Bab 25

2.3K 135 4
                                    

Sekitar pukul 10 malam, Nares mengeluarkan motornya dari garasi. Dia memastikan suara mesin motornya tidak terlalu bising agar tidak membangunkan papa mamanya. Setelah semuanya siap, dia melaju ke tempat yang telah disepakati.

Sesampainya di lokasi, suasana sudah ramai. Deru mesin motor dan sorakan penonton membuat adrenalinnya memuncak

"Wihhhh akhirnya datang juga lu, gimana udah siap tanding" ucap Edgar

"Lu tanya gue? serius lu tanya kek gitu? Nares nih bos selalu siap" ucap Nares dengan pede

"Anjayyyy sok petantang petenteng banget lu" ucap Nathan

Nares tersenyum percaya diri, tapi senyumnya menghilang ketika dia melihat Davino datang dari arah berlawanan.

"LU NGAPAIN DI SINI?!" bentak Nares dengan wajah terkejut, bisa-bisa nanti Davino cepu lagi ke mama papa kalau Nares balapan

"Siapa yang ngizinin lu buat balapan?" Tanya Davino dengan datar

"Anying siapa yang ngasih tau ni bocah sat?" Tanya Nares ke teman-temannya

"Hehehe gue, maaf ya" ucap Arsen sambil menggaruk tengkuknya

"Aduhhh sakit woiii" ucap Arsen saat menerima geplakan dari Nares

"Lu ngapain bilang anjir?"

"Ekhem jawab pertanyaan gue" ucap Davino sambil menatap Nares dengan sangat dingin

"Apa?"

"Siapa yang ngizinin lu buat balapan hah?"

"Gak ada, lagian gue gak perlu izin dari siapapun"

"Gue gak setuju kalau lu ikut balapan" ucap Davino

"Bodoamat, gak peduli lagian lu siapa ngatur-ngatur gue baru calon gak usah sok megang kendali deh" ucap Nares setelah itu pergi bersiap untuk balapan.

Nares tampak begitu percaya diri di garis start, dia yakin dia akan menang di balapan kali ini. Di depan sudah ada seorang wanita yang berpakaian ketat dan di sebelahnya sudah ada lawannya. Begitu kain di lepaskan, kedua orang itu melaju dengan sangat cepat.

Sorakan penonton bergemuruh, menciptakan semangat yang menyebar ke setiap sudut arena. Beberapa melompat kegirangan, sementara yang lain menggigit bibir, tegang menunggu siapa yang akan memimpin di tikungan berikutnya.

Namun, saat mereka memasuki tikungan tajam, Nares merasa motornya mulai tidak stabil. Ia berusaha mengendalikan kemudi, tetapi ada sesuatu yang tak beres dengan roda depan motornya. Tanpa peringatan, motornya tergelincir dan Nares terlempar ke aspal dengan keras. Tubuhnya terguling beberapa kali sebelum akhirnya berhenti, tergeletak tak bergerak di tengah jalan.

Suasana seketika hening. Davino yang melihat itu pun segera berlari menghampiri Nares, begitu juga dengan Edgar, Nathan, Arsen dan juga teman-teman Nares. Nathan pun segera menelfon ambulans. Mereka panik saat melihat pingsan.

"Nares...sayang...bangunn heyyy" ucap Davino sambil menepuk wajah Nares pelan setelah membuka helm milik Nares

"DIMANA AMBULANSNYA?!" Teriak Davino

"Mereka lagi dijalan" jawab Nathan

"Ress...bangunn dong, jangan bikin kita semua khawatir" ucap Edgar

Mereka semua panik, terutama Davino, dia bahkan terus mengucapkan maaf, maaf karena tidak bisa menjaganya.

Beberapa menit kemudian, ambulans datang dan Nares segera dibawa ke rumah sakit. Di perjalanan, Nares terbaring tak berdaya, membuat Davino terus merasa bersalah.

———————————————————————

Di ruang gawat darurat, suasana tegang terasa begitu kental. Para dokter dan perawat bergerak cepat, memeriksa kondisi Nares. Teman-temannya hanya bisa menunggu dengan cemas di luar ruangan. Davino mondar-mandir tanpa henti.

"Tenang vin, gue yakin Nares bakal baik-baik aja" ucap Arsen sambil menepuk bahu Davino

"Apa? Lu bilang apa? tenang? Gimana gue bisa tenang kalau di dalam sana ada orang yang gue sayang sedang terluka?!"

"Lagian kenapa lu nyuruh tunangan gue buat ikut balapan hah?!"

"G-gue cuma nyampein pesan" ucap pelan Arsen

"Lu bisa kan cegah atau ngelakuin apapun itu biar Nares gak mau terima tantangan itu"

"Bukannya ngecegah, lu malah biarin gitu aja"

"Sekarang lu cari apa penyebab kecelakaan tunangan gue" ucap Davino

"Huftt gue lagi gue lagi" ujar Arsen

"Maksud lu?" Tanya Davino dengan tatapan dingin

"I-iya iya gue cari" mereka berdua sedari tadi asik saja berdebat, melupakan bahwa ada teman-teman Nares yang melihatnya dengan heran

"Gar lu ngerasa gak sih?" Tanya Nathan

"Ngerasa apa?"

"Ya lu ngerasa gak sih kalau Davino sama Arsen tuh kek dekat banget, mereka tuh kayak udah kenal lama gitu"

"Setuju sih gue, apalagi waktu pertama kali Arsen ketemu Davino disekolah, Arsen kek baik gitu bukannya Arsen tuh orangnya bodoamatan ya kalau bukan sama kita-kita" ucap Edgar

"Nahkan gue juga ngerasa kek gitu, gue jadi penasaran deh sebenarnya Davino tuh siapa sih"

"Siapa gimana maksudnya?"

"Ya gue juga gak tau, tapi gue ngerasa aneh aja" ucap Nathan

"Aneh gimana sih maksudnya?" Tanya Edgar

"Gue juga gak tau"

"Dih gimana sih, gak jelas lu"

"Lu yang gak jelas kocak, udah gue bilang gak tau masih aja lu tanya"

"Nyenyenye" ucap Edgar dengan muka ngeledek

"Gue tarik juga tuh bibir"

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya dokter dan perawat yang menangani Nares keluar.

"Gimana keadaannya Nares dok?" Tanya Davino dengan panik

"Maaf apakah disini ada keluarganya pasien?"

"Saya tunangannya"

"A-Anda tunangannya?" Tanya Dokter itu dengan terkejut

"Iya" jawab Davino dengan tegas

"Jadi gimana keadaan tunangan saya?"

"Keadaan pasien baik, beliau cuma mengalami luka ringan saja tidak ada yang serius tapi kakinya sedikit terkilir sehingga membuat pasien akan sedikit susah untuk berjalan"

"Apa saya bisa menemui Nares?"

"Bisa tapi tidak bisa sebanyak ini, maksimal 5 orang" ucap Dokter saat melihat banyaknya remaja yang menunggu pasiennya ini

"Kalau begitu kami permisi dulu" Davino pun segera masuk di ikuti dengan ke-empat teman Nares

"Lu kenapa bandel sih jadi orang, bisa gak sih lu nurut sama perkataan gue" ucap Davino sambil menggelus rambut Nares

"Vin lu udah kabarin orang tuanya Nares? Atau orang tua lu gitu?" Tanya Nathan

"Belum, gue belum sempat ngabarin mereka"

"Yaudah kalo gitu biar gue aja yang telfon orang tua Nares" ucap Nathan

"Biar gue yang telfon orang tua lu" ucap Arsen ke Davino

"Lah lu punya nomor orang tua Davino?" Tanya Edgar

"Punya" mereka berdua-pun keluar untuk mengabari orang tua Nares dan juga Davino. Meninggal Edgar sendiri bersama Davino dan juga Nares yang sedang terbaring

"Udah tenang vin, Nares gapapa kok tadi dokternya kan bilang kalo Nares cuma luka ringan doang, paling bentar lagi bangun tuh anak" ucap Edgar tetapi Davino tidak meresponnya

"Busettt di kira gue angin kali ya, huft gini amat dah nasib orang jomblo" ucap batin Edgar. Sedangkan Davino sedari tadi selalu melihat Nares dan kirinya selalu mengengam tangan Nares dan tangan sebelahnya selalu mengelus rambut lembut milik Nares.

⭐️⭐️⭐️
Jangan lupa vote dan komen

Psiko & BadboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang