38 - Salju di Bulan November

2.1K 98 41
                                    


Malam ini salju turun lebih cepat....

Bulirannya yang tipis dan ringkih jatuh mencumbu tanah....

Seperti halnya jalanan berdebu itu, hatiku pun terasa dingin....

Salju turun lebih cepat dan menyingkirkan euforia....

:::

"Lihatlah keluar!" kalimat itu lolos begitu saja takkala kulihat Ma Roo keluar dari bilik toilet di kamar VIP sewaan kami.

Ia mendongak dan segera mendekati jendela di samping ranjang.

"Salju," ucapnya takjub.

Dari pantulan jendela, dapat kulihat binar matanya meredup sayu. Ada sesuatu yang kurasa sedang dipikulnya sendirian. Aku masih memandanginya dengan penuh perasaan saat punggung tegapnya mendadak berbalik. Bibirnya yang merah, melengkung tipis.

"Salju turun lebih awal," ia duduk di sampingku.

"Hmm...." jawabku.

Kami membeku dalam gusar yang menjajah benak masing-masing.

Perlahan, kurasakan jemari tangannya menggenggam lembut tanganku. Cincin pernikahan kami berdua beradu, saling menggesek dan menandakan keberadaannya. Kami bersitatap.

Netranya yang jernih bak pualam itu menyentuh fokusku. Bak penyihir, ia membuatku merasa nyaman dan aman.

"Apa sakitnya datang lagi?" suaranya menggaung lembut mengisi kekosongan kamar ini.

Aku menggeleng. Ma Roo mengangguk lega dan ia membelai perutku pelan. Dikecupnya garbaku itu beberapa kali.

Hening kembali menikam kami dengan aromanya yang dingin dan menyesakkan. Kuamati wajah tampannya yang nampak kusut berantakan.

"Kang Ma Roo adalah pria yang dipilih Seo Eun Gi dan ia tidak menyesalinya sampai kapanpun," bisikku tegas.

Ma Roo mendongak, terlihat kaget.

Aku memeluknya.

Kupejamkan mataku. Kurasakan detak jantung kami yang berpola seirama.

"Ma Roo...." Desauku dalam pelukannya.

"Hmm...."sahutnya hati-hati.

"Aku mencintaimu," bisikku mantap.

"Aku tahu," balasnya agak meringis sebab tendangan bayi-bayi kami ikut mengenai perutnya.

Ma Roo melepas pelukan kami, ia memandangku dalam-dalam.

"Apa sakitnya datang lagi?" tanyanya cemas.

Aku menggeleng menenangkannya. Perlahan namun pasti, wajahnya mendatangiku. Bibirnya menghapus kegelisahanku dengan sapuan lembut nan mesra.

Ada gairah dan kerinduan yang coba ia tumpahkan. Cinta dan rasa bersalah. Permintaan maaf dan kesedihan. Semuanya kuteguk dari mulutnya tanpa banyak kata.

"Eun Gi... kau sungguh baik-baik saja?" ia kembali menatapku.

Aku tersenyum sarkastik, "Istri mana yang akan baik-baik saja mengetahui suaminya memiliki anak dari wanita lain?" ledekku.

Ma Roo tersenyum kecil, merasa malu atas pertanyaannya.

Kupegang kedua pipinya dengan hangat.

"Tapi, bukankah kita tidak seharusnya terlalu percaya pada perkataan Jang Mi. Jika dia melemparkan dirinya dalam pelukanmu dengan sangat mudah, kurasa dia bisa melakukannya dengan yang lain juga," ucapku.

NICE GUY FanFic 'After and Before' || Chaeki FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang