#21 Maaf Yang Tertunda

1.3K 99 12
                                    

Eungi POV

Mendung menggantung di ujung jendela mobilku. Hujan masih enggan untuk turun, namun badai telah meronta di dalam senyap. Kuputar lagu San Francisco kesukaan Maroo. Kutatap fotonya yang tersenyum cerah di layar handphoneku. Aku merindukannya... sangat merindukannya. Ah... Kang Maroo... sedang apa ia sekarang? Kuedarkan pandanganku ke luar mobil. Di sana, tak jauh dari tempatku menunggu. Eunsuk tengah berbincang dengan Ibunya. Jae Hee menangis, tangannya mencoba menahan lengan adikku yang ingin bergegas pergi dengan segera. Eunsuk belum memaafkannya. Lelaki kecil itu sama keras kepalanya denganku. Kami memang mirip dalam banyak hal.

Eunsuk berlari masuk ke dalam mobilku setelah mengenyahkan tangan Jae Hee terlebih dulu. Aku memalingkan wajah, pura-pura tak melihat segala gamang dan amarah di matanya yang mulai diserbu Kristal bening.

Kami larut dihentak keheningan sementara lagu San Francisco masih mengalun dengan merdunya dan tanpa dosa.

Ini pertama kalinya aku melihat adikku itu menangis di usianya yang beranjak remaja. Dulu, dulu sekali saat ia masih berusia 4 tahun, aku adalah alasannya menangis. Bentakan dan segala sikap kasarku adalah penyebabnya menangis setiap kali kami bertemu. Namun kini, rasanya aneh melihat Eunsukku menangis.

Aku ingin memeluknya, mengusap punggungnya dan membisikkan seribu kalimat menyenangkan untuk mengurangi debit airmatanya tapi, ada yang menahanku. Bukan siapapun, namun perasaanku sendiri.

Biarlah Eunsuk menangis sepuasnya... biarlah ia menjadi manusia sebagaimana mestinya... apa yang salah dengan airmata? Semua orang memilikinya dan tak ada peraturan bahwa mereka harus menahannya.

Mobil melaju menuju rumah di bawah kendali sopir kami. Begitu sampai di rumah, Eunsuk diam seribu bahasa. Ia berlari masuk ke kamarnya. Aku maklum, sangat maklum dan berniat untuk tak menganggunya setidaknya sampai waktu makan malam tiba.

Adikku butuh waktu sendiri.

Aku duduk di atas ranjang kamarku. Kutekan sebuah nama di atas layar handphoneku. Sebuah wajah muncul setelahnya. Sesosok pria tampan yang aromanya kurindukan.

"Sudah kuduga, kau tidak bisa menahan rindumu dan meneleponku duluan," pria itu tersenyum sok keren. Aku melengos malas.

Maroo tertawa, ia menatapku santai.

"Kau marah padaku karena belum menghubungimu hari ini? Bukankah kau bilang akan datang ke pensi di sekolah Eunsuk, jadi aku mengalah dan belum menghubungimu," ia memberikan penjelasan.

Aku menatapnya dengan raut wajah sedih.

"Maroo..." ucapku tertekan.

"Ada apa? Terjadi hal buruk?" ia mulai menanggapiku dengan serius.

"Aku bertemu Jae Hee hari ini...." Jawabku pelan.

Maroo terlihat bingung dan daripada ia salah paham, akhirnya kujelaskan semuanya. Kuceritakan dengan detail termasuk mengenai Jae Hee yang mematung di depan gerbang rumahku kemarin lusa.

Maroo menatapku teduh, berani bertaruh, ia akan memelukku jika saja raga kami tak dijerat jauhnya jarak.

"Kau belum memaafkan Jae Hee?" tanyanya.

Aku mendesah, berat untuk menjawabnya tapi tatapan Maroo menegaskan bahwa ia butuh jawaban.

"Belum," jawabku nyaris seperti bergumam.

"Kau masih ingin menghindarinya?"

"Entahlah,"

"Kau takut jika ia akan merampas perhatian Eunsuk?"

"Iya," jawabku berkaca-kaca.

"Eungi-ah..."

"Hmm..." aku menyahutinya dengan menunduk.

NICE GUY FanFic 'After and Before' || Chaeki FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang