#18 Bloody Heir

1.4K 98 10
                                    

Maroo POV

Aku melompat turun dari mobil yang kuparkir sembarangan. Hatiku bergetar hebat saat melihat kegaduhan yang tersaji di depan sana. Ratusan orang tengah menjejali jalanan, mereka berteriak marah, gaduh berjibaku dengan ratusan aparat keamanan. Situasi sangat tidak kondusif. Kabut berbau menyesakkan menghiasi atmosfer. Gas air mata rupanya baru disemprotkan ke segala arah, tanpa pandang bulu. Kututup hidung dan mulutku dengan sebelah tangan, sementara satunya sibuk mencari celah untuk menyelinap di antara mereka.

Kakiku terinjak, tubuhku terhimpit dan sesuatu mendesakku hingga jatuh tersuruk. Seorang pria terkapar sejengkal dariku, ia tersengal dan mengaduh kesakitan. Tubuhnya terinjak-injak tanpa ampun. Aku ingin menolong, tapi situasiku sendiri bagai telur di ujung tanduk. Dengan susah payah, aku bangkit, tak terhitung lagi korban yang berjatuhan di sekitarku.

Eungi... Seo Eungi... nama itu menggaung dalam benakku. Memacu semangatku untuk tetap bergerak maju meski ngilu menjalari seantero tubuhku.

Sesuatu meledak beberapa meter di sisi kiriku. Gendang telingaku berdenyut nyaris pecah. Rupanya sebuah bom Molotov mencabik perang kecil ini menjadi lebih menjadi-jadi.

Api berkobar cepat, orang-orang berlarian. Aku limbung hingga menghantam beberapa tubuh. Hujan mendadak datang, bukan... bukan dari langit tapi dari beberapa mobil pemadam kebakaran. Airnya mengucur deras, menghujam seluruh raga yang jiwanya membara oleh amarah. Kubuka mataku yang semakin pedih, darah mengalir menggenangi wajahku yang menghantam aspal jalanan.

Anyir menyeruak begitu manis. Baunya menikam kesadaranku, kemudian rembulan menghilang, gemintang lenyap ditelan malam. Tubuhku digeret entah kemana.

~oOo~

Eungi POV

Sudah kuduga, ada permainan kotor pada proyek ini. Ada kong kalikong yang bercokol sangat mencolok dalam kasus sengketa tanah ini. Kutatap wajah si Direktur Pelaksana proyek ini dengan tajam, di tanganku ada setumpuk dokumen yang isinya terasa ganjil.

"Mereka mengklaim kepemilikan tanah dan memiliki bukti surat kepemilikannya? Menakjubkan sekali! Bagaimana bisa ada dua surat kepemilikan tanah?" kuinterogasi ia. Sesosok pria berpakaian necis dengan jam tangan super mahal berlogo Alba. Nama pria itu Han Kang.

Bola matanya berlenjitan dalam kalut, aku tersenyum sarkastik.

"Aku tidak perduli kau tertipu juga atau bersekongkol untuk menipu perusahaan dengan siapapun Tuan tanah itu. Aku juga tidak memerlukan penjelasanmu, tuan Han. Cukup ajukan surat resign malam ini juga dan bersiaplah karena besok pagi, kita akan bertemu di penjara! Tae San akan mengajukan tuntutan atas kelalaianmu!" ucapku santai namun menyentak.

Pria itu gaduh, memintaku untuk mempertimbangkan segalanya kembali, tapi keputusanku sudah bulat.

"Dan kalian, jangan pernah berpikir bahwa karena Seo Eungi tidak berada di tempat ini maka kalian dapat mengacaukan Tae San!" kulirik seluruh orang yang bungkam di dalam ruangan rapat.

Masa bodoh dengan perasaan mereka, aku hanya ingin menegaskan jika Tae San bukan tempat untuk mengeruk keuntungan sebanyak-banyaknya dengan cara picik.

"Pengacara Park, temani aku turun! Aku akan meminta perwakilan dari para pengunjuk rasa itu untuk bernegosiasi," ucapku tegas.

"Bu Direktur, saya rasa situasinya sedang tak tepat,"

"Kenapa?"

"Baru saja terjadi kekacauan di bawah. Ada beberapa bom Molotov yang dilemparkan ke arah Polisi dan ada kabar bahwa beberapa pengunjuk rasa berhasil masuk ke dalam gedung. Tim security kita menemukan 3 orang dari mereka dan menahannya di lantai lima," jelas Pengacara kesayanganku itu.

NICE GUY FanFic 'After and Before' || Chaeki FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang