Hari ini, tahun ajaran baru sudah dimulai. Tak terasa sekarang aku sudah kelas 11 dan kebetulan dikelas 11 ini aku hanya sekelas dengan Naya dan Gita.
Aku memilih untuk duduk dibaris kedua paling kanan bersama Zee karena Naya dan Gita sudah duduk dibelakangku.
Sudah sekitar 3 bulan ini kulewati tanpa Vano karena sudah 3 bulan ini Vano tidak masuk sekolah. Ketika aku tanya ia kemana, tidak ada yang menjawab. Mereka hanya diam dan selalu mengalihkan pembicaraan.
"Git, Vano kelasnya dimana deh sekarang?"
"Disebelah"
Akupun tersenyum dan segera menuju ke kelas sebelah untuk melihat apakah Vano sudah masuk atau belum.
Namun hingga bel masuk berbunyipun tanda tanda Vano akan masuk sekolah belum terlihat. Lo kemana sih sebenernya?
Pelajaran pertamapun dimulai dan aku masih sibuk melihat ke jendela dan berharap Vano datang hari ini.
Dan benar saja saat aku sedang fokus melihat ke jendela, tiba tiba ada seorang cowok tinggi dengan rambut yang khas dan muka yang sangat pucat lewat. Aku tersenyum karena akhirnya aku bisa melihat Vano lagi setelah beberapa bulan tidak melihatnya.
"Ngeliatin siapa sih?"
"Vano! Vano dateng!"
"Oh Vano"
Dan saat aku menengok kearah si penanya tadi, ternyata itu adalah Bu Riri. Aku kaget dan hanya bisa tersenyum ketika semua teman temanku menertawakanku.
"Yang lain sibuk belajar, eh kamu malah sibuk ngeliatin cowok! sekarang, kamu berdiri didepan dan angkat satu kaki kamu"
Tanpa bisa menolak, akupun langsung berdiri dan berjalan kedepan kelas dan mengangkat satu kakiku.
**********
Aku sudah berada didepan pintu kelas Vano sebelum bel istirahat berbunyi. Dan tidak menemukan ada Vano disana.
Jadi yang tadi gue liat itu siapa?
"Deta! tunggu deh. Vano masuk gak hari ini?"
"Masuk Brie, tapi tadi penyakitnya kambuh lagi jadinya tadi dia ke UKS" jawab Deta, teman sekelas Vano.
"Kalo boleh tau, Vano sakit apasih?"
"Kurang tau deh tapi daritadi dia megangin ginjalnya mulu. Kurang minum air kali"
Ginjal?
"Oalah makasih yaa"
Aku segera berlari menuju UKS dan tidak menemukan Vano disana. Hingga akhirnya aku berhenti didekat toilet karena mendengar sebuah percakapan yang kukenali dengan suara Vano dan Gita.
"Lo gak bisa terus terusan kayak gini Van! Lo harus jujur sama apa yang sebenernya terjadi"
"Sssstttt kecilin suara lo. Kalo gue jujur, semuanya bakal berantakan Git"
"Dan kalo dia taunya lebih lama lagi, semuanya bakal lebih berantakan dan semua yang udah lo korbanin itu siasia!"
"Gue yakin pengorbanan gue gaakan siasia kok Git"
"Kok lo baget sih? sekarang coba liat, apa dengan lo relain dia buat Azhar dia jadi bahagia? nggak kan? lo bilang lo sayang sama dia tapi lo rela ngeliat dia sedihin lo tiap hari?"
Pengorbanan? Azhar? Jadi apa yang sebenernya terjadi?. Akupun lebih mendekatkan telingaku agar dapat lebih jelas mendengar percakapan tersebut.
"Lo gak tau kan Git kalo setiap hari gue nyesel dan nangisin kesalahan gue karena udah buat dia sedih? udah ninggalin dia dan gangejagain dia? jujur gue pengen banget dia ada dihari hari terakhir hidup gue Git. Tapi itu semua gak mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flashlight
Teen FictionDisaat keterpurukan menimpanya, Shabrienna Variezsa hampir kehilangan jati dirinya. Ia terus menyalahkan dirinya atas semua yang terjadi. Hingga ia bertemu dengan Samudera, cowok paling dingin yang menjadi salah satu "most wanted guy" disekolahnya...