga sedang berkumpul dengan ukm fotografi

"Ya, boleh" jawab Hanin kemudian, Wicak disana sempat membulatkan mata terkejut namun tertawa kecil kemudian

"Oke, yuk kak"

.

Hanin menatap lelaki diseberangnya yang asik menyiapkan mie ayamnya dengan senyuman masih melekat di wajahnya

Benar benar, apa lelaki itu tak pegal sedari tadi tersenyum terus?

Sejauh ini lelaki itu juga tetap sopan padanya meski bicaranya terkadang ceplas ceplos

"Gue tau lo pas lo didepan tenda ujung itu, lo didepan situ kan baca buku. Pikir gue ini panitia enak banget kayak leha leha gitu didepan tenda" Hanin mencebikkan bibir tanpa sadar saat dengarkan Wicak katakan demikian

"Gue gak gitu, gue kerja kok. Perlengkapan kan bekerja di balik layar"

Wicak tertawa, "Mau deh gue besok kalau jadi panitia bagian perlengkapan aja. Kan enak bisa santai santai"

"Heh, gue kerja kok dibilang. Itu tenda buat kalian tidur siapa yang bangun kalau bukan perlengkapan"

"Oh iya, berarti perlengkapan jadi kuli gitu kak" Hanin mendengus, namun kemudian tersenyum kecil

"Senyum lo kak. Manis banget lo kalo senyum, biasa datar banget ekspresinya" Hanin seketika lunturkan senyumnya, wajahnya sedikit memanas karena pujian tadi

"Hahaha, malah balik jutek gitu muka lo kak"

"Ish diem!"

Sementara di satu sisi, ternyata interaksi mereka diperhatikan oleh sekelompok orang yang duduk tak jauh dari mereka

MuakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang