SPOILER CERITA ALANA & LOUIS

190 13 5
                                    


                                  Alana & Louis

"Aku benci situasi ini," geram Louis mencengkeram kemudi mobilnya sampai urat tangannya menonjol dengan sempurna, hal itu pula yang membuat Alana kagum akan kesempurnaan yang di miliki oleh pria itu biarpun ia sedikit tersindir oleh perkataannya.

Alana pun memilih untuk memfokuskan dirinya ke depan,"Apa kau mengeluh karna zahra menyuruhmu untuk menemaniku lagi?"

"Kalau kau tidak suka, kenapa kau tidak menolaknya tadi?" lanjut Alana menahan kekesalannya kepada pria yang duduk di sampingnya.

"Terpaksa!" gumam Louis masih dapat di dengar oleh gadis itu.

"Apa kau berfikir bahwa hanya dirimu yang terpaksa? Bahkan seharusnya makan malam ini hanya ada aku dan juga kekasihku, tapi kau malah hadir di tengah-tengah kami seperti hantu!" ujar Alana tak kalah sengit.

Louis hanya mengangkat kedua bahunya acuh, bahkan ia terkesan tidak memperdulikan perkataan gadis di sampingnya. Anggaplah suara miliknya adalah musik saat ini.

Setelah menempuh perjalanan 30 menit akhirnya mobil mereka telah sampai di parkiran resto, yang di mana itu adalah restoran ternama di jakarta yang sudah Alvaro siapkan untuk makan malam mereka. Bahkan pria itu tidak segan-segan memboking restoran tersebut.

"Di mana kekasihmu?" tanya Louis ketika di meja yang sudah Alvaro siapkan itu kosong, bahkan pria sialan itu tidak ada di restoran. Meskipun keduanya di sambut baik oleh para pelayan di sana.

"Entahlah, aku akan mencoba untuk menghubunginya," ujar Alana mengambil ponselnya di dalam tas kecil yang ia bawa.

Setelah menekan No milik Alvaro, panggilan itu pun langsung di angkat olehnya,"Kau dimana Al?" tanya Alana.

"Maaf Honey, aku sedang dalam perjalanan, mungkin tiga puluh menit lagi akan sampai, karna saat ini aku sedang terjebak macet yang cukup parah," sahut Alvaro di sebrang telfon terdengar gusar.

Mendengar hal itu tentu membuat Alana menghembuskan nafasnya pajang,"Baiklah, aku akan menunggumu kalau begitu," balas Alana mengakhiri panggilan mereka demgan perasaan sedikit kecewa. Pasalnya menunggu itu adalah hal yang paling menyebalkan untuknya.

Melihat raut wajah Alana cemberut tentu membuat Louis penasaran,"Ada apa? Apa kekasihmu tidak jadi datang?" tebak Louis dengan wajah menyebalkan.

"Dia bilang akan datang tiga puluh menit lagi," balas Alana, hingga membuat Louis berdecak sinis. Seakan tau apa yang membuat Alvaro terlambat.

Bener-bener bajingan. Pikir Louis.

Setelah lima menit menunggu, seorang pelayan tiba-tiba membawakan minunan untuk mereka.

Merasa terngorokan sangat kering, akhirnya Louis mengambil satu gelas yang di sodorkan oleh pelayan itu, hingga langsung di cegah oleh pelayan tersebut.

"Maaf tuan, tapi tuan Alvaro berpesan, jika minuman ini khusus untuk Nona Alana," ujar pelayan itu, hingga membuat Louis menaikan salah satu alisnya, curiga.

"Apa pria sialan itu menyuruhmu untuk memberinya racun?" tanya Louis sinis, hingga membuat pelayan itu gemetar, entah mengapa mendengar suara pria itu seakan bahaya akan datang.

Melihat reaksi dari pelayan itu tentu membuat Louis tersenyum sinis, dia pun langsung menengguk minuman tersebut hingga tuntas.

Pelayan yang melihat hal itu pun langsung ketakutan, hingga Alana menyentuh lengannya yang berkeringat dingin,"Tenanglah, itu hanya minuman biasa, jadi tidak perlu takut jika kekasihku akan marah."

"Tapi minuman itu khusus untuk Nona," ujar pelayan tersebut.

"Tidak masalah, aku akan bicara kepada Alvaro nanti," ujar Alana menyakinkannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Garis takdir Azahra (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang