Selama dijalan aku hanya bisa diam sambil sesekali meneteskan air mata. Aku tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Aku tak mengerti apa yang membuatku sangat sakit kini. Apakah ini konsekuensi dari mencintai? Sesakit inikah?
**********
Dengan lelah dan wajah sangat sembab aku berjalan memasuki kelas dan duduk tepat disamping Naya."lo kenapa brie? cerita kali".
Aku hanya tersenyum dan mengabaikan pertanyaan dari sahabatku itu.
"brie? lo kenapa yaampun? mata lo bengkak gini digigit gorbon? kantong mata lo juga tebel banget! abis ngapain sih? makanya malem malem jangan main ke kebon brie!!!!".
"aduhhh wawa please deh. disaat kayak gini lo masih bisa ngelawak?" ujar Gita lalu memukul pundak Najwa.
"awww sakit tau gak sih!!" teriak Najwa dan saat itu juga Najwa langsung menginjak kaki Gita.
"gue ke UKS dulu ya guys. gak enak badan nih hehe". "mau dianter brie?". "gak usah gapapa :)"
Sebenarnya tujuanku bukanlah ke UKS, melainkan ke bukit belakang sekolah. Aku memang suka sekali kesini. Terlebih karena suasananya yang menyejukkan hati dan menenangkan pikiran. Hmm, seharusnya sekarang jam pelajaran pertama sudah dimulai.
ah tapi pasti naya bilang lah kalo gue lagi sakit di UKS. toh gak bakal di cari ke UKS juga kan, pikirku tenang. Inilah waktunya aku bisa melepas semua beban dan penat yang selalu menggangguku.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA". Tenang rasanya berkali - kali berteriak dan menceritakan semua masalahku pada angin. Lepas. Bebas. Tenang. Itu yang kurasakan sekarang. Tapi tetap saja aku masih begitu penasaran dengan hubungan antara Vano dan Shella. Oh ya, sedari malam Vano terus menyepam LINE ku dengan beribu permintaan maaf yang tak satupun kubalas.
gue butuh waktu sendiri van.
Ketika sudah puas melepas semua beban dihati, akhirnya aku kembali kesekolah lalu tidur disalah satu ranjang diruang UKS. Rasanya kedua matanya sekali menutup untuk istirahat selama beberapa saat. Namun siswi dibilik sebelahku sangatlah berisik hingga ia sama sekali tidak bisa memejamkan mata.
"eh eh tau gak sih tadi sam ditantang main futsal sama rafi. dan ternyata dia jago banget! melt banget aaahhhhhhh".
Sam? anak baru itu? kayak gimanasi orangnya? penasaran, ucapku dalam hati.
"maaf sebelumnya bisa nggak berisik gak? kasian yang lagi sakit jadi gabisa istirahat hehe" kataku dengan halus.
"oh ya maaf. yuk zee kita ke kantin aja".
Akhirnya akupun bisa beristirahat beberapa saat. Sampai ketika dia ingin membuka mata, tiba - tiba ada sebuah tangan yang menggenggam erat tanganku.
"brie, lo tetep sama ya kayak dulu. cantik. ceria. haha" ujar suara yang sama sekali tak kukenali siapa itu.
Sebenarnya, aku penasaran siapa orang ini, namun lebih baik aku tidak membuka mataku terlebih dahulu. Darimana dia kenal gue?, gumamku dalam hati.
**********
Bulan purnama bersinar terang dan bintang - bintang saling bersautan kala aku sedang terduduk sambil menuliskan semua hal yang mengganggu pikiranku pada sebuah kertas. Lalu membakarnya. Ini memang sudah jadi kebiasaanku ketika sedang banyak masalah. *If you know... I'll never gonna change, I'm always gonna stay, You call for me i'm right there, right the......*"Halooo?" ujarku seraya mengangkat telepon dari nomer yang tak ku kenali.
Semenit aku menunggu jawaban dari si penelepon, ia tetap tidak berbicara apa - apa. Dua menit.... Tiga menit...
KAMU SEDANG MEMBACA
Flashlight
Teen FictionDisaat keterpurukan menimpanya, Shabrienna Variezsa hampir kehilangan jati dirinya. Ia terus menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi. Hingga ia bertemu dengan Samudera, cowok paling dingin yang menjadi salah satu "most wanted guy" disekolahnya...