#19 Begging

1.4K 103 10
                                    

Pukul 01.04 KST,

Sebuah Ambulan meraung dan menyibak kerumunan orang-orang di halaman Tae San yang mulai kondusif. Puluhan orang terdorong ke belakang demi memberikan jalan bagi ambulan tersebut. Pintu belakangnya terbuka dan sesosok tubuh berlumuran darah ditandu masuk ke dalamnya.

Bukankah nyawa manusia terlihat sangat murah sekarang?

Hujan merintik perlahan, petir menyambar tanpa permisi. Maroo menatap kepergian ambulan itu dengan iba. Ia memejamkan matanya, "Tuhan... selamatkan dia..." doanya di dalam hati.

1 jam sebelumnya,

Hae Jin menatap Eungi tajam, ia membalik bahu Eungi dengan cepat. Mereka sekarang berdiri berhadapan.

"Jadi kau Direktur dari Tae San? Seseorang yang dengan kejamnya telah menghancurkan hidup kami? Kalian sekumpulan anjing tengik yang memandang orang-orang miskin seperti cacing!" ia berdesis marah.

Eungi merasa perutnya semakin sakit, keringat dingin meluncur turun mengembuni tengkuk dan keningnya, namun wanita berwajah pucat itu berkeras untuk mengabaikan rasa sakitnya.

Hae Jin memandang penuh amarah, seluruh tubuhnya gemetar oleh dendam. Darahnya mendidih karena merasa telah menemukan sasaran yang tepat – DIREKTUR TAE SAN YANG TERHORMAT.

Eungi mengepalkan tangannya, ia mengumpulkan semua keberanian yang tersisa. Maniknya menghunus dingin pada si pria bersenjata api.

"Kau yakin sanggup membunuhku?" tanya Eungi, suaranya menegaskan perasaan simpati.

Hae Jin nyaris tergelak mendengar itu, keningnya berkerut tak paham, ia merasa Eungi sangatlah lucu.

"Kenapa? Kau kira aku takut?" gertaknya.

"Tidak, aku tahu kau sangat pemberani. Kau pasti ayah yang baik, tapi... jika kau membunuhku, apa anakmu akan hidup kembali? Lalu bagaimana dengan istri dan anakmu yang lainnya? Siapa yang akan bertanggungjawab pada mereka?"

Hae Jin terdiam, ia menunduk, batinnya kalut, jiwanya rapuh.

"AAAAHH... KAU BERUSAHA MEMPENGARUHIKU AGAR TIDAK MEMBUNUHMU, HUH?" pekik Hae Jin emosional.

Eungi mencoba bersikap tenang.

"Kau benar, aku sedang berusaha menyelamatkan diriku," jawab Eungi ringan.

Hae Jin menggertakkan giginya kuat-kuat, ia merasa sangat geram. Tangannya menarik pelatuk pistol dan siap untuk mementahkan satu-satunya peluru yang ia punya pada tengkorak Eungi.

"Pikirkan kembali! Jika kau membunuhku, apa yang kau dapatkan? Apa eksekusi tanah kalian akan berhenti? Kau hanya akan mendapatkan label pembunuh, tidakkah terpikir olehmu bagaimana hidup keluargamu nanti? Menjadi anak seorang pembunuh... menjadi istri seorang pembunuh... kau benar-benar sinting! Egois! Dungu!" teriak Eungi mengintimidasi.

Keraguan... keraguan muncul dalam mata Hae Jin. Ia merasa marah pada igauan Eungi, tapi juga merasa bahwa apa yang diucapkan oleh wanita itu bukanlah sebuah kebohongan. Semuanya benar, bahkan sangat benar.

"Kau hanya mencoba menyelamatkan dirimu sendirikan? Kau berlagak seperti pahlawan di hadapan teman-temanmu dengan melakukan ini semua. Kau berusaha menutupi rasa malumu karena tak berguna sebagai seorang ayah. Kau marah pada dirimu sendiri tapi kau mencoba menikam orang lain! Kau itu... kepala keluarga macam apa?" Eungi terus menyudutkan.

"DIAM!!! DIAM!!!" Hae Jin menangis histeris, pistol di tangannya berguncang ke sana kemari.

Melihat itu, Eungi segera menahan moncongnya, ia mendorong tubuh Hae Jin hingga jatuh ke belakang dan Doorr... pria gila mementahkan pelurunya tak sengaja.

NICE GUY FanFic 'After and Before' || Chaeki FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang