#17 Hostage

1.9K 99 7
                                    

Maroo POV

Aku benar-benar tidak pernah membayangkan diriku akan terjebak bersama seseorang sepertinya. Sosok yang skeptis, keras kepala, menjengkelkan dan susah diatur. Sungguh, aku tak pernah berpikir jika aku akan takluk dalam pelukannya.

Cinta? Aku bukan seorang pria yang memuja cinta secara berlebihan. Aku sangsi pada kata itu. Aku bahkan cukup atheis pada kata yang berbunyi love dalam bahasa Inggris itu. Kalian tahu dengan pasti alasannya dan aku tak perlu memberitahu kalian mengenai kisah itu sekali lagi. Aku sudah berdamai dengan masa lalu, dengan si cinta pertama yang membuat hatiku koma dan kini aku tengah meneguk manis cinta seorang Seo Eungi.

Seo Eungi... sosok skeptis bla bla bla yang kuceritakan di awal tadi.

"Maroo, kadang aku bertanya pada diriku sendiri... betapa panjang perjalanan yang kita lalui untuk sampai ke titik ini," suara Eungi mengalun merdu di telingaku. Kupandangi wajahnya yang merona manja dalam pelukku.

"Memangnya apa yang kau tanyakan?" tanyaku dengan jemari yang menari di sekitar dagunya.

"Sesekali dalam tujuh tahun itu, saat menunggumu, saat mengintaimu dari kejauhan, saat benar-benar merindukanmu... aku bermimpi, mimpi yang sangat panjang...." Eungi mengusap keningku.

"Ceritakan padaku!" bisikku lembut.

"Aku bermimpi bertemu denganmu dalam situasi yang berbeda. Kadang kita menjadi tetangga sebelah, kadang kita menjadi teman sekelas, kadang kita menjadi orang asing yang menunggu bus bersama dan kadang kita menjadi kawan lama yang bertemu kembali. Sayangnya, dalam setiap mimpiku itu, aku selalu terbangun dengan sebuah pertanyaan..."

Aku mengernyit penasaran, menunggunya selesai berkisah.

"Jika kita bertemu di situasi yang lebih baik, jika kau tak harus terjebak di sisiku, jika segala hal mengalir apa adanya, apakah kita ditakdirkan bersama? Apakah kita akan jatuh cinta? Jujur saja, aku bukan typemu kan?" Ia melirikku, mematut dagunya di atas dadaku.

"Entahlah," jawabku singkat. Aku benci berandai-andai, aku lelah mengira-ngira dan aku terlalu malas untuk berpikir rumit.

"Maroo, sampai sekarang aku masih menyimpan pertanyaan ini tapi, semakin lama aku semakin penasaran. Sejak kapan sebenarnya kau jatuh cinta padaku?"

Aku tersenyum gemas, "Sejak kapan aku perduli pada hal-hal seperti itu? Bukankah asal aku bersamamu, perasaanku tidak penting?" godaku.

Eungi merengut, ia melotot curiga.

"Apa kau sedang mengatakan jika bahkan sampai saat ini, kau tidak mencintaiku?" ia mulai bersungut-sungut dan aku menikmati kesensitifannya.

"Apa itu penting, sayang?"

"Akhir-akhir ini, aku merasa itu penting," jawabnya.

Aku pura-pura berpikir sementara ia menunggu dengan tak sabar.

Beberapa menit berlalu dan aku baru sadar, aku sendiri tak benar-benar tahu kapan hatiku mulai mencintainya.

"Maroo?"

"Apa aku harus menjawabnya sekarang? Ini akan jadi kisah yang panjang, bukankah Eunsuk pulang sekolah sebentar lagi?" kulirik raganya yang berkelendot di balik selimut. Aku belum menyentuhnya, kami belum memulai apapun.

Wanitaku mungkin tersenyum, aku tak dapat melihatnya dengan jelas karena listrik masih mati dan kamar ini hanya diterangi oleh 2 batang lilin yang kutemukan beberapa menit lalu dari dalam laci.

Ia menaruh kepalanya di atas dadaku, memelukku penuh kedamaian.

"Kau akan menjawabnya kan?" ucapnya meminta kepastian.

NICE GUY FanFic 'After and Before' || Chaeki FFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang